After Met You - Bab 228 Datang dengan Sendirinya

"Tidak merokok?"

Lukman bertanya pada Candra yang duduk di seberangnya.

Candra memainkan rokok yang ada di tangannya, tidak diletakkan, tidak juga dipantik, "Dokter bukannya menyelamatkan orang dan mengobati penyakit? Kenapa menyuruh orang merokok?"

"Asal dalam batas normal."

Lukman tertawa, menatap Candra dengan sedikit tertarik.

Meskipun dia dan Candra tidak banyak berinteraksi, tapi dalam bayangannya, Candra memiliki kecanduan besar pada rokok.

Dulu saat masih sekolah, sering ada teman yang bertanya padanya, bagaimana cara lepas dari kecanduan rokok, bagaimana cara lepas dari kecanduan minum bir.

Semua itu berasal dari hati, jika hati bersikeras untuk berhenti, maka pasti akan berhenti. Meskipun ini sangat sulit, karena bagaimanapun hati manusia adalah yang paling sulit dikontrol.

"Hm." Candra menjawab dengan sekadarnya.

"Kamu datang bersama Yuni, apa ingin menjenguk Ferry?"

Lukman adalah orang yang peka, luka Yuni sama sekali tidak perlu dilakukan lagi pemeriksaan, lihat dari tampilannya yang segar saja sudah dapat diketahui bahwa Yuni telah pulih.

Saat Ferry masuk RS, meskipun bukan Lukman yang bertanggung jawab, tapi karena identitas Ferry, Lukman mendengar masalah ini dari orang lain.

Adik ipar dari istri ....

Tidak perlu dipikirkan lagi, Lukman sudah tahu bahwa ini ide Candra.

Tatapan Candra bergerak cepat dan menjawab dengan datar, "Sekalian."

Menyuruhnya untuk sengaja meluangkan waktu menjenguk Ferry, tentu tidak mungkin. Dia memukul Ferry, selain karena melihat pria itu keluar dari kamar Yuni, juga karena dendam masa lalu.

Sebelumnya dia yang terlalu gegabah, bahkan bisa karena beberapa perkataan Ferry, tidak mampu menahan emosi.

Dendam yang lama-kelamaan menumpuk, ditambah-tambah, Candra merasa pukulan yang dia berikan masih kurang berat.

........

Yuni dibawa oleh dokter perempuan itu untuk melakukan pemeriksaan.

Setelah sampai di ruang pemeriksaan, dia berkata pada dokter, asal mengeceknya saja.

Dia bisa tidur bisa makan, sangat amat sehat.

Hanya saja, luka di punggung masih dalam tahap pemulihan, kadang-kadang juga harus diperhatikan, akan tetapi tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap kehidupan sehari-hari, Candra saja yang membesar-besarkan masalah.

Dokter wanita itu menganggukan kepala mengerti.

Setelah melakukan pemeriksaan singkat pada Yuni, dengan sedikit sedih dokter berkata, "Suamimu memperlakukanmu dengan sangat baik."

"Masih ... Bolehlah." Yuni dengan tidak enak hati memasukkan anak rambut yang terlepas ke belakang telinga, pipinya memerah tanpa sadar.

Setelah pamit dari dokter yang penuh dengan rasa iri, Yuni menghela napas panjang, berjalan menuju kantor Lukman.

Dia membuka pintu, ternyata tidak ada seorang pun di dalamnya.

Yuni berpikir sebentar, kemudian mengerti.

Candra mengajaknya melakukan pemeriksaan dilakukan dengan mendadak, jadi artinya Candra tidak memiliki rencana seperti ini pada mulanya.

Sekarang baik Lukman maupun Candra tidak ada, Yuni tahu bahwa mereka pasti pergi mencari Ferry.

Pria yang tidak mudah dihadapi.

Jelas-jelas hanya masalah kecil, harus dibuat memutar.

........

Setelah Yuni keluar, dia menemukan suster yang kebetulan lewat, "Apa kamu melihat wakil pergi kemana?"

"Dia pergi ke kamar VIP yang ada di sebelah sana." Suster ini pernah bertemu Yuni sebelumnya, melihat Yuni yang bertanya dimana Lukman, langsung saja mengatakannya.

Sambil berkata, suster juga menunjukkan sebuah arah padanya.

Setelah Yuni berterima kasih, dia berjalan menuju arah itu.

Saat dia berjalan, kebetulan melihat Lukman keluar dari ruang pasien.

"Kakak Lukman."

Yuni memanggilnya, lalu berlari kecil menghampiri.

Lukman menengadahkan kepala melihatnya, wajahnya tersirat rasa panik, "Kenapa kamu ke sini? Bukannya pergi melakukan pemeriksaan?"

"Kamu jangan bohongi aku lagi, sehat begini kok mana perlu pemeriksaan!" Yuni memonyongkan bibir.

Lukman mengacak-acak rambut Yuni, "Pembohong."

"Rambutku ..." Yuni segera membereskan rambutnya, rambut ini adalah hasil blow Candra tadi pagi.

Senyum di wajah Lukman pelan-pelan memudar, "Aku masih ada urusan, balik dulu, tuan Gail dia ... Masih ada di dalam."

Sambil berkata, Lukman menoleh pada kamar pasien yang ada di belakang.

Yuni mengangguk-anggukan kepala, menoleh juga ke arah pintu.

Lukman memanggilnya, "Yuni."

"Ya."

Yuni menjawabnya tanpa memalingkan wajah, wanita itu melihat Candra berdiri di depan ranjang pasien, seperti sedang memikirkan sesuatu, akan tetapi karena dipisahkan oleh pintu, dia tidak dapat mendengar apapun.

Lukman yang menyadari bahwa pikiran Yuni hanya berpusat pada hal di balik pintu, kata-kata yang sudah sampai di mulutnya tertelan kembali. Dengan suara sedikit kecil berkata, "Aku balik dulu."

"Oke, sampai jumpa."

Yuni kini baru menoleh kepadanya sambil melambaikan tangan, mungkin karena takut membuat sadar orang yang berada di dallam, suara Yuni juga sangat kecil.

Ekspresi Lukman semakin datar.

Lukman berbalik dan pergi menuju kamar pasiennya, sepanjang jalan dokter dan pasien terus menyapanya, dia tidak hanya tidak membalas, gerak tubuh juga sedikit tidak natural.

........

Dalam kamar pasien.

Ferry melihat ke belakang Candra, menyadari tidak ada siapapun di belakangnya.

Tidak menemukan orang yang ingin dilihatnya, raut wajah Ferry sedikit lemas, "Untuk apa kamu datang? Sekarang sudah menyesal, datang memohon padaku?"

Mendengar itu, tatapan Candra tidak berubah sedikitpun.

Ferry hanya menganggap diamnya Candra sebagai bentuk iya kemudian tertawa, "Sudah terlambat, kita bertemu di pengadilan."

Sejak kecil hingga dewasa, selain berantem dengan orang di SD, bahkan Iwan Goh pun tidak pernah memukulnya, keluarga teman yang berantem dengannya itu, dibuatnya tidak bisa lagi sukses di Malaysia.

Pokoknya sekarang semua orang menganggap Ferry ingin mencegah Candra yang hendak memukul Yessica, baru kemudian dipukul oleh Candra. Dia berada di posisi yang lebih untung.

Sedang bingung mau mencari gara-gara apa dengan Candra, malah orang itu yang datang sendiri mencarinya.

"Jika harus bertemu di pengadilan, tolong diurus lebih cepat, aku sangat sibuk, perlu mengurus jadwal terlebih dahulu." eskpresi Candra tenang, tapi, dalam perkataannya mengandung maksud merendahkan, bahkan rasa tidak peduli.

Ferry kesal namun malah tertawa, "Candra Gail? Kepercayaan dirimu datang darimana?"

Sejak kecil hingga dewasa, selain ayahnya, Iwan Goh, tidak pernah lagi ada orang yang berkata dengan nada bicara seperti itu padanya.

"Untuk ini kamu tidak perlu tahu." Candra berkata lalu mengangkat tangan untuk melihat jam.

Candra menghitung waktu, jika kembali sekarang, pemeriksaan Yuni juga seharusnya sudah selesai.

Yuni ingin dia datang menjenguk Ferry, dan dia memang tidak ada maksud untuk menolak, memang seharusnya datang untuk melihat luka Ferry cukup parah atau tidak.

Melihat Ferry masih bisa ngomong dan tertawa, hatinya tanpa dihindari ada sedikit rasa tidak puas, sepertinya pukulan yang diberikan masih terlalu ringan.

Mengenai Yuni, dia tidak usah datang menjenguk lagi.

Candra benci tatapan Ferry pada Yuni.

Candra berbalik untuk keluar.

Saat matanya melihat ke arah pintu, menyipitkan mata, seketika matanya berubah tajam.

Tatapan Yuni yang berada di luar setelah bertemu dengan tatapan Candra, menjadi kaget hingga melonjak.

Candra yang tiba-tiba berbalik, membuat Yuni kaget setengah mati.

Karena tubuh Candra yang besar menutupi pandangan, Ferry sama sekali tidak melihat Yuni.

Melihat Candra yang sudah akan pergi, tanpa bisa ditahan Ferry bertanya dengan nada sarkastik, "Kenapa Yuni tidak datang? Jangan bilang kamu yang tidak mengizinkannya datang?"

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu