After Met You - Bab 128 Ini Akan Aku Bawa Pergi

“Aku datang ke sini untuk menjenguk Hanna. Kemarin ia terluka karena menyelamatkanku dari lampu gantung yang terjatuh di studio.” Senyum Yuni Lim meredup.

Lukman menatap Yuni Lim dengan serius: “Bagaimana bisa lampu gantung itu terjatuh?”

“Entahlah.” Yuni Lim benar-benar tidak terlihat peduli ataupun khawatir: “Mungkin lampu itu tidak tergantung dengan baik atau sekrupnya ada yang kendur. Intinya bukan ini...”

Yuni Lim sedikit cemberut dan meletakkan gelasnya kembali ke atas meja. Wajahnya terlihat tidak peduli: “Ini sedikit sulit untuk dijelaskan.”

Lukman begitu sibuk beberapa hari ini, tapi ia memang mendengar desas-desus ada seorang selebriti terkenal yang dirawat di rumah sakit ini. Tapi Lukman tidak terlalu memperhatikannya. Siapa yang menyangka bahwa kejadiannya adalah seperti ini.

“Tunggu saja konferensi pers besok. Aku akan menjelaskan semuanya disana.” Yuni Lim melihat jam lalu berkata: “Oh, lihat sekarang sudah pukul berapa, aku harus segera pulang. Sore nanti aku akan sibuk.”

“Aku akan mengantarmu.” ujar Lukman sambil bangkit berdiri.

Yuni Lim menyadari bahwa Lukman juga sibuk. Ia ingin menolak tawarannya, tapi pria itu sudah terlanjur berjalan keluar.

“Oh iya... Kamu... Bagaimana bisa menjadi seorang wakil direktur rumah sakit?” Yuni Lim melangkah keluar dari pintu dan membalikkan kepalanya untuk menunjuk tulisan di pintu kantor Lukman.

“Rumah sakit ini adalah milik keluargaku.” Lukman menaikkan alisnya dan menjelaskan dengan suara rendah.

Yuni Lim merasa kikuk begitu mendengarnya dan hanya bisa mengangguk singkat.

Ia tahu Lukman berasal dari keluarga dengan latar belakang pendidikan kedokteran, tapi ia tidak menjadi tetangga Lukman setelah umurnya sembilan tahun. Walaupun ia tahu keluarga Lukman memiliki sebuah rumah sakit, ia tidak pernah tahu rumah sakit yang mana.

Lukman mengantar Yuni Lim sampai ke depan pintu: “Selanjutnya, sering-seringlah...”

Ucapan Lukman kemudian berhenti di tengah jalan. Pria itu lalu tersenyum singkat: “Kalau tidak ada masalah, kamu tidak perlu datang ke rumah sakit.”

“Baiklah.” Melihat senyum pendek Lukman, Yuni Lim merasa pria itu sedang menggodanya. Sedari dulu bagi Yuni Lim, Lukman adalah sosok kakak yang begitu hangat dan penuh rasa peduli.

Tepat pada saat itu, sebuah mobil Bentley putih berhenti di pinggir.

Jendela dari sisi penumpang di sebelah pengemudi pun turun, dan kepala Alex Paige muncul dari dalam. Ia tersenyum dan berkata: “Dokter Lukman, kebetulan sekali.”

Lukman menatap Alex Paige, matanya berkilat. Ia pun berujar: “Tuan Paige.”

Kedua mata Yuni Lim berkilat kagum dan pandangannya secara sadar menatap sisi pengemudi.

Detik berikutnya, pintu pengemudi pun terbuka. Candra Gail yang berada di dalam balutan jas pun turun dari mobil, tubuhnya yang ramping dengan cepat menarik perhatian Yuni Lim.

“Candra!” Yuni Lim memanggilnya dengan senang. Kakinya secara tidak sadar segera bergerak untuk menghampiri Candra Gail, namun ia terhenti seperti sedang memikirkan sesuatu. Yuni Lim lalu menoleh pada Lukman.

Lukman melirik Candra Gail. Kedua pria itu saling bertatapan sebelum akhirnya saling merasa aneh dan membuang pandangan masing-masing.

Gerakan kecil Yuni Lim tertangkap oleh sudut mata Lukman, dan ia menyadari betapa Yuni Lim sangat bergantung pada Candra Gail sekarang.

Ketika seseorang sudah sangat bergantung pada orang lain, seseorang itu akan dengan tidak sadar selalu melihat orang lain tersebut dan selalu ingin menghampirinya.

Hati Lukman terasa seperti jatuh nelangsa. Dulu, Yuni Lim juga selalu bergantung padanya.

Lukman menghela napas kecil dan suaranya terdengar seperti biasa: “Pergilah, aku masih ada pekerjaan.”

Ketika ia selesai berbicara, matanya berkilat. Lukman mengangkat tangannya yang tergantung di samping tubuhnya dan menepuk-nepuk kepala Yuni Lim. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke dalam rumah sakit.

Yuni Lim menatap punggung Lukman dengan malu. Gestur Lukman itu terasa begitu dekat baginya, apalagi dengan Candra Gail yang masih menatapnya lekat-lekat.

Yuni Lim mengusap-usap kepalanya sendiri lalu membalikkan tubuhnya dan berlari kecil menghampiri Candra Gail. Ia menengadah dan menatap pria itu: “Kenapa kamu kesini?”

Pandangan Candra Gail jatuh pada rambutnya namun dengan cepat ia membuang pandangannya. Suaranya yang keluar tidak dibalut dengan emosi apapun, namun amarahnya dapat terdengar dengan jelas: “Kenapa kamu tidak mengangkat telepon?”

“Telepon?” Yuni Lim mengingat-ingat. Benar juga, bukankah ia mematikan nada dering ponselnya ketika ia menghadiri rapat di perusahaan keluarga Lim sebelumnya?

Yuni Lim segera mengambil ponselnya dan menyadari bahwa ada tiga panggilan tidak terjawab untuknya.

Semuanya dari Candra Gail.

“Aku mematikan dering ponselku sebelumnya, jadi aku tidak dengar...” Yuni Lim menatap Candra Gail dengan hati-hati dan menyadari raut wajahnya yang sedikit dingin.

Yuni Lim tidak merasa salah, tapi melihat raut wajah Candra Gail... Bahkan suaranya secara tidak sadar menciut.

Candra Gail tidak bergerak sedikitpun, ia terlihat biasa saja.

Alex Paige yang diabaikan membuka pintu mobil: “Aku beritahu ya, kalian berdua mau berdiri di sini berapa lama? Ayo masuk, kita jenguk Hanna bersama.”

Yuni Lim menatap Alex Paige dan terpikir untuk memberitahu mereka bahwa ia sudah menjenguk wanita itu. Tapi Yuni Lim kembali menoleh pada Candra Gail dan menatapnya: “Apakah kamu mau masuk dan menjenguknya?”

Alis Candra Gail berkerut. Meskipun ia sudah berusaha untuk menghindari kecurigaan dan mengurangi frekuensi mengontak Hanna Gu, ia tetap adalah teman yang sudah mengenalnya begitu lama. Sudah seharusnya ia datang dan menjenguknya.

Apalagi sudah terlanjur datang.

“Ayo.”

Ketika kata terakhir selesai diucapkan, Yuni Lim merasa tangannya sudah digenggam oleh tangan Candra Gail yang hangat dan besar. Pria itu lalu menariknya berjalan masuk.

Alex Paige menatap Candra Gail dengan terkejut, namun tidak mengucapkan apapun.

……

Setelah menutup telepon, Hanna Gu duduk di atas sofa untuk menunggu kedatangan Amel. Tapi pada akhirnya, bukan Amel yang datang melainkan Yuni Lim, Candra Gail, dan Alex Paige.

Alex Paige melangkah masuk terlebih dulu, sebuket bunga segar berada di tangannya. Begitu Hanna Gu melihatnya, raut wajahnya langsung terkejut dan pandangannya tidak lepas dari seseorang di belakang Alex Paige: “Alex.”

Tapi begitu melihat sosok Candra Gail dan Yuni Lim di belakang Alex Paige, raut wajah Hanna Gu pun berubah.

“Bagaimana keadaanmu hari ini? Sudah baikan? Hari ini kami datang menjengukmu bersama.” Alex Paige berjalan menghampiri dan menaruh buket bunga itu di sisi Hanna Gu. Ia lalu menatap wajah wanita itu: “Hari ini raut wajahmu terlihat sudah baik-baik saja.”

Mendengar kata “kami” dari mulut Alex Paige membuat Candra Gail mengerutkan alisnya sedikit. Ia lalu menatap buah-buahan yang bertebaran di atas lantai.

Walaupun Hanna Gu sedang berbicara dengan Alex Paige, tapi perhatiannya tertuju pada Candra Gail. Begitu menyadari bahwa Candra Gail sedang menatap buah-buahan yang ada di lantai, mata Hanna Gu pun berkilat panik tidak karuan.

“Itu... Aku... Aku tidak sengaja menjatuhkan keranjang buahnya dan aku belum sempat memungutnya kembali...” Kata-kata yang diucapkan Hanna Gu ini seperti “penyangkalan bodoh yang membuka aibnya sendiri”

Alex Paige pun membalikkan kepalanya dan baru menyadari buah-buahan yang bertebaran di atas lantai.

Yuni Lim mengangkat kakinya dan menendang sebuah apel hingga buah itu menggelinding ke salah satu sisi ruangan. Ia menatap Hanna Gu, namun tidak mengucapkan apapun.

Suasana di ruangan itu pun berubah menjadi canggung dan aneh.

“Candra, kamu dan Yuni duduk dulu saja. Aku akan memungut buah-buahannya.” ujar Hanna Gu sambil bangkit berdiri.

Yuni Lim lebih cepat selangkah: “Biar aku saja, kamu kan terluka.”

“Benar, biar kami saja.” ujar Alex Paige yang ikut memungut bersama.

Yuni Lim memungut sebuah apel dan memperhatikannya dengan seksama. Bagaimana bisa ini ia mengatakan tidak sengaja jatuh, jelas-jelas ini rusak karena dilempar.

Sepertinya, emosi Hanna Gu tidak sebaik yang terlihat dari wajahnya, terlihat jelas bahwa perlakuannya yang tadi membuat Hanna Gu sangat marah.

Sifatnya ini begitu mirip dengan Yessica Lim.

Berbicara tentang Yessica Lim, Yuni Lim selalu merasa ada sesuatu yang janggal di dalam hatinya. Kepergian Yessica Lim ke luar negeri yang terlalu mendadak terasa begitu aneh.

Yuni Lim mengambil buah-buahan itu satu persatu, kemudian meletakkannya kembali ke dalam keranjang.

Mereka tetap berada di situ untuk beberapa saat sebelum akhirnya bersiap untuk pergi.

Ketika akan pergi, Candra Gail berjalan menghampiri keranjang buah itu. Keranjang yang penuh terisi dengan buah-buahan yang dipungut oleh Yuni Lim. Ia menatap Hanna Gu lalu dengan dingin berkata: “Ini akan aku bawa pergi.”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu