After Met You - Bab 269 Menyuntikan Obat Penenang

Mimik wajah Yuni Lim sangat buruk, dan terlihat menyedihkan. Dia perlahan-lahan duduk dan perawat memegang bantal untuk menyandarkan tubuhnya.

Dia mengulurkan tangan dan menyentuh bagian bawah perutnya. Setelah sekian lama, baru ada reaksi. Dia hanya menggelengkan kepala dan bertanya, "Bagaimana mungkin?"

Perawat yang melihatnya seperti ini, hanya mendesah di lubuk hatinya.

Pasien yang bisa tinggal di bangsal vip, pasti orang kaya dan berkedudukan, tetapi dalam kasus ini, di mana ada orang kaya dan orang miskin, suasana hatinya sama.

Perawat tidak tahan dan menghiburnya, "Kamu masih muda, rawat baik-baik dulu tubuhmu baru mengandung lagi juga tidak masalah, kamu jangan terlalu sedih lagi."

Perawat sudah berusaha menghiburnya, melihat dia masih terlihat murung, perawat bertanya, "Bagaimana perasaanmu sekarang? Keluargamu baru saja keluar tadi, mau menonton TV?"

Perawat yang baru datang itu, sangat ramah terhadap pasien. Begitu selesai bertanya, perawat menyalakan TV dan meletakkan remote control di sampingnya, "Aku pergi dulu, kamu dapat membunyikan bel jika kamu membutuhkan sesuatu."

Yuni Lim sama sekali tidak mendengarkan perkataan perawat. Dia berbaring di tempat tidur dengan tatapan tak bernyawa, menatap kosong ke langit-langit.

Dia meletakkan satu tangan di perut bagian bawah dan tangan lainnya dikepal tanpa sadar.

Apakah benar-benar ada anak miliknya dan Candra Gail?

Tapi anak itu sudah pergi sekarang, itu salahnya ....

Pada saat ini, pintu bangsal terbuka.

Sosok ramping muncul di bangsal, Yuni Lim tenggelam dalam emosinya, tidak peduli siapa yang datang.

“Sudah bangun.” Suara pria yang lembut terdengar di bangsal, terasa memikat hati dan menyegarkan pikiran.

Yuni Lim mendengar suara yang familiar ini, kali ini dia berbalik untuk melihat pria itu.

Ketika melihat wajah pria itu, Yuni Lim menunjukkan mimik terkejut dan bergumam, "Tuan Feng?"

Niko Feng mendekat dan melihat tampang Yuni Lim, alis tebalnya sedikit tertaut, terdengar ada kekhawatiran dalam suara itu, "Kamu telah tidur selama sehari, apakah kamu lapar sekarang? Mau makan sesuatu?"

Dia duduk di ujung tempat tidur, dan menatap Yuni Lim dengan lembut.

Mata hitamnya berbeda dengan mata Candra Gail yang berwarna hitam pekat. Matanya berwarna coklat gelap, dan tidak terlihat suram. Sebaliknya, terasa lebih mudah didekati dan membuat orang merasa aman.

Yuni Lim melepaskan jarum di tangannya, kedua tangan menggenggam erat lengan Niko Feng. Wajah cerah yang cantik, menjadi brutal karena ledakan emosi yang tiba-tiba, "Apakah perawat itu benar? Bagaimana aku bisa hamil? Bagaimana aku sendiri bisa tidak tahu bahwa aku hamil? Dia ... "

"Tenanglah, " Niko Feng berusaha tenang menghadapi ledakan emosi dari Yuni Lim.

Dia tidak menepiskan tangan Yuni Lim, tetapi memandangnya dengan tenang, "Sebelum kamu bangun, aku berpikir untuk menyembunyikan hal ini, tetapi aku kemudian berpikir bahwa hal ini tentu dapat menyebabkan kamu menderita, Tetapi kamulah yang paling berhak untuk tahu apa yang sudah terjadi atas dirimu, sakit itu hanya sementara, dan itu akan segera berlalu. "

Kata-kata Niko Feng seperti sedang menghiburnya, tetapi pada saat yang sama terdengar begitu kejam dan tanpa perasaan.

Yuni Lim berteriak, "Tidak terima, aku tidak terima ... aku yang sudah membunuhnya ...aku pikir aku hanya sakit perut. Candra juga pernah meminta dokter untuk memeriksaku. Bagaimana mungkin ..."

Dia menggelengkan kepalanya dengan kencang, mengulangi kata-kata "bagaimana mungkin", dan air matanya jatuh satu per satu.

Itu adalah sebuah nyawa, itu kelalaiannya, dan semua adalah kesalahannya.

Yuni Lim mengulurkan tangannya dan menarik rambutnya sendiri, air matanya jatuh seperti butiran manik-manik.

Niko Feng mengulurkan tangannya untuk mencoba mencegah Yuni Lim jangan sampai melukai dirinya sendiri, tetapi Yuni Lim, yang terbenam dalam emosinya, benar-benar mengabaikannya.

Wajah Niko Feng menggelap, dengan segera ia memanggil dokter datang, menyuntikan obat penenang kepada Yuni Lim.

Setelah diberikan obat penenang, barulah Yuni Lim tenang kembali dan tidur.

Niko Feng berdiri di ujung ranjang rumah sakit dan mengawasinya sebentar. Setelah terdengar panggilan telepon masuk, dia berbalik dan berjalan ke jendela untuk menjawab telepon.

Telepon tersambung, dan Niko Feng mengerutkan dahi, "Ada apa?"

"Candra Gail mengirim orang untuk mencari Nona Yuni ..."

"Baik, Jangan biarkan mereka menemukannya disini. Disamping itu, siapkan pesawat pribadi dan kembali ke kota J malam ini."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Niko Feng menutup telepon dan menoleh untuk melihat Yuni Lim yang terbaring di ranjang rumah sakit, merasa sangat menginginkan dirinya.

---------

Mobil Bentley hitam melaju di jalan, tidak peduli apakah itu sedang lampu merah atau hijau, hanya melaju cepat tanpa peduli hidup atau mati.

Akhirnya, mobil berhenti di depan sebuah villa.

Villa ini adalah villa yang digunakan Ferry Goh untuk mengurung Yuni Lim.

Detik berikutnya, pintu mobil terbuka.

Candra Gail turun dari mobil dengan muka pucat. Dia bahkan tidak menutup pintu mobil, dengan segera menyerbu masuk ke dalam villa.

Begitu masuk, dia melihat Andrea berdiri di depan dengan tatapan dingin, sekelompok bawahannya berdiri di belakangnya dengan tertib, dan beberapa orang yang babak belur terbaring di tanah.

Candra Gail berjalan mendekati Andrea dan bertanya dengan suara serak, "Dimana dia?"

Kata "dia" tidak terdengar, hanya bentuk bibirnya saja, karena tenggorakan terlalu kering, tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

"Maaf, bos, ketika aku tiba ..."

Sebelum Andrea menyelesaikan kata-katanya, dia sudah ditendang oleh Candra Gail.

Andrea menerima tendangan keras, tubuh tinggi itu langsung terjungkal ke belakang. Dapat dilihat berapa besar kekuatan yang digunakan oleh Candra Gail.

Para bawahan yang berdiri dibelakang Andrea, saat Candra Gail menendang Andrea, dengan lincah segera menyingkir ke samping.

Andrea mengerang kesakitan pada dadanya yang seperti akan retak, dengan menggertakkan giginya dia bangkit berdiri, dan sosok yang tinggi tegap itu tampak sangat putus asa.

Dia berdiri di sana dengan sedikit membungkuk, seolah-olah mengakui kesalahannya.

Candra Gail seperti singa yang sedang marah, kehilangan akal sehatnya.

Ketika dia menghampiri Andrea, masih ada tinju lain dihadapannya, suaranya terdengar serak, "Aku memintamu menjemput seseorang, dimana orang yang kamu jemput itu?"

Andrea kembali terdiam menerima tinju ini, bahkan darah di bibirnya tidak dilapnya. Dia berdiri di sana tanpa ekspresi dan membiarkan Candra Gail memukulnya.

Dada Candra Gail naik turun dengan cepat, suara itu terdengar kelu, "Sekelompok sampah!"

Setelah itu, dia menghampiri beberapa orang yang tergeletak di tanah. Dia menarik seseorang dan menatapnya dengan suara serak, "Katakan, dimana Yuni?"

Pria itu dengan terbata-bata menjawab, "Tidak ... tahu".

Wajah Candra Gail terlihat kejam, "Tidak tahu?"

"Tidak...."

Sebelum pria itu lanjut bicara, tangan Candra Gail segera menamparnya, pria itu segera terjatuh kembali ke tanah.

Kemudian dia menginjak leher pria itu.

Pada detik berikutnya, pembuluh darah pria itu pecah, dan darah bercipratan dimana-mana, disaat yang sama, pria itu menghembuskan nafas terakhirnya, hingga selanjutnya tidak bersuara lagi.

Darah terciprat di celana setelan hitam Candra Gail dan melebur ke dalam kain hitamnya. Dengan wajah tidak berekspresi bertanya, "Aku tanya sekali lagi, dimana Yuni?"

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu