After Met You - Bab 47 Kemampuan Bermain Api

Cuaca semakin dingin, Malaysia memasuki musim hujan.

Hari-hari berjalan seperti ini, dan tampaknya hidup benar-benar kembali ke masa lalu, tenang dan perlahan.

Pada siang hari, dia melakukan wawancara lagi.

Belakangan ini, dia mewawancarai beberapa perusahaan, tetapi semuanya tidak terlalu puas.

Wawancara hari ini, tawaran yang diberikan perusahaan lumayan bagus, mungkin bisa dicoba.

Keluar dari gedung kantor, ternyata diluar sedang hujan. Tidak deras, tenang dan penuh nostalgia, membuatnya kesal.

Yuni Lim menaruh tasnya diatas kepala, berlari ke pinggir jalan untuk mencari taksi, dan sebuah mobil hitam berhenti.

Jendela itu perlahan turun. Yuni Lim melihat ke samping. Itu Yessica Lim.

"Masuk." Yessica Lim memandangi cara dia membawa tas di kepalanya. Ekspersinya terlihat cuek

Yuni lim berjalan ke depan untuk mencari taksi seakan dia tak mendengar suaranya.

Mau tak mau Yessica Lim mengikutinya dari atas mobil . "Ada hubungannya denganmu, tentang saham yang ditinggalkan ayahmu!"

Yuni Lim mendengar kata-kata itu dan berhenti.

"Katakanlah." Yuni Lim berdiri di depan jendela dan tidak berniat memasuki mobil sama sekali.

Yessica Lim menggertakkan giginya, mengambil payung dan turun dari mobil, lalu menyerahkan sebuah dokumen kepadanya, "Selama kamu kembali bekerja dan menandatangani dokumen itu, bagian ayahmu adalah milikmu."

Tentu saja, Yuni Lim tidak berpikir bahwa Yessica Lim dan Yunus akan baik hati, tetapi ia juga tidak rela menolak.

Ia berpikir keras, namun wajahnya tidak menunjukkan itu sama sekali : "Katakanlah, kali ini kamu kembali mau mengancamku untuk melakukan apa?"

"Kamu..."

Mendengar kata-kata Yuni Lim yang berani, ekspresi Yessica tidak terlalu senang.

"Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, katakanlah. Diantara kita, tidak butuh berpura-pura." Yuni Lim menyipitkan mata, memandangnya tidak sabar.

Yessica Lim tersedak: "Hanya satu syarat, kamu datang kerja di perusahaan kami, saham ayahmu akan jadi milikmu."

Yuni Lim menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Ambillah! Kalau sudah ada keputusan, datanglah ke perusahaan dan temukan Kakek." Yessica melanjutkan perkataannya, dan mendorong Yuni Lim dengan dokumen di tangannya.

Tangannya menyentuh Yuni Lim sedikit, tapi Yuni Lim tiba-tiba terjatuh.

Sebelum Yessica mengerti apa yang terjadi, dia melihat Ferry Goh keluar dan dengan cepat mengangkat Yuni Lim.

Dia menoleh ke arah Yessica dan melontarkan dengan teguran di matanya: "Yessica, bisakah kamu tidak terlalu kasar!"

"Kasar apanya, aku benar-benar tidak..."

Yessica Lim terburu-buru ingin menjelaskan namun ketika ia mulai berbicara, dia merasa bingung akan apa yang terjadi.

Yuni Lim, yang gandeng oleh Ferry Goh, dengan hati-hati menarik lengannya dan berbisik "Sepupu saya juga tidak bermaksud melakukan itu. Jangan salahkan dia, kak Ferry."

Yessica Lim adalah orang yang terbiasa bermain trik. Dia segera sadar bahwa Yuni Lim pura-pura jatuh hanya karena dia melihat Ferry Goh.

"Yuni, tadi kamu hanya ..." Meskipun Yessica Lim ingin memanggil Yuni Lim, namun dia akhirnya menggigit bibir sendiri dan menatap Ferry Goh dengan tatapan menyalahkan diri sendiri.

Ia kira Ferry Goh masih seperti yang dulu, selalu memilih sisinya.

Sudah lama Ferry Goh tidak mendengar Yuni Lim memanggilnya seperti ini, dan hatinya segera melunak, tanpa sadar ia membela sisi Yuni Lim.

Ferry Goh tidak memperhatikan tatapan Yessica Lim sama sekali, Dia berkata, "Sekarang aku mengantar Yuni pulang agar dia tidak masuk angin, pakaiannya basah. Yesscia, makan malamnya kita tunda besok saja."

Setelah itu tanpa menunggu reaksi Yessica Lim, dia membawa Yuni Lim ke mobilnya.

Ketika Yuni Lim melihat Ferry Goh parkir di samping, tiba-tiba ide itu muncul, ingin mencoba bermain api, tak disangka baru mencoba sekali sudah membawakan hasil.

Yuni Lim menoleh dan menatap Yessica Lim. Suaranya masih baik-baik saja: "Sepupu ku, aku pulang duluan..."

Yessica Lim gemetar penuh amarah, tetapi hanya memasang senyum kaku dan palsu : "Selamat tinggal Yuni."

Yuni Lim sangat puas dengan reaksinya. Dia tersenyum dan mengikuti Ferry Goh untuk naik mobil.

Ketika di mobil, dia berusaha pergi dari Ferry Goh. Dia tidak ingin Ferry Goh tahu di mana dia tinggal.

Yuni Lim menurunkan alisnya dan berkata, "Kakak Ferry, mungkin sebaiknya kamu turunkan aku di sini. Aku khawatir sepupuku salah paham."

"Salah paham apa, aku dan dia lebih tua darimu, sudah seharusnya kita memperhatikanmu." Ferry Goh berbicara sambil mengemudi.

Tiba-tiba, suaranya mengecil : "Dulu..."

"Masa lalu sudah berlalu, kakak Ferry seharusnya tidak menyimpannya di hati."

Yuni Lim menundukkan kepalanya kearah yang tak bisa dilihat oleh Ferry Goh, menyembunyikan matanya yang berisikan dendam.

Dulu dia tak mungkin bisa memanggilnya "kakak Ferry“, panggilan menjijikan seperti itu.

"Lebih baik aku memanggilmu kakak ipar, sehingga sepupuku tidak akan terlalu banyak berpikir."

Dari bibir Yuni Lim muncul sedetik cibiran. Mengurangi rasa benci pun tidak bisa, bagaimana dengan menjaga perasaanya ? Ini adalah lelucon besar tahun ini.

"Dulu aku menyalahkanmu. Namun sudah lama tidak bertemu. Kamu kini sangat bijaksana." Ada keluhan di nada Ferry Goh.

Yuni Lim menoleh untuk menatapnya, dan dengan menoleh ke arah lain.

Ketika masih kecil, Ferry Goh sangat baik padanya, kalau tidak dia tidak akan menyukainya sebelumnya.

Bahkan jika dia tidak mendengar apa yang di katakan Ferry Goh di mal waktu itu, mungkin saja dia masih menyukainya.

Bagaimanapun, itu adalah orang yang Yuni Lim sukai ketika dia masih muda. dia tidak lagi menyukainya, dia juga tidak dapat membencinya.

"Kakak ipar, biarkan aku turun di sini. Di depan saya adalah daerah tempatku tinggal, tak perlu antar aku lebih jauh." Dia tidak ingin terus berduaan dengan Ferry Goh dan terlalu malas untuk menghadapinya.

Entah apa yang di pikirkan Ferry Goh, namun ia mengangguk, menanggalkan mantelnya dan melingkarinya di tubuh Yuni Lim, lalu mengambil payung untuknya : "Kalau begitu kamu bisa turun di sini."

Yuni lim harus mengenakan pakaiannya dan keluar dari mobil dengan payung yang diberikan padanya, mengingat dia lah yang memilih untuk berpura-pura dan bermain api dengan Yessica Lim.

Setelah keluar dari mobil, dia tidak berhenti. Dia langsung berbalik dan pergi.

Ferry Goh mengawasinya memasuki area tempatnya tinggal sebelum pergi.

Yuni Lim bersembunyi di balik semak tanaman, menyaksikan Ferry Goh pergi, lalu keluar, melempar jas dan payungnya ke tong sampah bersama, dan pulang naik taksi.

Sampai di rumah, Yuni Lim memesan makanan. Setelah makan, dia merasa sakit kepala dan tidur.

Semakin tidur semakin lelah, akhirnya tidur kali ini hanya membuatnya merasa kecapean, seperti tidak bisa bangun lagi.

Pada pukul tujuh, Yuni Lim bangun sekali, merasa tidak bertenaga, dan kembali tidur.

Dia merasa seperti masuk angin.

Tetapi tidak ada kekuatan untuk bangun dan minum obat flu.

Cukup berguling dalam selimut dan kembali tidur. Berharap mungkin setelah bangun ia akan sembuh.

Entah sudah berapa lama ia tertidur. Setengah tidur dan setengah bermimpi, ia merasa seseorang membelai kepalanya dan itu sangat nyaman.

Dia mendorong tanpa sadar di sana.

Setelah beberapa saat, dahinya menjadi dingin kembali, dan ia mendengar suara orang-orang berbicara.

Kesadaran Yuni Lim mengumpulkan kesadarannya dan mencoba untuk bangun. Namun semuanya terlihat kabur, yang berarti dia tidak bisa bangun.

Ketika akhirnya dia membuka matanya, ruangan itu gelap dengan nuansa yang berat. Dia mencoba menggerakan badannya dan sadar bahwa dia tidak bisa bergerak.

Dia kebingungan untuk beberapa saat sebelum dia tiba-tiba melihat ada orang lain bernapas di sampingnya.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu