After Met You - Bab 380 Kalau Nanti, Sudah Terlambat

Yuni Lim kembali ke kamar, namun ia teringat ponselnya masih ada di lantai bawah. Ia pun membuka pintu dan bersiap turun ke bawah untuk mengambil ponselnya.

Candra Gail dan Marco Gail berbincang sambil duduk di ruang tamu. Begitu Yuni Lim keluar, secara kebetulan ia mendengar perkataan Candra.

Marco Gail dapat mendengar batasan yang ditarik Candra Gail dalam nada bicaranya, ia sedikit membuka bibirnya: “Candra, kamu...”

Begitu membuka mulut, kata-kata dibelakangnya agak tidak bisa diucapkan.

Marco Gail juga tidak mengetahui masalah yang terjadi dengan jelas.

Memang benar, awalnya ia tahu Candra Gail sudah menikah. Istrinya juga sama seperti Yuni Lim, baginya hal ini tidak ada untungnya.

Tapi ia juga tahu bahwa hal yang diputuskan Candra Gail tidak bisa ia usik semaunya.

Tapi kemudian, setelah ia mengetahui bahwa Yuni Lim adalah anak perempuan dari orang yang telah lama dikagumi oleh Sandi Gail, ia semakin membenci Yuni Lim.

Kegagalan terbesar dalam kehidupannya ini adalah Sandi Gail yang merupakan putri satu-satunya. Tapi, Sandi Gail adalah anak yang paling tidak menurut dan selanjutnya Marco Gail merasa malas untuk mempedulikannya...

Candra Gail memelintir rokok yang ada di tangannya, ia juga tidak menyalakannya sampai akhir. Ia pun bertanya: “Apakah masih ada hal lain?”

Terasa sangat jelas arti tersirat mengusir dalam nada bicara Candra Gail.

Marco Gail menghela napas panjang, hembusan napasnya terasa lesu: “Tidak ada hal yang penting.”

Candra Gail samar-samar menautkan alisnya, ia bisa mendengar keraguan dalam nada bicara Marco Gail.

“Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, lebih baik kakek segera kembali. Lain hari aku akan pulang menengokmu.” Sambil bicara, Candra Gail sudah bangkit berdiri.

Raut wajah Marco Gail sedikit berubah.

Dulu hubungan antara dirinya dan Candra Gail juga tidak dekat, tapi tidak sampai seasing ini.

Ia tahu, cucunya ini semakin lama semakin jauh dari dirinya.

Terpikir akan hal ini, Marco Gail langsung berkata tentang topik utama. Ia mengatakan tujuannya datang mencari Candra Gail: “Hanna Gu... Kabur. Mengenai pemilihan presiden baru dekat-dekat ini, pergerakan orang Grisi semakin aktif. Aku curiga ia tinggal bersama orang Grisi. Sebelumnya ia pernah merekrut orang Grisi untuk membeli obat.”

Raut wajah Candra Gail mendingin seketika dan sedikit memicingkan matanya, sudut matanya penuh dengan kecurigaan: “Kakek membiarkan Hanna Gu kabur?”

Terlukis raut malu di wajah Marco Gail: “Aku tidak menyangka ia begitu licik.”

Candra Gail hanya tersenyum dingin.

Marco Gail berkata lagi: “Akan tetapi dari awal aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya, sekarang seharusnya ia belum keluar dari Kerajaan J.”

Suara kedua orang yang sedang berbincang itu memang sengaja tidak dikecilkan, Yuni Lim yang berada di lantai dua pun dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

Hanna Gu kabur?

Yuni Lim menutup rapat bibirnya, dengan langkah pelan ia kembali ke kamar.

Tidak lama berselang, Candra Gail juga naik keatas.

Yuni Lim bertanya padanya: “Tuan Gail sudah pergi?”

“Ya.”

Candra Gail berjalan menghampiri dan memeluk Yuni Lim dari belakang: “Sudah beberapa hari kamu di Kerajaan J, apakah kamu ingin pulang?”

Yuni Lim mendengar apa yang mereka katakan dan tertawa tanpa suara: “Karena masalah Hanna Gu? Karena Hanna Gu kabur dan ia juga masih ada di sekitar lingkungan Kerajaan J, jadi kamu takut ia akan datang mencariku?”

“Kamu sudah mendengar semuanya?” Tubuh Candra Gail sedikit mematung.

“Kenapa aku harus menghindarinya? Memangnya kenapa kalau ia datang mencariku? Masalah itu harus bisa dituntaskan pada akhirnya.”

Yuni Lim menyibak pelukan Candra Gail dan berjalan ke depan jendela, sorot matanya sedikit ragu.

“Aku bisa membereskannya.”

“Maksudmu adalah, kamu tinggal disini mencari Hanna Gu, membereskan masalah ini dan membiarkan aku seorang diri pulang?” Yuni Lim menoleh dan melihat pria itu, bara amarah sudah mulai tersulut disudut matanya.

“Maksudku adalah……”

Yuni Lim memotong perkataannya: “Aku mengerti. Aku akan pulang. Malam ini langsung pulang, pas sekali pagi hari sampai di Malaysia. Kamu suruh saja Andrea menyiapkan orang untuk menjemputku di bandara.”

Dengan wajah dingin Candra Gail berseru: “Yuni Lim!”

“Lebih cepat aku pergi, kamu juga bisa lebih cepat membereskan masalah ini. Aku akan menunggumu pulang di Malaysia.” Karena Yuni Lim merasa ia hanya akan membebani Candra Gail dengan berada di sampingnya dan juga membuat pria itu merasa tidak yakin bisa menjagaya dengan baik, maka Yuni Lim merasa sebaiknya ia pulang saja.

Setiap kalimat yang dikatakan Yuni Lim terdengar penuh pengertian dan masuk akal, namun membuat hati Candra Gail yang mendengarnya menjadi tidak nyaman.

Tapi Yuni Lim sudah mulai meringkasi barangnya, bukannya bersiap untuk melanjutkan pembicaraan dengan Candra Gail.

Percakapan ini tiba-tiba terhenti.

Malamnya, Candra Gail sendiri yang mengantar Yuni Lim ke bandara sekaligus memberikannya dua orang pengawal pribadi.

Yuni Lim menerima barang-barang dari tangan Candra Gail dan langsung berjalan masuk.

Ia berjalan sampai begitu jauh sampai akhirnya ia tidak bisa menahan untuk tidak menoleh dan melihat Candra Gail. Begitu ia menoleh, ternyata pria itu masih berpijak di tempat yang sama. Setelah melihat Yuni Lim menoleh, sorot mata Candra Gail langsung menjadi cerah.

Yuni Lim terpaku. Ia menyunggingkan bibirnya dan mengulaskan sebuah senyum pada pria itu.

Dasar bodoh.

Yuni Lim sebenarnya agak marah.

Tapi, Candra Gail juga sebenarnya melakukan ini demi kebaikan Yuni Lim.

Karena kejadian dua tahun yang lalu bukan hanya membuat dirinya waspada, namun juga membuat Candra Gail waspada.

Candra Gail boleh jadi melakukan semua hal dengan penuh percaya diri, tapi ia tidak berani mengambil resiko yang bisa membahayakan Yuni Lim.

Semakin lama bersama pria itu, ada kata-kata yang tidak perlu diucapkan namun ia bisa mengerti.

Yuni Lim menggerakan tangannya dan membuat tanda menelepon, Candra Gail tertawa sesaat. Matanya mengantar kepergian Yuni Lim.

Pagi di hari kedua, pesawat mendarat di Malaysia.

Saat Yuni Lim dan kedua pengawal turun dari pesawat, orang suruhan Andrea belum datang.

Sebelumnya, sebenarnya Yuni Lim hanya asal bicara saja menyuruh Andrea untuk mengatur orang datang menjemputnya untuk membuat Candra Gail kesal. Kenyataannya, ia sebenarnya merasa hal ini tidak perlu.

Yuni Lim berjalan keluar bandara, dan sambil berjalan ia sambil menelpon Andrea.

Setelah ia berjalan cukup jauh, kebetulan di seberang ada sebuah hotel.

Yuni Lim melihat ke arah hotel itu dan secara tidak sengaja melihat seorang wanita yang dipapah masuk ke dalam hotel oleh beberapa pria.

Bayangan wanita itu sepertinya tidak asing!

Yuni Lim menautkan alis seraya memperhatikan keadaan. Baru saja ia bersiap untuk memutus telepon, ternyata panggilannya tersambung.

“Nyonya, kami baru sampai. Anda ada dimana?”

Melihat orang-orang yang membawa wanita itu masuk kedalam hotel, raut wajah Yuni Lim pun sedikit dingin. Ia berkata di telepon: “Aku ada di pintu keluar, disini ada sebuah hotel.”

Lalu Yuni Lim memberitahukan nama hotelnya kepada Andrea.

Tidak sampai satu menit, Andrea menghampirinya dengan beberapa orang.

Yuni Lim melihat segerombol pengawal di belakang Andrea, ia sudah tahu pasti akan begini!

Kemudian ia kembali mengarahkan pandangannya ke dalam hotel sekilas, lalu berkata pada Andrea: “Aku mau pergi ke hotel seberang mencari seseorang.”

“Nyonya mau mencari siapa?”

“Kita pergi dulu. Kalau nanti, bisa terlambat.” Sekali lihat juga terlihat beberapa pria itu bukan orang baik-baik, sedangkan wanita itu sepertinya tidak berdaya sampai perlu dipapah seperti itu.

Selesai bicara, Yuni Lim tergesa-gesa berjalan pergi.

Begitu masuk kedalam hotel, Yuni Lim langsung bertanya kepada resepsionis: “Barusan ada tiga orang pria yang memapah seorang wanita yang mengenakan gaun Chanel berwarna biru muda masuk, mereka di kamar berapa?”

“Maaf, nona. Hal ini termasuk privasi tamu. Kalau anda adalah teman mereka, lebih baik langsung saja menelepon mereka.” Resepsionis hotel tentu saja sudah sangat berpengalaman sehingga tentu saja tidak dengan mudah memberitahunya.

Yuni Lim menjadi panik: “Saat tadi kamu mengurus prosedurnya, pasti kamu juga menyadari bahwa wanita itu tidak terlalu sadar. Tiga orang pria dewasa membawa seorang wanita masuk ke hotel untuk melakukan apa? Kita semua wanita, menurutmu sekarang ini wanita itu aman atau tidak?”

“Ini...” Resepsionis itu menjadi sedikit ragu.

Yuni Lim menatapnya dengan lekat: “Kamu bawa orangmu dan masuk bersama kami. Kalau tidak ada masalah itu bagus, tapi kalau ada, hitung-hitung kamu sudah menyelamatkan nyawa seseorang.”

“Saya minta ijin dulu...”

Tidak menunggu sampai nona resepsionis itu bicara, Andrea langsung mengulurkan tangannya dan membawa nona resepsionis itu keluar: “Minta ijin apa, pergi sekarang juga.”

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu