After Met You - Bab 135 Hal Paling Berharga Miliknya (1)

"Drrtt... drrrttt..."

Ponsel di atas kepala ranjang bergetar.

Yuni Lim menggerakan tubuhnya masuk ke dalam pelukan Candra Gail. Wanita itu menyembunyikan telinganya ke dalam pelukan Candra Gail, menunjukkan ketidakpuasannya karena dibuat bising oleh ponsel.

Candra Gail mengelus rambut Yuni Lim, menarik selimut ke atas lalu mengulurkan tangannya mengambil ponsel di atas kepala ranjang.

Yang bergetar adalah ponsel milik Yuni Lim.

Candra Gail mengambil ponsel tersebut. Hanya melihat sekilas, mata pria itu langsung menyipit tak senang.

Karena di layar ponsel tersebut tertulis nama 'Kak Lukman'

Jari tangan Candra Gail mengetuk dua kali ponsel tersebut, lalu baru menekan tombol menjawab telepon.

Tanpa menunggu Lukman bicara, Candra Gail langsung bersuara, "Dia sedang tidur."

Karena istri mungilnya masih tertidur dalam pelukannya, maka Candra Gail merendahkan suaranya tetapi terdengar jelas di telinga Lukman.

Lukman memegang ponselnya lalu meremasnya. Dalam sekejap langsung kembali merasa santai. Suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya, "Maaf mengganggu."

Lalu memutuskan sambungan telepon.

Lukman melihat layar ponselnya. Pukul 3 sore. Harusnya saat ini adalah waktunya minum teh sore bukannya waktu tidur siang.

Kalimat Candra Gail yang mengatakan 'dia sedang tidur' mengeluarkan makna lain. Lukman langsung mengerti maksud kalimat itu.

Lukman meletakkan ponselnya lalu tatapannya beralih ke layar komputer. Setelah me-refresh komputer, Lukman melihat wawancara di saluran siaran tentang ekonomi dan bisnis.

Kebetulan tamu khususnya saat itu adalah CEO dari perusahaan LK Malaysia. Pria paruh baya berwajah tegas.

Lukman menekan tombol fast forward dan mendengar CEO tersebut berkata: "Kesan yang cukup dalam menurut saya adalah nona Yuni Lim dari perusahaan keluarga Lim. Rendah hati dan mau belajar. Sungguh seorang anak muda yang baik."

……

Di sisi lain, Candra Gail hampir bersamaan dengan Lukman memutuskan sambungan telepon.

Candra Gail bersandar pada kepala ranjang lalu meletakkan kembali ponsel Yuni Lim. Candra Gail menatap Yuni Lim yang tertidur dalam pelukannya.

Wajah kecil wanita itu memerah karena hangatnya selimut. Bibir merahnya tertutup rapat. Sebuah tangan Yuni Lim diletakkan di pinggangnya, tangan yang lain berada dibawah tubuh wanita itu. Sama sekali tidak ada perlindungan. Wanita itu terlihat seperti anak kecil.

Yuni Lim lebih muda darinya 5 tahun. Ketika Candra Gail akan mengingat sesuatu, Yuni Lim masih seperti bayi yang tidak tahu apapun.

Sudut bibir Candra Gail tertarik ke atas. Candra Gail menarik tangan Yuni Lim yang berada dibawah tubuh wanita itu, menggantikan posisi tidur wanita itu agar lebih nyaman lalu membiarkan wanita itu tidur di sampingnya.

Kemudian Candra Gail bangkit dan memakai pakaiannya lalu kembali ke ranjang menundukkan tubuhnya mencium Yuni Lim. Setelah merubah ponsel Yuni Lim menjadi mode sunyi, Candra Gail baru mengambil ponselnya lalu keluar kamar.

Candra Gail berjalan keluar kamar, pelan-pelan keluar.

Sambil menelpon sambil pria itu berjalan ke arah luar.

Ketika menunggu Candra Gail sampai di perusahaan, semua orang sudah berkumpul, hanya menunggu Candra Gail.

Begitu Candra Gail masuk ruang rapat, beberapa petinggi saling melihat satu sama lain dengan pasrah lalu suasana langsung menjadi sunyi.

Seluruh tubuh Candra Gail dilingkupi aura dingin saat masuk ke ruangan. Candra Gail duduk di tempat duduk utama, lalu bicara: "Apakah semuanya mengenal Ivan Lim dari perusahaan keluarga Lim?"

“Kenal……" Petinggi yang lain menganggukkan kepalanya.

Candra Gail berdeham puas lalu kembali bicara: "Aku sangat tidak ingin Ivan Lim menyelesaikan proyek apapun."

Begitu kalimat itu terlontar, semua orang menjadi was-was. Kemudian ada orang yang mencoba bertanya pada Candra Gail: "Maksud presdir adalah kita harus merebut proyek apapun yang dikerjakan oleh Ivan Lim?"

Candra Gail mengangkat alisnya: "Bisa dibilang begitu."

Yang terpenting selama Ivan Lim tidak berhasil dalam negosiasi bisnis, pria itu sama sekali tidak akan bisa mengambil proyek apapun.

Petinggi yang lain tidak setuju lalu berkata: "Presdir, bukankah ini cara yang tidak terhormat?"

"Kamu juga bisa memilih cara yang terhormat." Candra Gail mundur ke belakang bersandar pada kursinya. Perasaannya memburuk. Kedua pupil matanya semakin menggelap.

Selama tujuannya tercapai, menggunakan cara apapun tidak penting baginya.

Ketika ada orang yang menyentuhnya hal yang paling berharga miliknya, sifat kejam dan bengisnya yang tersimpan secara rahasia tanpa sadar muncul ke permukaan.

Contohnya adalah menyuntikkan racun ke Yessica Lim. Menggunakan cara kekerasan bukanlah hal yang benar, tetapi melihat Yuni Lim yang sangat menderita, Candra Gail tidak mungkin masih menggunakan cara yang sopan untuk menghadapi Yessica Lim.

Maka dari itu Candra Gail memilih cara yang langsung memiliki hasil.

Dari awal dirinya bukanlah orang baik. Beberapa tahun berada di posisi bisnis yang tidak berharga sampai ke posisi sekarang, dirinya memiliki banyak cara. Orang biasa tidak mungkin akan mengerti.

……

Ketika Yuni Lim bangun, hari sudah petang.

Cahaya matahari di dalam kamar remang-remang, suhu udaranya membuat nyaman. Membuat Yuni Lim yang baru bangun ingin tertidur lagi.

Tangan Yuni Lim meraba sampingnya, sadar bahwa di sampingnya kosong. Yuni Lim tiba-tiba langsung terduduk.

Yuni Lim mengambil ponselnya. Sudah mau jam 5 sore.

Merasa tubuhnya kedinginan, Yuni Lim menunduk melihat dan sadar bahwa tubuhnya tidak mengenakan baju.

Yuni Lim menaikkan selimut. Hal yang sebelumnya terjadi di meja makan menyeruak masuk ke dalam otaknya. Wajah Yuni Lim langsung memerah. Setelah meyakinkan bahwa di ruangan hanya ada dirinya seorang, Yuni Lim bangkit dan pergi ke ruangan pakaian mencari baju.

Setelah memakai baju, Yuni Lim pergi ke ruang baca dan menyadari Candra Gail tidak berada di sana.

“Candra."

Yuni Lim memanggil nama pria itu dan sadar tidak ada orang di sini.

Saat itu dari dapur terdengar suara dan Yuni Lim mengikuti arah suara tersebut. Hasilnya dia melihat Sapi di sana.

Begitu melihat Yuni Lim, Sapi langsung menghambur ke tubuh Yuni Lim. Sapi menggesek-gesekkan badannya ke tubuh Yuni Lim lalu melompat dan menggonggong.

Yuni Lim tiba-tiba teringat bahwa anjing ini sangat aktif. Sapi ingin Yuni Lim membawanya keluar berjalan-jalan mencari udara segar.

"Aku akan segera membawamu keluar." Yuni Lim menggunakan kakinya dengan lembut menekan Sapi. Membuat Sapi terbaring di lantai, keempat kaki anjing itu mengarah ke atas.

Sapi langsung memutar badannya. Anjing itu seperti mengerti lalu berlari keluar.

Yuni Lim mengikuti di belakang. Ketika melewati ruang makan, tatapan Yuni Lim tidak bisa menghindar dari meja makan. Yuni Lim maju ke depan dua langkah lalu kembali lagi mencari handuk, ingin menghapus bekas jejak mencurigakan di atas meja makan.

Dari awal sampai selesai Yuni Lim tidak berani menatap meja makan dan tidak bisa melihat langsung meja makan.

Yuni Lim mencari pengait kalung Sapi. Sembari memegang anjing itu keluar, sembari menelpon Candra Gail.

Baru berbunyi dua kali, telepon langsung diangkat.

Terdengar suara tenang dan merdu dari Candra Gail: "Sudah bangun?"

"Kamu pergi kemana?" Mendengar suara di sana yang bising,  secara samar Yuni Lim tahu pria itu berada di mana lalu bertanya: "Apakah kamu di pasar sayur?"

"Hmm." Jawab Candra Gail dengan malas lalu menambahkan: "Aku segera kembali."

Yuni Lim membayangkan Candra Gail dengan setelan jasnya yang rapi pergi ke pasar sayur. Bibir lembut itu melayangkan sebuah tawa.

Setelah mematikan telepon, Yuni Lim langsung membawa Sapi keluar rumah.

Begitu keluar, Sapi seperti pasien yang baru keluar dari rumah sakit jiwa. Berlari dengan cepat sepanjang jalan dan telinganya berdiri tegak karena angin

Yuni Lim takut ada mobil yang mengarah kemari dan juga takut Sapi berlari sembarangan. Yuni Lim hanya bisa memegang tali dan mengikuti Sapi dari belakang.

Yuni Lim tidak sadar sudah berlari mengikuti Sapi sangat jauh. Sapi juga terlihat kelelahan. Sapi berhenti berlari lalu duduk tak bergerak.

Yuni Lim duduk di depan Sapi lalu menepuk anjing tersebut: "Larilah kau, lari terus! Aku lelah sekali!"

Sapi menatap Yuni Lim dengan tatapan tak bersalah lalu mengambil hati Yuni dengan menjilat tangan wanita itu.

Yuni Lim merasa dirinya dibuat tertarik oleh kemanisan Sapi. Yuni Lim tersenyum sambil mengelus kepala Sapi.

“Ckittt——”

Sebuah mobil berhenti di pinggiran. Yuni Lim mengangkat kepalanya lalu melihat Candra Gail turun dari dalam mobil.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu