After Met You - Bab 729 Bertahanlah (2)

Setelah operasi selesai dilakukan, dokter dan perawat yang ikut menangani Yuni Lim tidak pergi untuk beristirahat, mereka semua tetap berada di rumah sakit, bersiap-siap jika terjadi sesuatu yang mendesak.

Semua orang tidak menikmati tahun baru dengan baik, hari pertama tahun baru, mereka juga belum bisa tenang.

Candra Gail selalu menjaga Yuni Lim, ia tidak mempedulikan hal lainnya, Asisten Andrea yang peka dan bijaksana meminta pembantu di istana Yurich untuk memasak makanan khas dan memberikannya kepada dokter dan perawat yang tetap berjaga di rumah sakit.

Istana Yurich sudah menjadi icon di Malaysia, koki restoran di dalamnya juga adalah koki terbaik disana.

Kondisi Yuni Lim yang menjadi kritis membuat para dokter dan perawat resah dan kebingungan, namun karena dihidangkan makanan yang lezat, mereka juga letih dan lapar, maka mereka makan juga tidak sedikit.

Asisten Andrea sudah bersama Candra Gail selama bertahun-tahun, ia juga telah terpengaruh oleh Candra Gail, ia juga menjadi sangat menghargai hari besar seperti ini.

Ia bercakap-cakap dengan dokter sebentar, kemudian ia membawakan makanan kepada Candra Gail.

Ia berdiri di luar kamar rawat, menatap tempat tidur yang ada di dalam, hidungnya tersumbat, tenggorokannya sedikit tercekat, ia menelan ludah, barulah ia bisa mengondisikan perasaannya.

Gilbert Lin seperti telah terpengaruh oleh perasaan Candra Gail, ia juga hanya makan sedikit.

Asisten Andrea sedikit khawatir, ia menyodorkan semangkuk sop kepada Gilbert Lin: “Apakah kamu mau makan sop?”

Gilbert Lin menggeleng, ia menggigit bibirnya, tiba-tiba ia meraih telinga Asisten Andrea dan berbisik padanya: “Paman Andrea, mengapa ibu terus menerus tidur?”

Asisten Andrea terdiam untuk waktu yang cukup lama, kemudian ia menjawab: “Karena ia sangat kelelahan, ia ingin beristirahat.”

Gilbert Lin merendahkan pandangannya: “Kalau begitu mengapa ayah menangis?”

Ia bisa merasakan bahwa orang-orang dewasa ini sedang membohonginya, karena ia pernah melihat mata ayahnya menjadi merah, walaupun ia tidak pernah melihat ayahnya meneteskan air mata, namun ia tahu, ayahnya pasti baru saja menangis.

Menangis bisa menyebabkan mata menjadi merah.

Asisten Andrea tidak tahu harus mengatakan apa, kemudian ia mendengar Gilbert Lin berkata: “Ayah menangis, aku juga ingin menangis.”

Ia mengatakan itu sembari mengusap air mata di wajahnya sendiri.

Asisten Andrea menggenggam tangannya yang mungil, ia mencari tissue basah di sakunya, kemudian menyobek bungkusnya, lalu ia menghapus air mata di wajah Gilbert Lin.

Beberapa waktu ini, semua orang menjadi sangat sibuk, sebenarnya mereka juga ingin menjaga Gilbert Lin, namun mereka tidak pernah menjadi orang tua sebelumnya, mereka juga tidak pernah merawat anak kecil, maka mereka merasa sedikit kesusahan untuk merawatnya.

Namun Gilbert Lin bukanlah anak yang suka menangis, ia sangat patuh.

“Tidak ada apa-apa, ayahmu hanya merasa tidak nyaman, tunggu sampai ibumu bangun, ayah akan menjadi lebih baik…” Asisten Andrea tidak tahu bagaimana cara menenangkan Gilbert Lin, ia berusaha menggunakan kata-kata sesederhana mungkin untuk menjelaskannya.

Entah Gilbert Lin mengerti atau tidak, ia menganggukkan kepalanya.

Asisten Andrea mengusap kepalanya, kemudian menyodorkan sebuah mangkuk ke hadapannya: “Makanlah sop lagi ya?”

Gilbert Lin makan sangat sedikit, ia benar-benar sangat khawatir.

Gilbert Lin memaksakan diri untuk memakan sop itu sampai setengah, kemudian ia mendekati Candra Gail.

……

Kondisi Yuni Lim benar-benar sangat mengkhawatirkan

Candra Gail terus berada di samping tempat tidur Yuni Lim, ia tidak berkedip sedetikpun.

Gilbert Lin tertidur saat sudah tengah malam, Candra Gail menaruh Gilbert Lin di sofa.

Langit mengeluarkan semburat cahaya putih, pertanda hari baru akan dimulai, kondisi Yuni Lim lagi-lagi masuk ke dalam fase kritis.

Daniel Mo dan para dokter lain melakukan operasi lagi kepada Yuni Lim.

Hanya saja, di tengah-tengah operasi, tiba-tiba Daniel Mo keluar dari ruangan.

Candra Gail yang mendengar suara pintu dibuka, segera mendongakkan kepala dan menatap Daniel Mo.

Raut wajah Daniel Mo membuat Candra Gail semakin terpuruk.

Candra Gail membuka mulutnya, namun ia tidak sanggup mengatakan apapun.

Daniel Mo belum membuka maskernya, ia berkata: “Apakah kamu ingin melihatnya untuk yang terakhir kali?”

“Apa… apa maksudnya?” Tenggorokan Candra Gail seperti baru saja menelan pasir, suaranya bergetar.

Belum sampai Daniel Mo menjawabnya, Candra Gail sudah mendorongnya, dan menerobos masuk ke ruang operasi.

Di dalam ruang operasi, hanya terdengar suara mesin dan alat-alat medis, para dokter dan perawat hanya terdiam di samping, suasana di dalam ruang operasi terasa mencekam.

Candra Gail melangkahkan kakinya dengan cepat menuju tempat tidur.

Raut wajah Yuni Lim terlihat damai, terbaring di atas tempat tidur, napasnya sangat lemah, ia seperti bisa pergi tidur untuk waktu yang panjang kapanpun ia mau.

Seketika bola mata Candra Gail menjadi merah, namun ia tidak bisa meneteskan air mata.

Ia memberikan kecupan di dahi Yuni Lim, kemudian menyibakkan rambutnya, gerakannya sangat lembut dan pelan.

Candra Gail tidak mengucapkan apapun, namun tampak sekali ia sangat bersedih dan terluka, membuat seluruh orang yang ada disana menundukkan kepala, tidak sanggup menatap mereka.

Candra Gail menggenggam tangan Yuni Lim yang dingin.

Ia mulai berbicara, suaranya sangat lirih.

“Kamu berjanji padaku akan memberikanku seorang anak perempuan, jangan ingkar janji seperti ini.”

“Jangan terus tertidur, aku tidak bisa merawat Gilbert dengan baik, apakah kamu tidak ingin melihatnya tumbuh besar?”

“Masih ada Sapi…”

Ia terus berbicara, kata-katanya sedikit berantakan, ia tidak tahu apa yang sedang ia katakan.

Ia berbicara untuk waktu yang sangat lama, namun tidak sedikitpun ada respon dari Yuni Lim.

Dokter dan perawat berusaha mengatakan padanya bahwa kemungkinan Yuni Lim tidak akan bisa bangun lagi.

Tangan Candra Gail mulai bergetar, bola matanya sudah basah, ia berbicara dengan perlahan namun tegas: “Jangan tinggalkan aku sendiri di sini, aku akan menemanimu pergi, tentang anakmu, aku tidak peduli dengannya, lagi pula kamu juga tidak peduli padanya, aku juga tidak terlalu menyayanginya, biarkan saja ia menderita hidup sendirian di dunia ini…”

Dokter dan perawat yang ada disana terkejut mendengarnya.

Apakah ini hanya sarkasme? Bagaimana bisa ia mengatakan itu?

“Tidurlah dengan tenang, aku akan menemanimu, jika kamu bersedia, aku juga bisa membawa Gilbert menemanimu juga, kamu tidak menginginkan kami, namun kami tidak rela, kami akan menemanimu…”

Setelah itu, Yuni Lim tidak juga memberikan respon apapun.

Selang beberapa detik, seorang perawat yang terus mengawasi monitor deteksi detak jantung berteriak: “Dokter, lihat!”

Seluruh dokter menoleh, melihat monitor mulai menunjukkan adanya respon detak jantung, semua orang tidak berani mempercayai ini, namun mereka tidak berhenti berusaha.

“Tuan, silakan keluar dulu, kami akan segera menolongnya!”

“Aku akan tetap disini, aku ingin melihatnya, jika keadaannya tidak membaik, aku akan membawa anaknya menemaninya.”

Raut wajah Candra Gail sangat tenang saat mengucapkannya, seluruh dokter disana terkejut, namun mereka tidak memiliki waktu untuk menggubrisnya.

Candra Gail ada disana, operasi kali ini memang benar-benar tidak biasa, para dokter juga tidak menyuruhnya keluar.

Candra Gail terdiam, berdiri di luar meja operasi, melihat dokter dan perawat yang sibuk bekerja, perasaannya naik turun.

Ia tahu, Yuni Lim takut mati, ia belum mau mati, ia tidak akan merelakannya dan Gilbert Lin.

Sejak kecil ia tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu, maka ia sangat menyayangi Gilbert Lin, ia tidak akan merelakan Gilbert Lin, ia tidak akan mengizinkannya menemaninya pergi.

Ia pasti mendengar semua ucapan Candra Gail.

Ia pasti bisa melewati masa kritisnya.

Operasi berjalan selama sepuluh jam.

Daniel Mo berjalan mendekati Candra Gail dan berkata: “Kondisi pasien sudah stabil, tidak ada kesalahan dalam operasi, operasi kali ini, pasien dapat melewati masa kritisnya.”

Dokter yang lain sudah sangat kelelahan.

Candra Gail menggangguk: “Baik.”

Kemudian ia terus berada di samping tempat tidur.

Bahkan kali ini, Gilbert Lin merasakan ada yang berbeda dari suasana dalam rumah sakit.

Ia juga tidak tidur sehari semalam, menemani Candra Gail.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu