After Met You - Bab 708 Pria yang Duduk di Kursi Roda

Keluar dari kamar mandi, dan kembali ke ruangan untuk makan, ia melihat seorang pria duduk di meja tempat Lina duduk.

Walaupun jaraknya masih jauh dari tempat ia berdiri, ia langsung mengenali bahwa pria itu adalah Candra Gail.

“Mengapa kamu datang kesini?” Yuni Lim berjalan menghampiri mereka, lalu duduk di sebelah Candra Gail.

Candra Gail tidak menjawab, ia mengulurkan tangannya dan mengetuk meja, Yuni Lim baru menyadari bahwa di atas meja ada sebuah kotak makan.

Ia datang untuk mengantarkan makanan untuknya?

Yuni Lim tidak dapat menyembunyikan rasa senang dan terkejutnya, namun ia kembali berpikir, lalu berbisik di telinga Candra Gail: “Memangnya tidak masalah jika kamu keluar seperti ini?”

“Memang ada masalah apa?” Candra Gail menoleh, wajah Yuni Lim yang kecil berjarak tidak terlalu jauh dari wajah Candra Gail, gerakannya seperti hendak menghindar dari Candra Gail yang hendak menciumnya: “Ada kamu yang menutupiku, apa yang aku takutkan?”

“……”

Namun setelah dipikir kembali, sepertinya ini memang ada masalah.

Yuni Lim sekarang adalah bos dari L.K Grup, seluruh asset perusahaan Candra Gail kini berada di bawah namanya, maka, bukankah ini artinya sekarang Candra Gail adalah pria yang miskin?

Lina hanya diam dan terus memainkan ponselnya, berpura-pura tidak mendengar pasangan di hadapannya sedang bermesraan.

“Baiklah, makan di kantor saja.” Candra Gail berdiri, lalu menatap ke arah Lina dan berkata: “Tidak perlu mengkhawatirkan Andrea, ia akan segera kembali.”

Lina terdiam sejenak, kemudian ia berkata: “Baiklah.”

Ucapan Candra Gail membuat hatinya sangat lega.

Mereka berdua meninggalkan Lina, dan kembali ke kantor.

……

Karena saat ini adalah jam istirahat makan siang, di kantor tidak terlihat banyak orang.

Maka mereka berdua tidak bertemu siapapun saat berjalan menuju ruangan kerja.

Setelah sampai ke ruang kerja, Yuni Lim mulai memakan makanannya.

Candra Gail membawakannya sayur dan lauk pauk, ada kuah sup juga, dan jumlahnya tidak sedikit.

Sudah lama sekali Yuni Lim tidak memakan makanan yang dimasak oleh Candra Gail, ia memang sudah lapar, maka dari itu ia dapat menghabiskannya.

Saat Candra Gail membereskan kotak makan, ia tersenyum kepada Yuni Lim: “Lain kali harus memakai dua kotak makan.”

Yuni Lim menyadarinya, ia makan terlalu banyak dan harus bersandar sejenak.

“Kapan kamu akan kembali bekerja untuk perusahaan?” Posisi yang ditempati Yuni Lim saat ini adalah milik Candra Gail, usaha dan kerja keras Candra Gail selama bertahun-tahun, Yuni Lim ingin mengembalikannya pada Candra Gail.

Namun ia tidak menyangka, Candra Gail dengan mudah menolaknya: “Tidak akan.”

Setelah itu, saat Yuni Lim masih terkejut oleh ucapannya, Candra Gail melanjutkan berbicara: “Kamu anggap saja kamu sedang memelihara anak kecil, kamu pelihara aku, itu juga baik.”

Yuni Lim menoleh dan memandangnya, ia mengulurkan tangan dan mencubit pipi Candra Gail: “Setelah tahun baru, kamu sudah tiga puluh tahun, mana bisa disebut anak kecil?”

Candra Gail mencibir, ia berkata dengan nada jahil: “Kamu anggap aku ini sudah tua? Bagaimana ini, tidak hanya sudah tua, aku juga tidak memiliki apa-apa, bagaimana Direktur Su bisa menyukaiku.”

“Apa yang kamu katakan!” Yuni Lim membungkam mulutnya: “Cari waktu untuk mengurus ini semua, ambil semua jabatan dan semua urusanmu, ini membuatku sangat lelah.”

Orang lain sangat ingin mendapatkannya, namun mereka tidak bisa mendapatkannya, namun lain dengan Yuni Lim, ia malah ingin melepaskannya.

Tatapan mata Candra Gail sangat tajam menatap ke arah Yuni Lim, raut wajahnya tidak berubah, namun suaranya menjadi berat dan terdengar lebih serius: “Kata-kata itu, jangan pernah kamu ucapkan lagi.”

Yuni Lim menyadari bahwa nada bicaranya berubah, ia baru saja ingin bertanya, namun Candra Gail telah berdiri dan menarik tangannya: “Masuk dan istirahatlah dulu.”

Setelah ia kenyang makan siang, ditambah lagi ia dapat tidur sejenak, ini sangat membuatnya nyaman, tentu saja Yuni Lim sangat senang.

Tidak masalah juga jika Candra Gail pulang ke rumah, dan merebahkan diri bersamanya.

Dengan cepat Yuni Lim sudah jatuh tertidur.

Candra Gail yang terlentang di sebelah Yuni Lim membuka mata, lalu ia bangkit, dan mengendap-endap, ia menutup pintu ruang istirahat, lalu ia menyalakan rokok, dan duduk di sofa.

Ia baru menghisap rokok, lalu ia mengeluarkan ponselnya dan meletakkannya di meja, ia seperti sedang menunggu kabar dari seseorang.

Selang beberapa saat, ponsel yang ia letakkan di atas meja bergetar.

Ia mengambil ponselnya, lalu menggeser tombol pembuka kunci dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

Orang yang berada di ujung telepon mulai bicara, nada bicaranya sangat sopan: “Nona Bate Charlene sudah naik ke pesawat.”

Kemudian, ia menutup telepon, lalu menaruh ponselnya ke tempat semula.

Ia menyenderkan tubuhnya, raut wajahnya terlihat lega.

Bate Charlene telah kembali ke Negara J, ia tidak akan memiliki kesempatan untuk berkata yang tidak-tidak lagi dengan Yuni Lim.

Bate Charlene berkata bahwa ia memiliki gangguan kejiwaan, lalu memangnya kenapa?

Ia tampak sangat normal, Yuni Lim juga terlihat sama seperti dulu, selalu mencintainya, hanya saja jika di depan Yuni Lim, Candra Gail harus selalu bisa menahan emosinya.

Demi istrinya sendiri, ia selalu menahan apapun, hanya saja, ia benar-benar tidak dapat menahan diri jika melihat Yuni Lim melihat pria lain, ia tidak suka Yuni Lim mengkhawatirkan pria lain.

Raut wajahnya terlihat lesu, bola matanya yang hitam menunjukkan suasana hatinya yang sedang susah, lalu ia beranjak dari sana dan berjalan menuju keluar.

……

Setelah keluar dari aula besar Perusahaan LK, Candra Gail memanggil taksi, lalu menaiki bus dua kali.

Ia pergi kesana kemari, pada akhirnya ia sampai di daerah villa baru di sisi lain perkotaan.

Karena lahan itu belum lama dibuka, kondisi geografis dan infrastruktur daerah itu belum terlalu baik, maka hanya sedikit orang yang tinggal disana.

Saat memasuki kompleks villa, ia sudah berjalan hampir setengah area villa, namun ia belum menemui seorang pun disana, ini menandakan area itu memang terpencil dan sangat jauh dari keramaian.

Pada akhirnya, setelah ia sampai di pintu masuk sebuah villa, langkahnya terhenti.

Di depan villa, terlihat tidak ada yang menjaga pintu, pintu utama villa itu setengah terbuka, jalan setapak di halamannya belum selesai dibenahi, sepertinya sedikit berantakan, tidak seperti ada orang yang tinggal disana.

Ia mendorong pintu, lalu berjalan masuk ke dalam.

Setelah melewati ruangan depan, ia memasuki ruangan yang lebih besar.

Ruangan itu sangat kosong, hanya ada perabotan utama seperti sofa, meja dan kursi, tidak ada furniture dan perabotan pelengkap lain.

Ia berkeliling sekali, lalu pandangannya jatuh ke kursi roda di dekat jendela.

Ada seorang pria muda yang duduk dan bersandar di kursi roda, tubuhnya terselimuti oleh selimut yang lembut.

Candra Gail berjalan mendekatinya, ia tidak melihatnya bergerak, sepertinya ia sedang tertidur.

Ia menyipitkan mata, lalu memanggilnya: “Lukman Lu.”

Tidak salah lagi, pria yang duduk di kursi roda itu adalah Lukman Lu.

Mendengar suara Candra Gail, ia perlahan membuka matanya, tatapan matanya sayu, ia terlihat lesu.

“Aku sudah datang.” Nada bicaranya terdengar familiar, menandakan ini bukan pertama kalinya ia datang ke tempat itu.

Raut wajah Candra Gail terlihat datar: “Dimana orang yang merawatmu?”

“Aku menyuruhnya istirahat.” Setelah itu, Lukman Lu mengatur kursi rodanya agar tegak kembali.

Setelah itu, ia mendorong kursi rodanya menuju sofa.

Candra Gail mengikutinya menuju sofa dan duduk di sana.

“Mengapa kamu hari ini datang kesini? Orang-orang Grisi pasti sudah tiba di Malaysia, merupakan hal yang tidak bijak jika kamu datang kesini.”

Di atas meja, ada sebuah teko air, Lukman Lu berbicara sembari menuangkan air untuknya.

Candra Gail menatap Lukman Lu sekilas, lalu berkata: “Albert Paige sudah tahu jika aku kembali ke Malaysia, kemarin aku telah pindah ke rumah.”

Tangan Lukman Lu yang memegang gelas tiba-tiba lemas, wajahnya yang kurus terlihat kehilangan daya, setelah itu, ia menutup mata untuk beberapa saat, lalu ia menarus gelas itu, ada setitik kebencian di raut wajahnya.

Selang beberapa saat, ia baru membuka mulut: “Kalau begitu, ia pasti sangat bahagia.”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu