After Met You - Bab 606 Beban Dan Gelisah

Yuni Lim tertawa. Sekarang ini, temperamen Candra Gail benar-benar sangat tidak stabil, pria itu mudah tersinggung.

Yuni Lim bertingkah seolah ia tidak mendengarnya dan dengan lembut menjelaskan: “Aku merasa tidak enak badan tadi pagi, jadi aku menyuruh supir untuk mengantarku ke tempat Dokter Mo.”

Mendengar suara yang lembut dan akrab di telinganya dengan tiba-tiba membuat kata-kata Candra Gail yang belum terucap tercekat di tenggorokannya.

Candra Gail menjulurkan tangan dan dengan kesal mengetuk meja beberapa kali, lalu berujar dingin: “Yuni Li. Kemarin aku baru saja memberitahumu agar kamu tidak pergi kemana-mana dulu kalau tidak ada keperluan untuk beberapa saat ini. Apakah kamu menganggap kata-kataku sebagai angin lalu?”

Nada suara Candra Gail sangat tidak enak=enak, tersirat nada yang menyalahkan dan menginterogasi.

Tapi Yuni Lim tidak marah sedikit pun.

Istri Marco Gail meninggal di usia yang bahkan belum genap 40 tahun.

Sedangkan sebentar lagi, Candra Gail akan berusia 30 tahun.

Kalau memang faktor keturunan, ada kemungkinan bahwa Candra Gail akan meninggal di usia dini seperti neneknya.

Yuni Lim mengambil napas dalam-dalam, menenangkan amarah dirinya sendiri agar Candra Gail tidak dapat mendengar tingkahnya yang tidak tepat.

“Tentu saja tidak. Aku hanya pergi untuk memeriksakan diri ke Dokter Mo karena aku memang merasa tidak enak badan. Apakah melakukan hal seperti ini saja tidak boleh?” Yuni Lim bertanya dengan sangat serius, seolah-olah jika Candra Gail memang menjawab tidak boleh, maka ia akan langsung menundukkan kepalanya dan mengakui kesalahannya.

Sebuah bola api seperti sedang membara di hati kecil Candra Gail dan membuat ia tidak bisa tenang. Ia ingin meledak, ingin mencari sebuah lubang angin untuk melarikan diri.

Tapi suara lembut dan tenang Yuni Lim membuat bola api yang ada di lubuk hatinya perlahan mereda.

Candra Gail mengernyitkan alisnya dan menatap meja. Setelah beberapa detik berlalu, ia baru menyadari Yuni Lim tidak bisa melihat ekspresinya.

“Kamu datang lagi 20 menit... Tidak, 10 menit lagi kita harus bertemu.”

Baru saja ucapan itu selesai, ‘PATS!’, telepon pun langsung diputus.

Yuni Lim yang mendengar suara ‘Tut’ mendadak dari ponselnya pun menjadi sedikit termangu. Ia lalu menelepon supir.

“Nyonya, sekarang kita pergi kemana?” Sambil bertanya, supir itu dengan hati-hati memperhatikan ekspresi Yuni Lim.

Melihat Yuni Lim yang sekarang sudah tenang, supir itu pun berpikir bahwa kali ini tidak ada masalah apapun.

Tapi, seluruh imajinasi dalam hatinya hancur hanya dengan sebuah kalimat dari Yuni Lim.

“Candra bilang 10 menit lagi kita harus bertemu.”

Yuni Lim berujar sambil sedikit tersenyum dan dengan puas melihat supir yang membelalakkan sepasang matanya besar-besar karena tidak berani percaya dengan apa yang baru saja ia katakan.

“Ba... Bagaimana mungkin... 10 menit...” Si supir sangat terkejut sampai-sampai berbicara dengan terbata-bata.

Ia tentu saja tahu, tidaklah mungkin keburu untuk pergi dari sini ke LK grup hanya dalam waktu 10 menit. Paling tidak ia membutuhkan waktu 1 jam, kalau tidak macet mungkin bisa sedikit lebih cepat.

Tapi, LK terletak di lokasi terpadat. Tidak macet adalah suatu kondisi yang tidak mungkin.

Sedangkan Candra Gail adalah seseorang yang hanya mau semua terjadi sesuai keinginannya.

Yuni Lim pun berujar dengan raut tawa: “Tidak apa, sekarang juga kita berangkat. Tidak usah terburu-buru, keselamatan lebih penting.”

Mendengar ucapan Yuni Lim, hati si supir tetap tidak bisa tenang. Ia masih merasa sedikit takut.

Sepanjang perjalanan, ia sangat panik sampai tidak berani bernapas.

Walaupun Yuni Lim duduk di belakang, tapi ia tetap bisa merasakan kegelisahan si supir.

Orang seperti apakah Candra Gail di hati para bawahannya ini?

Apakah ia seorang iblis yang bisa dengan seenaknya kehilangan emosinya?

Kemungkinan besar seperti itu.

Tapi, iblis ini adalah orang yang paling Yuni Lim cintai. Tidak peduli ia berubah menjadi seperti apapun, Yuni Lim tidak akan pernah bisa melepaskan Candra Gail.

...

Satu setengah jam kemudian, Yuni Lim baru sampai di lantai bawah LK grup.

Tentu saja sepanjang perjalanan ponsel Yuni Lim terus-menerus diteror Candra Gail sampai hampir meledak.

Namun Yuni Lim tidak selalu mengangkat panggilan pria itu setiap saat, ia hanya mengangkatnya sekali setiap jeda 10 menit.

Benar-benar sikap yang bahkan lebih kekanak-kanakkan dari anak kecil. Untungnya, Candra Gail hanya terus-menerus meneleponnya dan tidak menelepon si supir.

Kalau tidak, si supir pasti akan mencurigai sesuatu.

Yuni Lim sama sekali tidak mengindahkan perkataan Candra Gail dalam hatinya. Satu jam saja ia belum tentu sampai, pria itu malah memintanya datang dalam 10 menit.

Ia juga bukan Sun-Go-Kong yang bisa menempuh jarak delapan ribu kilometer hanya dengan satu kali jungkir balik.

Walaupun Yuni Lim tidak peduli, tapi si supir tidak berani untuk ikut tidak peduli.

“Nyonya, kita sudah sampai.”

Si supir membukakan pintu untuk Yuni Lim. Saat ia turun dari mobil, secara tidak sengaja ia melihat keringat dingin yang memenuhi dahi si supir.

AC di mobil dinyalakan dan suhunya sangat pas, Yuni Lim sama sekali tidak merasa panas.

Si supir bercucuran keringat sampai seperti ini pasti sama sekali bukan karena panas, melainkan karena ketakutan.

Yuni Lim menyadari bahwa Candra Gail adalah orang pengambil keputusan di kantor. Setiap harinya pria itu harus memberikan perintah yang sangat banyak. Ratusan bahkan sampai ribuan orang dibawahnya berada dibawah perintahnya langsung. Setiap perkataan yang Candra Gail ucapkan sangat mungkin membuat orang lain menanggung beban berat dan ketakutan dalam hati mereka.

Walaupun Yuni Lim tidak keberatan saat Candra Gail melampiaskan temperamen buruknya padanya dan mencari ribut tanpa alasan yang jelas, tapi bukan berarti orang lain juga dapat menerima suasana hatinya yang seperti itu tanpa syarat.

Walaupun Candra Gail melakukannya tanpa disengaja, tapi itu malah bisa membawa beban dan kegelisahan dalam hidup orang lain.

Suasana hati Yuni Lim pun kembali menjadi suram.

Bahkan sesampainya ia di ruang kantor Candra Gail, kesuraman pada wajahnya tidak berkurang.

Meja Candra Gail dipenuhi oleh dokumen, namun pria itu malah sama sekali tidak mengurus dokumen-dokumen itu. Ia malah mondar-mandir di dalam ruangan dan terkadang melihat waktu, seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

Yuni Lim langsung tahu bahwa pria itu pasti sedang menunggunya.

Begitu mendengar suara pintu dibuka, Candra Gail langsung menghampiri Yuni Lim dengan langkah lebar-lebar dan menarik Yuni Lim masuk: “Kenapa baru datang? Bukankah aku sudah bilang kita bertemu dalam waktu 10 menit?”

“Tapi, aku tidak bisa sampai dalam waktu 10 menit. Jarak laboratorium Dokter Mo kesini terlalu jauh.” Yuni Lim berujar datar sambil menarik-narik ujung bibirnya, seperti ingin menampilkan sebuah senyum yang terlihat alami.

Tapi karena suasana hatinya yang sedang tidak terlalu baik, senyum yang ia paksakan masih terlihat sangat kaku.

Sekarang, ada banyak hal yang Candra Gail curigai. Begitu melihat rupa Yuni Lim yang seperti ini, ia pun memicingkan matanya. Candra Gail membalikkan tubuhnya untuk menutup pintu, lalu mengarahkan pandangannya untuk menilai kondisi Yuni Lim. Barulah setelah itu ia bersuara: “Apa yang kamu lakukan di tempat Daniel?”

“Cek kesehatan.” jawab Yuni Lim serius.

Candra Gail terlihat jelas tidak percaya pada jawaban Yuni Lim.

Dengan curiga ia menatap wanita itu sekilas: “Kita baru saja kesana hari Sabtu kemarin.”

“Hari Sabtu kemarin kita pergi untuk memeriksa luka di kepalaku, hari ini aku pergi untuk cek kesehatan. Setelah kamu berangkat tadi pagi, tiba-tiba aku merasa sedikit pusing...”

Begitu Candra Gail mendengarnya, kecurigaan di wajahnya berubah menjadi sebuah kekhawatiran. Tapi nada bicaranya tetap sama, tidak terdengar adanya kehangatan: “Sekarang? Apa yang kamu rasakan?”

“Sekarang sudah jauh lebih baik. Mungkin karena semalam suhu AC-nya terlalu rendah, jadi kepalaku sedikit sakit.” Sambil berujar, Yuni Lim sambil memperhatikan secara khusus raut wajah Candra Gail.

Wajah pria itu adalah wajah serius yang sangat ia kenal.

Tapi hati pria itu sudah bukan lagi hati seseorang yang sehat.

Yuni Lim tidak peduli Candra Gail berubah menjadi seperti apa.

Tapi sebagai direktur LK grup, Candra Gail tidak boleh menjadi seseorang yang cacat mental.

Ia adalah orang besar keuangan Eropa, ia adalah penerus keluarga Morgen Wen, ia adalah sekutu Putri Aika.

Label yang menempel pada dirinya tidak memungkinkan Candra Gail untuk menjadi seseorang yang tidak sehat mentalnya.

Ini membuat Yuni Lim berpikir bahwa kalau saja Candra Gail hanya orang biasa pada umumnya, maka hal ini tidak akan menjadi masalah.

Dengan begitu, pria itu tidak perlu mempedulikan sorot mata orang lain. Ia juga tidak perlu peduli dengan akibat apapun dari cacat mentalnya. Semuanya dapat diselesaikan dengan baik.

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu