After Met You - Bab 607 Aku Ingin Menjadi Sekretarismu

Candra Gail setengah mencurigai dan setengah mempercayai ucapan Yuni Lim, namun akhirnya ia percaya juga.

Pria itu sedikit mengernyit lalu berujar: “Kalau begitu kamu pulang saja dan istirahat.”

Yuni Lim terdiam.

Candra Gail begitu gelisah dan menyuruhnya untuk buru-buru kesini, tapi begitu ia sampai dan belum sempat duduk, pria itu langsung menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat?

Apakah seharusnya ia berterima kasih atas perhatian Candra Gail?

Candra Gail sekarang benar-benar melakukan sesuatu sesuka hatinya. Apa yang terlintas di benaknya langsung ia lontarkan tanpa mencernanya dulu.

Hanya saja, Yuni Lim ingat bahwa ia masih punya tujuan lain.

Yaitu menginterogasi Candra Gail tentang istri Marco Gail.

Walaupun istri Marco Gail meninggal dini, tapi ia adalah nenek Candra Gail. Pria itu pasti mengetahui lebih banyak daripada apa yang bisa Yuni Lim gali sendiri.

“Kenapa terburu-buru, aku jauh-jauh datang kesini untuk bertemu denganmu. Bahkan segelas air minum saja tidak kamu tuangkan untukku dan langsung menyuruhku pergi...” Tersirat nada mengeluh dalam suara Yuni Lim. Ia memajukan bibirnya dengan tidak puas, mengedipkan matanya, dan dengan hati-hati memperhatikan ekspresi Candra Gail.

Candra Gail memutar bola matanya ke atas untuk menatap Yuni Lim. Wanita itu sedang mengangkat dagunya sedikit, tersirat sedikit rasa tidak puas dalam raut wajahnya. Seperti ada yang Yuni Lim katakan tapi karena merasa tidak enak hati, ia pun tidak menyelesaikan kata-kata yang masih tertinggal di belakang.

Jika dilihat-dilihat, ekspresi Yuni Lim saat ini terlihat seperti sedang manja.

Jiwa Candra Gail memang sedang mengalami gangguan, tapi ia bukannya bodoh. Jadi ia juga masih bisa dengan mudahnya mendengar Yuni Lim yang sedang bertingkah manja hanya dari kata-kata wanita itu.

Merasa Yuni Lim yang seperti ini terlihat menarik, Candra Gail lalu menjulurkan tangan untuk mencubit pipi Yuni Lim.

Yuni Lim menolehkan pipinya ke samping: “Ngomong ya ngomong saja, untuk apa mencubit pipiku!”

Candra Gail mengerutkan alisnya, namun ia tidak terlihat seperti sedang marah. Dua detik kemudian, ia pun berujar: “Kamu sengaja tidak mau pulang?”

Yuni Lim tidak menjawab. Anggap saja ia memang tidak ingin pulang. Yang penting, ia ingin mengklarifikasi dengan jelas perihal nenek Candra Gail.

“Kalau memang ternyata kamu ingin disini menemaniku, aku akan memberimu kesempatan.” Candra Gail tidak menunggu Yuni Lim menyahut dan langsung memutuskannya sendiri secara sebelah pihak.

Yuni Lim tidak dapat menahan diri untuk tidak menarik ujung bibirnya, sekarang malah ternyata Candra Gail yang semakin narsis.

Akan tetapi, memang benar Yuni Lim bersedia untuk menghabiskan waktu lebih lama disini menemani Candra Gail.

Lagipula, tidak ada begitu banyak hal yang harus ia lakukan di negara J ini. Yuni Lim juga tidak tenang dengan kondisi Candra Gail yang seperti ini.

Kalau sampai menarik kecurigaan orang lain maka akan menjadi hal yang tidak baik.

Yuni Lim melangkah maju beberapa langkah, menggenggam tangan Candra Gail, lalu dengan penuh senyum berujar: “Kalau begitu, apakah kamu bisa menemaniku mengobrol?”

Sorot mata Yuni Lim terjatuh pada setumpuk dokumen yang berada diatas meja Candra Gail lalu menambahkan: “Sebentar saja juga tidak apa. Kamu bisa langsung mengerjakan pekerjaanmu setelah mengobrol, aku tidak akan mengganggumu.”

Melihat wajah Yuni Lim yang lembut dan penuh senyum, Candra Gail pun akhirnya mengendurkan kerutan di tengah kedua alisnya. Bahkan kekesalan psikisnya pun perlahan mulai tenang.

Ia menarik Yuni Lim ke arah meja kerjanya dan memberi tanda kepadanya untuk duduk di kursi di hadapan meja kerjanya.

Yuni Lim sedikit terkejut, namun ia tetap patuh dan duduk.

Setelah Yuni Lim duduk, Candra Gail baru berjalan ke belakang meja kerjanya. Ia lalu mengambil sebuah berkas dokumen dan mulai membalikkan lembar per lembar untuk membacanya.

Yuni Lim termangu melihat Candra Gail yang mengambil dokumen dan terlihat mulai serius membacanya. Hatinya mulai merasa ragu. Apa artinya ini?

Yuni Lim mencubit jari tangannya sendiri dan saat ia baru ingin mengatakan sesuatu, ia melihat Candra Gail menengadahkan kepalanya dari balik dokumen: “Bukankah kamu bilang mau mengobrol denganku? Kenapa tidak bicara?”

Candra Gail duduk disana membaca dokumen dengan wajah yang kaku, bagaimana Yuni Lim bisa mengobrol dengannya?

Apa ia harus mengobrol dengan diri sendiri?’

“Katakan saja ada apa.” Candra Gail dengan tanpa ekspresi melihat Yuni Lim sekilas, lalu kembali menundukkan kepalanya. Ia mengambil bolpoin dan menandatangani lembar terakhir di dokumen itu, lalu kembali mengambil berkas lainnya.

Yuni Lim baru menyadarinya beberapa saat kemudian. Maksudnya Candra Gail adalah sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Pria itu ingin mengurus pekerjaannya sambil mendengarkan perkataan Yuni Lim.

Bisa begini?

Saat Candra Gail berangkat hari ini, sama seperti biasanya, dasinya disimpulkan oleh Yuni Lim. Yuni Lim jugalah yang memilihkan jas untuk dipakai pria itu.

Walaupun model jas dan kemeja Candra Gail hampir sama semua, tapi Yuni Lim tetap sengaja meluangkan sedikit waktu di ruang ganti untuk memilihkan pakaiannya.

Mata dan alis Candra Gail tetap sama seperti yang dulu, implisit dan dalam. Bahkan postur tubuhnya yang sedang duduk disitu mengurus dokumen terlihat sangat tegak. Walaupun Candra Gail tidak bicara, namun auranya terlihat sangat mencekam.

Yuni Lim terpana selama beberapa saat, suaranya terdengar sedikit hati-hati: “Bisakah kamu menceritakan tentang nenekmu padaku?”

Segera setelah pertanyaan Yuni Lim terlontar, Candra Gail tiba-tiba menengadah dan menatapnya.

Ekspresi mata Candra Gail terlihat sangat dalam, dengan bola matanya yang hitam pekat seperti dicat oleh tinta. Ia menatap dengan lekat, membuat orang lain merasa ketakutan.

Hati kecil Yuni Lim tercekat, mengira telah menarik kecurigaan Candra Gail karena ia terlalu tiba-tiba mengungkit tentang nenek pria itu. Dengan panik Yuni Lim pun berkata: “Aku hanya asal bertanya. Kalau kamu tidak mau membicarakannya, aku...”

Candra Gail menatap Yuni Lim untuk waktu yang cukup lama. Ia lalu kembali menundukkan kepalanya dan melanjutkan melihat dokumen, namun mulutnya mengucapkan kata-kata yang ditujukan pada Yuni Lim: “Nenek seperti ibu, ia adalah wanita yang sangat cantik. Mereka semua sangat mandiri dan memiliki prinsip.”

Kata-kata Candra Gail diucapkan dengan sangat perlahan, seperti tersirat nada malas.

Tapi insting Yuni Lim yang tajam bisa merasakannya. Bagi Candra Gail, topik tentang neneknya ini sepertinya sedikit tabu.

Candra Gail mendeskripsikan neneknya hanya dengan kalimat sesingkat itu. Sama sekali tidak ada tambahan informasi bagi Yuni Lim yang sudah mendapatkan informasi tentang nenek Candra Gail dari dunia maya.

Hati Yuni Lim pun sekejap menjadi suram.

Candra Gail pasti mengetahui sesuatu tentang neneknya. Kalau tidak, ia tidak akan bersikap seperti ini.

Tabu.

Kenapa bisa menjadi tabu?

Kalau tidak bisa dibicarakan, itu berarti tabu.

Yuni Lim sudah bersama dengan Candra Gail begitu lama, dan pria itu tidak pernah sekalipun menyinggung tentang neneknya.

Awalnya Yuni Lim tidak terlalu memikirkannya, tapi sekarang ia malah merasa sedikit curiga.

Orang yang bisa membuat Candra Gail merasa apapun tentangnya harus dirahasiakan...

Hati Yuni Lim samar-samar seperti bisa menemukan jawabannya.

Candra Gail tidak ingin banyak bicara tentang neneknya sehingga Yuni Lim pun tidak terus menginterogasinya. Ia melanjutkan perbincangan mereka dengan membicarakan hal lainnya.

Hanya saja, Candra Gail juga tidak terlalu mempedulikan Yuni Lim. Ia hanya sesekali saja memberikan balasan. Ada kalanya ia mengangkat kepalanya untuk melihat Yuni Lim sekilas.. Sikapnya terlihat seperti acuh tak acuh, tapi Yuni Lim tahu bahwa Candra Gail mendengarkannya dengan serius.

Melakukan dua hal sekaligus sama sekali bukan hal yang sulit bagi pria itu.

Sampai akhirnya Yuni Lim pun tidak bicara lagi. Ia hanya menatap Candra Gail yang sedang sangat serius bekerja.

Posturnya yang sangat serius benar-benar memikat orang.

Bibir Candra Gail yang tipis sedikit dikatupkan, tidak terlukis raut apapun di wajahnya. Tapi ujung matanya yang secara tidak sadar digerakkannya dapat menyiratkan suasana hatinya.

Candra Gail yang seperti ini pasti tidak akan kehilangan LK grup. Ia tidak boleh sampai ketahuan oleh orang lain memiliki gangguan mental. Ini semua adalah perjuangan dan kerja kerasnya selama beberapa tahun.

Dalam waktu yang sesingkat itulah Yuni Lim membuat sebuah keputusan.

“Aku dulu pernah mendengar bahwa sekretarismu akan segera mengambil cuti hamil.” Ini adalah sesuatu yang dibicarakan satu sampai dua bulan yang lalu saat mereka sedang mengobrol santai.

“Ya.”

Candra Gail bahkan tidak mengangkat kepalanya dan hanya menjawab singkat, benar-benar dingin.

“Apakah HRD sudah merekrut sekretaris baru untukmu?” Yuni Lim kembali bertanya, tidak mempedulikan nada bicara Candra Gail yang datar dan dingin.

Melihat sepertinya Yuni Lim terus bertanya tentang ini, Candra Gail pun akhirnya mau tidak mau menghentikan pekerjaan yang ada di tangannya. Ia menengadah dan menatap wanita itu: “Kamu mau datang kerja di kantor?”

Yuni Lim terdiam sejenak, lalu dengan serius mengutarakan pikirannya: “Aku ingin menjadi sekretarismu.”

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu