After Met You - Bab 102 Kalau Tidak, Berikan Kepadaku… (1)

Lukman datang dengan segera.

Saat ia datang, Candra Gail baru saja selesai membersihkan meja makan, sedangkan Yuni Lim dengan tidak bersemangat melihat jam sebentar: “Aku mau pergi kerja, kalau tidak akan segera terlambat.”

“Hari ini tidak usah pergi.” Candra Gail tidak menoleh saat menolak. Sepertinya Lukman akan datang sesaat lagi.

Baru saja selesai berbicara, bel pintu pun berbunyi.

Candra Gail berbalik badan dan pergi membuka pintu. Raut wajah Lukman terlihat dalam saat melihat Candra Gail dan langsung bertanya: “Apa terjadi sesuatu pada Yuni?”

“Silakan masuk dulu.” Candra Gail membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah Yuni Lim berada. Lukman mengikutinya dari belakang, tidak lupa menutup pintu.

Ketika kedua orang itu sampai di ruang tengah, mereka menyadari bahwa tidak ada orang di sofa.

Yuni Lim berjalan keluar dari kamar mandi dengan limbung. Wajahnya seputih kertas, sepertinya jiwanya sangat menderita.

Candra Gail tidak mengatakan apapun dan langsung berjalan mendekatinya, kemudian memapahnya duduk di sofa.

Begitu Yuni Lim terduduk diatas sofa, sekujur tubuhnya terasa seperti tidak ada tulang yang mengakar di sofa.

Lukman memperhatikan kondisi Yuni Lim. Ia meletakkan kotak peralatan dokternya di samping dan berbicara: “Yuni, fokus sedikit. Beritahu aku bagian mana yang terasa tidak nyaman.”

Sambil bicara, Lukman mengambil sebuah jarum suntik dari kotak peralatan dokternya.

Candra Gail menopang Yuni Lim, membiarkan wanita itu menyender dalam pelukannya.

Yuni Lim sedikit kehilangan fokus. Ia mengangkat pandangannya dan melihat Lukman. Dengan suara yang lemah dan terkejut, ia pun berkata: “Kak Lukman, bagaimana kamu bisa datang ke sini?”

Begitu mendengar “Kak Lukman”, raut wajah Candra Gail berubah menjadi lebih gelap. Tapi ia tahu sekarang bukanlah saatnya untuk tersinggung.

Yuni Lim pernah disuntikkan racun yang jenisnya hanya diketahui oleh sebagian kecil orang. Waktu itu, racun itu sudah dikeluarkan dan dipelajari oleh ahli agar tahu cara membuat penawarnya.

Belakangan ini Yuni Lim sudah sangat terlindungi sehingga sulit untuk dicelakakan oleh orang lain.

Awalnya, alasan Candra Gail mencari Lukman saat dokter itu baru kembali ke negaranya juga adalah karena masalah ini. Candra Gail dan Alex Paige pernah berhubungan dengan Lukman dan mereka mempercayai kinerjanya.

“Ya, aku datang untuk menengokmu.” ujar Lukman sembari mencari sesuatu di dalam kotak peralatan dokternya. Suaranya mulai menghangat.

Yuni Lim yang bersandar dalam pelukan Candra Gail masih merasa sedikit tidak nyaman, ia memutar-mutar posisi tubuhnya. Sekarang ia merasa mual, ingin muntah, kepalanya pusing…

Candra Gail yang memeluknya tidak berbicara sepatah katapun, wajahnya tenang seperti air.

Yuni Lim akhirnya mengerti apa yang terjadi padanya. Ia menoleh menghadap Candra Gail, suaranya juga terdengar lemah: “Apakah ini efek obat sewaktu dulu aku diracun?”

“Tidak ada masalah.” Candra Gail hanya bicara tiga patah kata ini, suaranya terdengar tenang.

Tapi Yuni Lim tidak bisa merasa tenang. Sebaliknya, ia merasa semakin gelisah seiring dengan tubuhnya yang juga terasa semakin tidak nyaman.

“Kak Lukman, bukankah kamu bilang aku tidak bisa…” Apakah ia... Ketagihan?

Raut wajah Lukman tetap sama. Ia mengetuk-ketuk tabung suntik yang ada digenggamannya dan berjalan menuju Yuni Lim.

Candra Gail membantu Yuni Lim menaikkan lengan bajunya, sedangkan Lukman baru bersuara setelah selesai menyuntiknya: “Tentu saja tidak mungkin menjadi ketagihan. Sekarang, ini hanya sedikit reaksi yang normal, tidak perlu khawatir. Satu minggu ini mungkin terasa sedikit tidak nyaman, tapi selanjutnya tidak akan ada masalah.”

Apa yang kamu suntikkan kepadaku?” Yuni Lim dengan curiga bertanya pada Lukman. Ia merasa tubuhnya sekarang sudah nyaman dan sekujur tubuhnya sudah tenang.

“Obat penenang.” Lukman meletakkan jarum suntik yang ada ditangannya ke samping dan bertanya: “Sudah merasa baikan?”

“Iya.” Yuni Lim mengangguk dan duduk tegak dengan perlahan. Wajahnya mulai terlihat tidak terlalu pucat pasi lagi.

Candra Gail yang sedari tadi belum bersuara, akhirnya membuka mulut: “Kamu duduk sebentar. Aku akan antarkan Dokter Lukman keluar.”

Yuni Lim masih merasa tidak nyaman walaupun ia sudah merasa jauh lebih baik. Ia akhirnya hanya bisa tersenyum kepada Lukman karena masih belum terlalu bertenaga untuk mengatakan apapun padanya.

Lukman mengangkat tangannya hendak mengelus kepala Yuni Lim, ketika Candra Gail tiba-tiba bangkit berdiri ke depan Yuni Lim dan menghalanginya: “Dokter Lukman, biar aku antarkan kamu keluar.”

“Maaf saya sudah merepotkan Tuan Gail.” Lukman tidak menolak. Ia mengambil jarum suntik yang baru ia gunakan satu kali yang diletakkannya di samping, memasukkannya kembali ke dalam kotak peralatan dokternya, lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar.

Kedua pria itu terus berjalan dan baru menghentikan langkah mereka ketika keluar pintu utama.

“Kalau begitu, aku tidak perlu mengantar karena Dokter Lukman datang dengan menyetir sendiri. Hati-hati di jalan.” Candra Gail berdiri di sana dan dengan satu tangan mempersilakan Lukman pergi, mukanya terlihat datar tanpa ekspresi.

Lukman menoleh dan melihat Candra Gail, alisnya sedikit bertaut: “Yuni masih memerlukan perawatan intensif untuk beberapa hari ini.”

“Tentu saja aku akan menjaga istriku dengan baik.” Sorot mata Candra Gail terlihat sedikit dalam.

Sepertinya masih ada beberapa hal yang ingin disampaikan Lukman, ia membuka mulutnya tapi tidak bersuara. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk pergi ketika ia kembali mendengar suara Candra Gail: “Kamu dan Yuni adalah tetangga sewaktu kecil. Entah seberapa banyak informasi mengenai ayahnya yang Dokter Lukman ketahui.”

Begitu Lukman mendengarnya, seketika ia menoleh menatap Candra Gail. Sinar matanya tidak sama seperti biasanya, terlihat lebih tajam: “Sebaiknya kamu langsung bertanya pada Yuni kalau ingin tahu tentang masalah ayahnya, bukan malah menanyaiku.”

“Yang Dokter Lukman katakan memang benar. Orang luar tidak akan bisa menjelaskan apa-apa tentang masalah seperti ini.” Candra Gail menaikkan alisnya. Ada sedikit senyum mengejek yang terlihat dari sudut matanya.

“Orang luar”. Dua kata ini dikatakan oleh Candra Gail dengan penekanan.

Lukman juga adalah seorang yang cerdas. Bagaimana mungkin ia tidak memahami maksud Candra Gail?

Tapi Lukman masih tetap mengatakan apa yang seharusnya dikatakan: “Beberapa hari ini, mungkin Yuni akan bersikap tidak seperti biasanya dalam beberapa hal.”

“Ya.” Candra Gail juga tahu hal ini tanpa perlu Lukman memberitahunya. Ia sudah menjumpai segala macam trik dalam lingkungan bisnis selama beberapa tahun ini.

Lukman menatap Candra Gail dalam-dalam. Pria itu tetap tegap berdiri di sana, wajahnya juga tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tapi, keseriusan terdengar di dalam jawabannya meskipun hanya sekedar mengiyakan dengan ringan.

Terlihat jelas bahwa Candra Gail masih memiliki perasaan yang kuat terhadap Yuni Lim.

Begitu pikiran itu terlintas, entah mengapa sebuah perasaan kehilangan mengalir dalam hati Lukman. Tapi dokter itu tidak mengatakan apapun lagi. Ia hanya membalikkan tubuhnya dan melangkah naik ke dalam mobilnya.

Ekspresi Candra Gail yang ia tahan sepanjang tadi pun hilang ketika mobil Lukman sudah hilang dari pandangannya. Ia termenung sesaat, kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk.

Saat berjalan sampai di pintu ruang tengah, tiba-tiba ia mendengar Sapi melolong sedih.

“Yuni!”

Raut wajah Candra Gail berubah menjadi panik. Ia memanggil nama Yuni Lim dan berjalan menuju kamar anjing.

Yuni Lim dengan dingin menatap Sapi yang terjatuh setelah ia menendangnya ke tembok. Yuni Lim sedang bersiap untuk menendang anjing itu sekali lagi ketika Candra Gail berjalan masuk dan mendatanginya.

Pandangannya terpaku pada tubuh Sapi yang tidak berani berkutik sedikit pun di lantai. Candra Gail lalu menoleh dan menatap Yuni Lim: “Ayo, kita pergi.”

“Oh.” Yuni Lim dengan dingin melirik Candra Gail sekilas dan mengikutinya berjalan pergi.

Tapi, ia baru saja berjalan setengah jalan ketika tiba-tiba Yuni Lim berbalik arah. Wanita itu langsung berjalan sampai ke depan Sapi dan dengan sengit menendangnya sekali lagi.

Candra Gail tidak menyangka Yuni Lim akan berbalik arah dan menendang anjing itu sekali lagi. Tapi, ia lalu teringat dengan perkataan Lukman sesaat sebelum dokter itu pergi. Hatinya pun bisa mengerti. Alih-alih memarahi Yuni Lim, Candra Gail justru menuntunnya naik ke atas dan menyuruhnya untuk beristirahat.

“Tidur.” Candra Gail membaringkan Yuni Lim di atas kasur dan duduk di sampingnya. Ia hanya memandanginya, membiarkan wanita itu untuk tidur.

“Tidak ingin tidur.” Yuni Lim membalikkan tubuhnya dan terduduk, matanya menatap Candra Gail lurus-lurus.

“Ayo nurut.” Candra Gail tahu dalam beberapa waktu Yuni Lim akan merasa sedikit nyaman karena obat penenang yang baru saja disuntikkan kepadanya. Setelah beberapa waktu, efek obatnya akan menghilang dan Yuni Lim tidak akan merasa senyaman ini lagi. Jadi akan lebih baik untuknya kalau ia tidur sebentar sewaktu ia merasa sedikit nyaman.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu