After Met You - Bab 642 Harus Tahu Malu

Setelah Yuni Lim meniriskan sayuran itu, barulah ia menoleh dan menatap Candra Gail: “Kenapa kamu kesini?”

Saat ini barulah ia menyadari bahwa Candra Gail sedang menatapnya dengan raut wajah yang seperti tersenyum walaupun pria itu tidak sedang tersenyum.

Candra Gail berdiri disana sambil melipat kedua tangannya, menatap Yuni Lim dengan raut yang tetap tenang walaupun ia sambil menahan semua emosi yang ada. Yuni Lim mengusap-usap wajahnya sendiri dan dengan aneh menatap pria itu: “Ada apa?”

“Barusan Lina meneleponmu.” Akhirnya Candra Gail bersedia membuka mulutnya.

“Ia bilang apa?” Selesai bicara, Yuni Lim termangu untuk sesaat. Ada masalah apa sampai Lina meneleponnya?

Yang pasti tidak mungkin untuk membicarakan masalah Hanna Gu, bukan.

Candra Gail tertawa, kemudian ia berujar penuh misteri: “Coba tebak.”

Walaupun Candra Gail biasanya juga bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi, namun bukan berarti ia tidak pernah melakukan hal yang buruk. Tapi bagi Yuni Lim, karena hal seperti ini sama sekali tidak termasuk hal yang terhormat, jadi ia juga tidak merasa perlu untuk memberitahu Candra Gail.

Akan tetapi, raut wajah Candra Gail ini... Jelas-jelas pasti Lina sudah memberitahunya hal yang aneh...

“Kamu tidak usah tanya lagi, ini urusan antar perempuan.” Selesai bicara, Yuni Lim menjulurkan tangannya pada Candra Gail: “Berikan ponselnya padaku, aku mau meneleponnya balik.”

Candra Gail membuka lebar kedua tangannya: “Ponselmu tidak ada di aku.”

“Kamu...”

Yuni Lim tersedak. Ia akhirnya mengerti bahwa Candra Gail sengaja menjahilinya.

“Dasar kurang kerjaan!” Yuni Lim memelototi Candra Gail, lalu membalikkan tubuhnya dan melanjutkan kegiatan memasaknya. Ia tidak menghiraukan pria itu sedikitpun.

Mana ada orang yang seperti ini! Ia bisa langsung bertanya apa yang Yuni Lim lakukan dengan pergi keluar bersama Lina hari ini, jadi kenapa harus memasang jebakan seperti ini dan membuatnya masuk ke dalamnya? Yuni Lim belum pernah bertemu dengan pria yang begitu membosankan seperti ini!

Berputar-putar begitu jauhnya, ia tetap tidak akan memberitahu Candra Gail!

Melihat sosok punggung Yuni Lim yang menguarkan aura negatif, Candra Gail pun menyunggingkan senyum dan melangkah ke depan untuk menghampirinya.

Candra Gail berjalan mendekat dan baru menghentikan langkahnya saat dirinya sudah menempel lekat di punggung Yuni Lim. Ia jauh lebih tinggi daripada Yuni Lim, sehingga ia hanya perlu sedikit memiringkan kepalanya dan menunduk untuk melihat Yuni Lim yang sedang memotong sayuran. Dilihat dari belakang, tubuhnya yang tinggi besar itu sudah menutupi tubuh Yuni Lim seluruhnya.

Merasakan kehadiran Candra Gail yang menempel di belakang tubuhnya dan membuat punggungnya terasa hangat, Yuni Lim pun menghela napas: “Mau apa lagi?”

“Kalau kamu mau membuat Hanna kesulitan, langsung beritahu aku saja. Aku bisa membantumu melakukannya.” Candra Gail menjulurkan tangannya dan melingkarkannya di pinggang Yuni Lim, gerakannya itu sangat romantis.

Pelukan Candra Gail sedikit erat sehingga Yuni Lim agak tidak bisa bergerak, namun ia merasa sedikit nostalgia dengan kehangatan seperti ini.

Yuni Lim juga tidak mendorong Candra Gail menjauh, melainkan tetap melakukan pekerjaan di tangannya: “Bagaimana kamu bisa tahu?”

“Tentu saja aku harus tahu kamu pergi kemana, aman atau tidak.”

Suara Candra Gail sangat rendah, hawa panasnya menerobos masuk ke dalam telinga Yuni Lim. Pria itu pun sekalian mengecupnya.

Yuni Lim yang merasa tidak nyaman pun menggerakkan tubuhnya sedikit, dengan tidak puas ia memiringkan kepalanya dan menatap Candra Gail: “Aku sedang masak, jangan sembarangan bergerak seperti ini. Kamu bahkan lebih lengket dibandingkan Gilbert!”

“Apa kamu merindukannya?”

“Apa?” Yuni Lim termangu sebentar terhadap pertanyaan Candra Gail yang tidak ada hubungannya seperti ini. Kemudian setelah tersadar, barulah ia memahami bahwa yang dimaksud pria itu adalah Gilbert Lin.

“Tentu saja.”

“Kalau begitu kita cari waktu untuk pulang menemuinya.” Suara Candra Gail sangat tenang seperti ia memang berniat berujar seperti itu.

“Sungguh?”

Awalnya Yuni Lim merasa senang, namun sesaat kemudian ia kembali terpikir bagaimana mungkin mereka bisa pergi dari sini dalam kondisi yang seperti ini.

“Setelah semua ini selesai. Percayalah padaku.”

Gerakan tangan Yuni Lim terhenti, lalu ia mengangguk: “Ya.”

“Oh ya, mengenai Hanna, kamu tidak perlu ikut campur. Aku bisa memutuskannya sendiri. Kamu bereskan urusanmu saja.” Yuni Lim tidak menyangka dengan kesibukan Candra Gail yang seperti ini, pria itu masih harus memedulikan urusannya.

Sebelumnya, ia merasa Candra Gail mengawasinya terlalu ketat bahkan sampai ia merasa kesal. Tapi sekarang, entah kenapa Yuni Lim tidak merasa seperti itu lagi.

Yang membuatnya sedikit terkejut adalah kali ini, Candra Gail langsung setuju: “Baiklah.”

Yuni Lim pun menatapnya dengan tatapan curiga.

Candra Gail mengangkat alisnya: “Aku memegang ucapanku.”

Setelah mendapat jaminan dari pria itu, Yuni Lim pun mengangguk.

Yang jelas, akhir-akhir ini Candra Gail memang terlalu sibuk. Yuni Lim tidak ingin pria itu masih memikirkan hal-hal kecil seperti ini demi dirinya.

Bukankah pada dasarnya, masalah wanita memang lebih baik diselesaikan oleh para wanita?

...

Pagi-pagi benar keesokan harinya, Lina menelepon Yuni Lim.

Saat Lina meneleponnya, Yuni Lim belum bangun. Yang mengangkat telepon itu adalah Candra Gail.

Candra Gail melihat jam yang menunjukkan waktu yang sudah tidak terlalu pagi. Ia pun membungkuk dan berujar di samping telinga Yuni Lim: “Telepon dari Lina.”

“Jangan bohongi aku...” Yuni Lim masih setengah sadar, sehingga dalam benaknya ia masih terpikir kejadian Candra Gail yang menjahilinya kemarin.

Candra Gail juga tidak ingin banyak bicara dengannya sehingga ia langusng mengangkat telepon itu dan menyerahkannya pada Yuni Lim.

“Nyonya!” Suara Lina terdengar sangat bersemangat.

Mata Yuni Lim yang awalnya hanya setengah terbuka pun tiba-tiba langsung terbuka lebar. Ia menggunakan sikunya untuk menopang tubuhnya dan merambat naik pada sandaran kepala. Lengan Candra Gail yang panjang turut menopangnya untuk naik.

Yuni Lim mengambil ponselnya, mencengkeram rambutnya yang acak-acakkan, lalu berujar: “Pagi, Lina.”

“Nyonya, berita Hanna sudah keluar. Cepat kamu lihat, aku sudah mengirimkan alamatnya padamu...”

Sambil bicara, terdengar suara gemerisik dari ujung sana. Entah apa yang sedang Lina kerjakan.

Setelah beberapa saat berlalu, suara Lina baru terdengar kembali: “Nyonya, aku sudah mengirimkan alamatnya padamu beserta beberapa foto HD...”

“Foto HD apa?” Apa hubungannya berita tentang Hanna Gu dengan foto HD yang Lina kirimkan padanya?

“Nyonya pasti langsung mengerti begitu melihat foto HD itu. Untung saja tanganku cepat, kalau tidak pasti sudah keburu dihapus. Silakan dilihat dulu. Aku mau membanjiri kolom komentar, jadi sudah dulu, ya...”

Yuni Lim tidak sempat berkata apapun lagi dan telepon itu sudah diputus.

Membanjiri kolom komentar?

Tentu saja, hal seperti gosip ini adalah bawaan lahir para wanita. Tidak akan ada bedanya antara wanita perkasa dengan wanita biasa.

Sebelum Yuni Lim membuka beberapa lembar foto itu, ia samar-samar terpikir bahwa mungkin ia akan benar-benar terkejut saat melihat foto HD itu, seperti ucapan Lina.

Walaupun Santo memiliki dendam terhadap Hanna Gu di hatinya, namun palingan pria itu hanya akan memikirkan cara untuk mempermainkan Hanna Gu atau sekedar mengancamnya.

Tapi, ia sama sekali tidak menyangka ternyata sebenci-bencinya Santo, pria itu akan langsung membeberkan foto-foto ranjang... Dan juga... Ada beberapa orang lain bersama-sama mereka di foto itu...

Yuni Lim melihat dua lembar foto dan langsung menyerahkan ponselnya pada Candra Gail.

“Apa kamu tahu Santo? Perusahaan mereka memiliki kerja sama dengan LK, tidak kusangka ia sebegitu membenci Hanna...” Dalamnya kebencian Santo ini sama sekali tidak lebih sedikit dibandingkan kebencian Yuni Lim sendiri kepada Hanna Gu.

Dengan raut wajah marah Candra Gail melihatnya sekilas lalu menghapus semua foto itu.

“Hei, apa yang kamu lakukan!” Walaupun foto-foto itu tidak bermoral, tapi Lina barusan bilang bahwa foto-foto itu sudah dihapus dari dunia maya.

Candra Gail mendengus dingin: “Kamu tertarik dengan tubuh orang lain?”

“Ti... Tidak...” Yuni Lim langsung mengaku salah begitu melihat raut Candra Gail yang kelam dan dingin.

Candra Gail menggeleng: “Santo tidak sejahat itu, ini bukan perbuatannya sendiri. Mungkin saat ada orang yang memangilnya untuk pergi dan bermain bersama, ada orang yang membencinya dan mengingatnya sehingga foto-foto ini bisa beredar. Lagipula, Santo adalah pemain kecil dalam bisnis ini jadi ia harus menjaga mukanya. Walaupun kritik terhadapnya tidak bagus, namun sifat yang terceminkan dari hal ini sangat buruk.”

Yuni Lim mengangguk: “Mungkin saja terjadi kesalahan dalam hal ini.”

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu