After Met You - Bab 27 Pulang Untuk Membuatmu Merasa Cukup Melihatku

"Aku tidak seberani itu, apa kamu masih tidak tahu..."

Setelah selesai bicara, Yuni baru menyadari ucapannya. Tasya menatapnya dengan rasa keingintahuan yang tinggi: "Dari siapa kamu mempelajari ucapan itu?"

Tasya bicara sambil matanya mengarah ke luar pintu kaca, tatapannya jatuh ke mobil rolls royce, suaranya tersirat nada menggoda: "Belajar dengan pria itu?"

Yuni tahu yang dibicarakan Tasya adalah Candra. Hubungan antara dirinya dan Candra bisa diketahui dengan jelas tanpa harus dijelaskan sepatah atau dua kata. Tiba-tiba wajah Yuni memanas: "Bicara apa kamu, bukan dia."

Tasya melihat ekspresi tidak nyaman Yuni, Tasya sama sekali tidak percaya dengan ucapan wanita itu. Tasya memeluk kedua lengannya, lalu memiringkan kepalanya sembari menatap Yuni: "Aku memberikanmu kesempatan untuk sementara waktu mendapatkan maaf dariku. Tentunya kamu bisa menolaknya. Bagaimanapun dulu ada seseorang yang pergi ke luar negeri tanpa mengucapkan apapun, sepertinya juga tidak menganggapku sebagai teman."

Selesai bicara, Tasya memutar kepalanya mengarah ke luar jendela. Ekspresi matanya terlihat seperti kecewa.

Yuni Lim agak tercengang. Dia kembali mengingat permasalahan yang dulu, hatinya agak ragu. Tapi dibandingkan dengan beberapa keraguan itu, dia lebih tidak ingin kehilangan teman yang benar-benar tulus terhadapnya.

"Kami... sudah menerima buku pernikahan, tapi..."

Yuni menceritakan permasalahannya setelah dia kembali dengan singkat.

Setelah mendengarnya, Tasya menuangkan kopi dingin di depannya dengan perasaan kesal, lalu tertawa dingin: "Si pelacur Yessica Lim itu dan juga kakekmu...."

Yuni mengangguk. Tidak ada hal yang bagus untuk dibicarakan tentang Yunus dan Yessica.

……

Ketika keluar dari kafe, hujan masih belum berhenti. Langit sudah semakin gelap.

Yuni melihat ke arah Tasya dengan perasaan agak khawatir: "Kami antar kamu pulang, ya."

Tasya menggoyangkan tangannya, tidak ingin merepotkan Yuni: "Waktu sudah malam, besok masih harus pergi bekerja, lagipula tempat tinggalku tidak jauh, naik taksi sebentar sudah sampai. Hujan sangat deras, kalian pulanglah lebih awal. Aku pergi dulu."

Tasya adalah orang yang tidak sabaran, cepat tersulut emosi. Dia tipe orang yang bekerja dengan cepat dan sangat benci kepada orang yang lamban. Baru saja sebuah taksi kemari, Tasya langsung menghadang taksi tersebut lalu langsung duduk dan pergi.

Yuni tidak sempat menghadang Tasya. Ketika menunggu Yuni kembali meresponnya , Candra sudah memegang payung lalu berjalan ke arah Yuni. Dengan suara berat berkata: "Ayo pergi."

Karena bertemu kembali dengan sahabat, perasaan Yuni menjadi bagus. Jika bukan karena langit yang sudah menggelap, mungkin Yuni masih ingin berlama-lama dengan Tasya. Bahkan tidak bicara apakah hidupnya selama ini baik atau buruk, hanya dengan bersama sahabat, Yuni merasa bahagia. Ini baru yang namanya sahabat.

Yuni melihat tempat Tasya pergi, dengan pikiran kosong bersuara: "Hm."

Lalu tubuhnya ditarik oleh Candra ke arah parkiran.

Setelah masuk mobil, Yuni masih terbenam dalam kesenangannya. Bibirnya tidak henti-hentinya melengkung ke atas, tatapan matanya berbinar terang.

Saat Candra masuk ke dalam mobil, Candra terkejut. Beberapa waktu belakangan ini mengenal Yuni, Candra belum pernah melihat Yuni sesenang ini.

"Apakah itu sahabatmu?" Tanya Candra sembari bicara sembari memakaikan Yuni sabuk pengaman.

Untuk sementara waktu Yuni lupa akan pertengkarannya dengan Chandra. Yuni menjawab sambil tersenyum ke arah pria itu: "Benar sekali..."

Candra melihat peningkatan ekspresi senyum Yuni. Hatinya tiba-tiba tergerak. Pelan-pelan mendekatkan tubuhnya ke Yuni, lalu meletakkan tangannya di dagu Yuni dan menciumnya lembut.

Ekspresi senyum di wajah Yuni menghilang, matanya membesar: "Apa yang kamu lakukan?!"

"Oke, sudah tidak marah. Bagaimana kalau aku mentraktirmu makan?" Sudut bibir Candra tersenyum. Candra mencubit pipi Yuni, seperti sedang menggoda seorang anak kecil.

Yuni mengalihkan wajahnya, melepaskan tangan Candra: "Siapa yang peduli!"

Apakah dia berpikir kalau dirinya masih marah karena hal kemarin maka dari itu pria itu mentraktirnya makan? Dirinya tidak peduli!

Candra memutar stir kemudinya sebentar lalu memasukkan kunci mobil, mobil mulai berjalan. Di wajahnya terus terpampang ekspresi senyum: "Aku peduli."

Yuni tiba-tiba mengarah ke Candra. Mau tidak mau dia mengakui bahwa wajah Candra sangat tampan. Dari semua orang yang dia temui, hampir tidak ada yang lebih tampan dan pintar seperti Candra .

Ketika pria itu tidak tersenyum, wajah pria itu tanpa dia sadari bisa terlihat sangat dingin. Bahkan saat tidak melakukan apapun, juga bisa membuat orang di sampingnya merasa ada jarak.

Hal yang dirasakan Yuni adalah rasa yang seperti ini sekarang.

"Kenapa tidak bicara?" Candra yang seharian tidak mendengar respon Yuni akhirnya menengok ke arah Yuni. Ada ekspresi jahil di mata Candra, bibirnya melengkung ke bawah: "Bersama dari pagi sampai malam apa masih belum cukup melihatnya?"

Candra tertawa. Jarak diantara mereka hilang sedikit, tetapi tetap masih ada. Jika sebelumnya hal yang Candra lakukan semuanya membuat Yuni merasa Candra suka, Yuni pasti baru melakukannya. Dan sekarang Yuni agak ragu untuk melakukan hal itu.

Yuni menatap Candra sebentar, lalu memutar kepalanya melihat ke luar jendela, tidak bicara.

Melihat responnya, di matanya terlintas sebuah pikiran. Senyuman masih terpampang di wajah Candra: "Pulang nanti aku membiarkan kamu untuk melihat dengan cukup. Sekarang kita makan dulu."

Keluar dari restoran sudah pukul 10 malam. Hujan juga masih belum berhenti.

Angin berhembus ke arah tubuhnya. Yuni yang memakai dress tanpa lengan, kedinginan sambil memeluk kedua lengannya. Wajahnya agak pucat, lalu tiba-tiba Yuni merasa kedua bahunya menghangat.

Yuni memutar kepalanya melihat Candra. Pria itu memakai baju lengan panjang berwarna hitam, lengan bajunya di gulung sampai ke atas, memperlihatkan kulit lengan kecilnya yang putih dan cerah. Pria ini kelihatannya benar-benar menawan

Salah satu tangannya memegang gagang payung berwarna hitam. Jempol besarnya menekan tombol di payung, membukanya sampai menutupi kepala dua orang tersebut. Dia mengeluarkan tangannya yang satunya lagi untuk menarik Yuni ke dalam pelukannya. Dengan suara jelasnya berkata: "Ayo jalan."

Tubuh Yuni kecil dan ramping, lebih pendek dari Candra. Di peluk seperti itu oleh Candra, hampir seluruh tubuh Yuni masuk ke dalam pelukan Candra. Dada Candra yang bidang seperti memiliki rasa aman.

Yuni terkejut dengan pemikirannya barusan.

Tanpa sadar Yuni mengangkat kepala menatap Candra, langsung melihat bahwa bahu sebelah Candra dibasahi oleh hujan. Yuni baru sadar bahwa setengah payung ini hanya menutupi tubuhnya.

Sebelumnya Yuni akan merasa curiga dan agak berpikiran negatif dengan aksi Candra yang penuh perhatian seperti ini.

Dia memiliki nama yang buruk, dan juga tidak diterima di keluarga Lim. Walaupun dirinya tahu bahwa dirinya juga termasuk cantik, tapi masih banyak wanita cantik di luar sana. Kecuali alasan Candra menyukai dirinya, dia tidak bisa menemukan alasan kenapa Candra bersikap baik padanya.

Saat perjalanan pulang, Yuni memikirkan pertanyaan ini.

"Apakah masakan di restoran itu punya obat sihir? Sepanjang perjalanan kamu selalu lupa dengan keadaan sekitar. Sekarang sudah sampai rumah kamu masih seperti ini juga."

Suara Candra menyadarkan Yuni.

"Aku mandi dulu." Yuni masih belum berpikir jelas, dia juga tidak ingin banyak bicara. Dia membuka lemari baju lalu mengambil baju.

Siapa yang tahu bahwa gagang lemari yang baru saja dibuka akan mengeluarkan suara 'brak!' karena ditekan oleh Candra. Yuni yang tiba-tiba kembali ke lemari maju kaget karena Candra tengah berdiri menempel di depan lemari baju.

Kedua tangan Candra menekan bahu Yuni sampai ke depan lemari baju. Membuat Yuni masuk di antara pelukannya dan lemari baju, tidak membiarkan Yuni memiliki kesempatan untuk melarikaN diri. Matanya menggelap menatap Yuni dalam-dalam: "Katakan, apa yang kamu pikir..."

Yuni panik. Tidak menunggu Candra menyelesaikan ucapannya, Yuni langsung mengelak: "Intinya aku tidak sedang memikirkanmu!"

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu