After Met You - Bab 595 Kembali Sekali Lagi

Setengah jam kemudian, Candra Gail kembali.

Dalam kurun waktu ini, Yuni Lim terus-menerus memikirkan sesuatu dalam hati. Ia baru menyadari Candra Gail kembali saat mendengar suara pintu yang dibuka.

Demi menutupi rasa bersalah dan gelisah dalam hatinya, Yuni Lim berinisiatif untuk membuka pembicaraan: “Kenapa lama sekali kembalinya?”

Entah apa yang sedang Candra Gail pikirkan, namun pria itu juga tidak mempedulikan Yuni Lim.

Yuni Lim diam-diam menilai pria itu dalam hati.

Candra Gail mengatupkan bibirnya, tidak mengucapkan apapun dan duduk. Ia terlihat sedang merasuki pemikiran yang dalam. Yuni Lim yang juga sedang memiliki perkara dalam hatinya pun tidak lagi menganggunya setelah melihat rupa Candra Gail yang terlihat sedang sangat serius berpikir.

Kedua orang itu tidak saling bicara dalam perjalanan kembali ke Kastil Morgen.

Begitu mereka kembali, Marchelius Gail kembali menyiapkan orang untuk menyuruh Candra Gail datang.

Candra Gail langsung mengernyitkan alis dan menolak: “Tidak pergi.”

Selesai bicara, ia membalikkan tubuhnya dan menjejalkan sebuah kotak ke dalam tangan Yuni Lim. Candra Gail lalu bicara dengan nada mengancam: "Kalau kamu sampai berani meneleponnya, kamu dan ia pasti mati!"

Kemudian, pria itu dengan langkah lebar menaiki anak tangga dan pergi ke ruang baca.

Setelah Yuni Lim melihat bayangan Candra Gail pergi, barulah ia menunduk dan menatap kotak di tangannya.

Awalnya ia sedikit bingung, tapi Yuni Lim lalu dapat menebak bahwa sesuatu di dalam kotak itu kemungkinan besar adalah ponsel.

Ia membuka kotak dan melihatnya. Di dalam kotak, terbaring sebuah ponsel model terbaru dari merek paling ternama. Fitur canggih dengan model yang indah ini sangat cocok untuk kaum wanita.

Ternyata Candra Gail memberinya ponsel?

Wah, wah. Apalagi ini model terbaru. Kalau begitu, bagaimana dengan ponselnya yang lama?

Bukan. Poin pentingnya adalah Candra Gail sekarang kembali membawanya keluar, kembali memberikannya ponsel...

Kalau berdasarkan kata-kata Candra Gail sebelumnya, anggap saja pemberian ponsel ini seperti memberikan mainan untuk binatang peliharaan?

Yuni Lim tersedak dengan pemikirannya sendiri ini. Ia juga sepertinya gila. Bagaimana mungkin ia berpikir seperti ini!

Yuni Lim terpaku sesaat, lalu mengeluarkan ponsel itu dan naik ke atas.

Ia berjalan sampai ke pintu ruang baca. Saat Yuni Lim sedang bersiap mengetuk pintu, ia kembali menurunkan tangannya dan membalikkan tubuhnya lalu berjalan turun ke bawah. Setelah menyiapkan segelas jus, ia pun kembali naik ke atas.

Setelah mengetuk pintu, Yuni Lim tidak menunggu jawaban Candra Gail dan langsung mendorong pintu lalu masuk. Ia tahu pria itu tidak mungkin berkata 'silakan masuk' atau kata-kata semacam itu.

“Aku menyiapkan segelas jus buah untukmu.” Yuni Lim menyodorkan segelas jus yang dibawanya dengan nampan dan meletakkannya di hadapan Candra Gail. Ia kemudian berdiri di tempatnya berpijak semula, menatap Candra Gail, dan tidak bergerak.

Candra Gail sedang melihat berkas dan setelah mendengar perkataan Yuni Lim, ia pun menengadah dan melihat wanita itu sekilas. Candra Gail lalu memindahkan pandangannya pada gelas jus itu.

Tidak jelas apakah Yuni Lim sengaja atau tidak, tapi yang ia peras adalah... Jus cranberry.

Rasa asam yang disertai dengan semburat manis pun menyebar di dalam ruangan.

Raut wajah Candra Gail langsung menjadi suram, ia menunjuk gelas jus itu dan dengan kesal berkata: “Cepat bawa pergi!”

“Cobalah, ini lumayan enak kok. Cranberry ini didatangkan dengan pesawat, tidak ada barang lokal semacam ini.” Yuni Lim menyunggingkan sebuah senyum lalu berjalan ke samping Candra Gail. Ia lalu mengangkat gelas jus itu dan menyodorkannya ke pinggir bibir pria itu.

Candra Gail menolehkan kepalanya ke samping untuk menghindar, namun ke arah mana kepalanya menghindar, kearah itu pula Yuni Lim menyodorkan gelasnya.

Melihat Yuni Lim yang sepertinya tidak akan berhenti sampai berhasil mencapai targetnya membuat Candra Gail pun menegurnya dengan wajah kelam: “Yuni!”

Yuni Lim bersikap seperti tidak mendengar teguran Candra Gail dan tetap menyodorkan gelas itu ke samping bibir pria itu: “Minumlah sedikit, aku khusus memeraskannya untukmu.”

Memang benar, hanya sedikit pria yang akan menyukai rasa asam manis dari cranberry. Yuni Lim memang sengaja melakukannya.

Candra Gail sepertinya tahu alur pikiran Yuni Lim sehinga ia mendengus dingin dan menolehkan kepalanya ke samping, raut wajahnya benar-benar tidak enak dilihat.

Yuni Lim memiringkan kepala dan melihat pria itu selama dua detik. Ia memutar bola matanya, menunduk dan meminum sedikit jus lalu meletakkan gelasnya. Yuni Lim kemudian memegang wajah Candra Gail dan mencium bibirnya.

Gerakan Yuni Lim ini benar-benar di luar perkiraan Candra Gail. Sama sekali tidak terlihat adanya aura hendak mencium saat Yuni Lim bergerak, membuat Candra Gail tentu saja termangu ketika dicium.

Tapi, justru inilah respon yang diinginkan Yuni Lim.

Ia merasa disiksa oleh Candra Gail selama beberapa hari ini.

Tentu saja, penyiksaan yang ia rasakan adalah secara mental dan psikologis. Rupa Candra Gail yang sekarang membuat Yuni Lim kembali merasa bahagia sekali lagi.

Yuni Lim memanfaatkan waktu saat Candra Gail termangu untuk menyingkap bibir pria itu dan memasukkan jus cranberry yang ada di mulutnya ke dalam mulut Candra Gail.

Karena Yuni Lim dalam posisi berdiri sedangkan Candra Gail duduk, maka jus yang dialirkan masuk ke dalam mulutnya langsung tertegak karena Candra Gail sedang menengadah.

Karena tujuannya sudah tercapai, Yuni Lim pun hendak menarik kembali tubuhnya.

Siapa yang tahu, mudah untuk mengguncang tanah tempat dewa berada tidak berarti mudah untuk kabur juga setelah mengguncangnya.

Kilatan cahaya berkilat cepat di mata Candra Gail, lengan panjangnya terulur dan langsung menarik kembali Yuni Lim duduk di atas pahanya.

Melihat bola mata Candra Gail yang dalam, rasa takut pun menjalari Yuni Lim. Ia meronta kecil dan mencicit: “Aku... Aku mau pergi ke toilet!”

Candra Gail tidak berkedip menatap Yuni Lim, percikan api yang mulai membara terlihat di sudut matanya. Tapi suaranya terdengar sangat tenang: “Sebegitunya tidak tahan?”

Sambil berujar, Candra Gail sambil dengan lembut mengelus ubun-ubun kepala Yuni Lim seperti sedang mengelus bulu binatang peliharannya dan membuat orang merasa sangat sabar.

Yuni Lim mengangguk gelagapan: “Ya, sangat tidak tahan!”

Mendengar ucapannya, tanpa disangka Candra Gail pun tertawa.

Yuni Lim berharap pria itu akan melepaskannya.

Tapi, ternyata Candra Gail hanya tertawa dan mengucapkan sepatah kata: “Tahan.”

Ta...han?

Ia seharusnya tidak bermimpi Candra Gail akan melepaskannya! Pria itu memang—sekejam itu!

Candra Gail dengan puas menatap rupa Yuni Lim yang terlihat tidak habis pikir. Sebelah tangannya merangkul pinggang wanita itu, sedangkan tangannya yang lain membelai leher belakangnya. Ia lalu mencium sudut bibir Yuni Lim.

Walaupun sekarang Yuni Lim duduk di atas paha Candra Gail, tapi ia tetap lebih pendek daripada pria itu. Pria itu begitu kuat sehingga ia hanya perlu sedikit menunduk, bahkan lehernya tidak tertekuk. Justru Yuni Lim yang harus sedikit menengadah untuk menerima ciumannya.

Yuni Lim berusaha keras dalam diam, ia ingin kabur namun ia baru menyadari bahwa dirinya telah dijepit seutuhnya oleh Candra Gail.

Ia tiba-tiba teringat, sepertinya setiap kali kedua orang itu berciuman, Candra Gail pasti bersikap seperti ini. Seperti takut Yuni Lim akan kabur sehingga ia selalu menjepitnya agar wanita itu tidak bisa berkutik sedikit pun.

Ciuman Candra Gail begitu diktaktor dan begitu menjerat.

Candra Gail baru melepaskan bibirnya saat Yuni Lim merasa sudah tidak bisa bernapas lagi.

Napas Yuni Lim sedikit memburu, wajahnya sedikit merona merah, dan ia menolehkan kepalanya ke samping.

Sebenarnya, tujuan utama Yuni Lim mencoba adalah karena ia ingin mencari tahu apakah terhadapnya Candra Gail masih...

Apalagi akhir-akhir ini Candra Gail tidak pernah menyentuhnya.

Dalam hal seperti ini, kulit wajah Yuni Lim sangat tipis. Sebelumnya saat ia bergerak mencium Candra Gail lebih dulu, ciumannya membawa sebuah pembalasan. Sekarang setelah Candra Gail balas menciumnya, ia malah merasa tidak enak hati.

Sorot mata Candra Gail mengunci sosok Yuni Lim rapat-rapat. Mata pria itu menatap Yuni Lim dari bola matanya yang basah lalu turun ke atas bibir merahnya yang lembab. Yuni Lim menoleh dan melihat dengan canggung ke arah lain. Ia seperti kait kecil yang dikaitkan ke hati Candra Gail dan membuat hati pria itu membara.

Kedua orang itu tidak ada yang bicara, membuat ruangan itu sunyi senyap.

Yuni Lim merasa sedikit kikuk. Ia merasa tidak tepat untuk terus-menerus duduk di atas paha pria itu, namun ia juga tidak dapat bangkit berdiri dan pergi kabur.

Tepat pada saat itu, Candra Gail yang sedang memeluknya tiba-tiba bangkit berdiri. Detik selanjutnya, tangan besar pria itu dikibaskan dan kibasannya membuat semua barang yang ada di atas meja terlempar ke atas lantai. Candra Gail lalu meletakkan Yuni Lim ke atas meja.

Hati Yuni Lim bergetar, ia langsung terpikir apa yang hendak Candra Gail lakukan.

Ini semua bukanlah apa yang Yuni Lim inginkan. Alasan utama nyaadalah karena peringai Candra Gail yang memang seperti ini...

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu