After Met You - Bab 507 Selalu Dia Yang Mengalah

"Benarkah?" Yuni Lim menatap ke arah Candra Gail: "Darimana kamu tahu?"

Antara dia dan Marco Gail, akur darimana? Sebelumnya di kantor, mereka hampir saja mencabik satu sama lain.

Mereka seperti ini juga hanya damai secara tampang saja.

Marco Gail juga tidak menyinggungnya secara terang-terangan. Dia juga senang dengan damai secara tampang seperti ini, lalu memanggilnya sebagai "kakek".

Mendengar perkataannya, Candra Gail hanya tersenyum. Tidak banyak bicara, hanya tetap dengan ekspresi itu seperti sedang membeberkan jejak.

Melihat dia yang tidak berbicara, Yuni Lim pun bertanya kepadanya: "Kenapa?"

"Tidak apa, ayo jalan, mari kuantarkan kembali ke kantor." kata Candra Gail yang sudah beranjak dari kursinya.

Yuni Lim menatapnya beberapa saat lalu bangkit secara perlahan.

Candra Gail menggendong Gilbert Lin keluar dari kursi anak, satu tangan meraihnya, tangannya yang lain direntangkan keluar dan menuntun Yuni Lim keluar.

Yuni Lim mwngikutinya langkah demi langkah dari belakang. Pandangannya jatuh pada pungggungnya yang bertenaga, setelah itu berkata: "Lepaskan aku."

Candra Gail menghentikan langkahnya. Saat melihat ke arahnya, alisnya sedikit terangkat: "Kenapa?"

Yuni Lim juga ikut berhenti, memiringkan kepalanya dan melihat ke arahnya, matanya tidak berekspresi. Dengan lembut berkata: "Aku ingat kita barusan bertengkar di pagi ihari, hal itu sampai sekarang juga masih belum diselesaikan. Jadi, tolong lepaskan tanganku."

Selesai berkata, dia meraih tangan yang digenggam Candra.

Telapak tangannya hangat dan kering, seperti selapis sutra. Digenggam olehnya, dia bisa memiliki suau perasaan nyaman yang sangat familiar.

Namun, dia tidak lupa, kejadiaan tadi pagi di rumah, di dalam rumah, masalah mengenai pembantu, perbincangan mereka berdua belum selesai dan dia langsung pergi.

Ini bukanlah kebiasaan yang baik, kebiasaan Candra yang seperti itu tidak bisa dibiarkan.

"Aku kira ini adalah hal kecil, namun kamu malah merasa kita sedang bertengkar." Candra Gail menyipitkan mata hitamnya, ekspresinya tak dapat dijelaskan.

"Maka sekarang aku mau pergi ke kantor terlebih dahulu." Yuni Lim menyingkirkan tangannya, lalu berkata kepada Gilbert Lin: "Gilbert, mama jalan dulu ya."

Gilbert Lin yang sedang menatap dua orang itu dengan penasaran, setelah mendengar perkataan Yuni Lim, bergegas melepaskan Candra Gail dan menarik tangan Yuni Lim. Lalu tak lupa ia membalikkan kepalanya dan berkata kepada Candra Gail: "Dah papa!"

Alis Candra Gail terangkat, sangat jelas dia amarahnya sudah meluap.

Sebelum dia melampiaskan amarahnya, Yuni Lim membawa Gilbert Lin pergi.

Tanpa sadar kedua tangannya mengerat, perempuan ini...hanya karena pembantu pun dia mau bertengkar dengannya?

Bagus sekali.

Ekspresinya berubah seketika, lalu menelepon ke rumah: "Pembantu yang memasak bubur tadi pagi, singkirkan! Juga, kedepannya aku tak mau lagi melihatnya di kota Malaysia."

Selesai berkata, dia menutup telepon dengan wajah yang galak.

......

Yuni Lim kembali ke kantor, memikirkan hal tersebut, merasa bahwa sesungguhnya itu hanyalah masalah kecil.

Karena itu dia bertengkar dengan Candra Gail, sepertinya juga sedikit heboh.

Candra Gail itu, pada dasarnya orang yang hanya mau disikapi dengan lembut, semakin Yuni seperti itu, Candra Gail akan semakin marah.

Namun, jelas-jelas dialah yang terlebih dahulu membuat keributan yang tak masuk akal, jadi kenapa harus selalu Yuni yang mengalah terlebih dahulu?

Sudahlah, wataknya itu, tak berubah sedikitpun, apakah Yuni masih bisa berharap dia untuk merubahnya?

Yuni Lim menetap di kantor sampai sore dengan pemikirannya yang kemana-mana, sampai waktu untuk pulang kerja, dia membawa Gilbert Lin pulang.

Dia pikir, setelah sampai rumah, dia akan membujuk Candra Gail dengan lembut, seharusnya dia akan mendengarnya.

Meski dia merasa dialah yang tidak benar dalam masalah ini, namun posisinya berbeda dengan Candra Gail, ini bukanlah hal yang bisa didiskusikan, maka, dia merasa bisa mendiskusikan hal ini.

Setelah dia menghentikan mobilnya, dia melihat ke arah garasi, tampak bahwa mobil Bentley yang sering dikendarai Candra Gail tidak berada di dalam, ini berarti Candra Gail masih belum pulang.

Sambil berpikir, tanpa sadar jari-jari Yuni Lim bertepuk-tepuk di setiran mobil.

Tidak mungkin terus-terusan lembur kan?

"Mama."

Sampai Gilbert Lin yang duduk dibelakang memanggilnya dengan kesal, dia baru kembali sadar.

"Iya iya, kita turun." Yuni Lim bergegas menjawabnya, membuka pintu dan turun dari mobil, lalu membawa keluar Gilbert Lin dari kursi keselamatan anak.

Meski sudah menebak bawa Candra Gail belum pulang, namun saat dia masuk ke dalam villa dia masih menanyakannya kepada pembantu.

"Tuan masih belum pulang."

Setelah mendapat jawaban yang sudah diketahuinya dari pembantu, Yuni Lim membawa Gilbert Lin mandi di atas.

Sambil memandikan Gilbert Lin, bertanya kepadanya: "Gilbert Lin kalau tidur sendirian takut kah?"

Gilbert Lin sedang memainkan bebek kecil yang mengapung di air, wajahnya juga terkena percikan air. Mendengar pertanyaan Yuni Lim, matanya berbinar-binar, melihat mata Yuni Lim dan berkata: "Tidak takut."

Selesai berkata, dia kembali memainkan bebek kecilnya.

Yuni Lim kembali mengatakan sesuatu kepadanya, kalau bukan menjawab "Hm" maka "Oh. Jelas-jelas perhatiannya seluruhnya terhadap bebek kecil yang berada di tangannya, sama sekali tidak mendengar perkataan Yuni Lim.

Gilbert Lin masih terlalu kecil. Terkadang saat berbicara dengannya, dia bisa dengar dengan serius. Terkadang saat ada mainan di tangannya atau ada hal lain yang lebih menyenangkan maka sama sekali dia tidak menghiraukan Yuni.

Stamina anak kecil belum cukup, tidak bisa seperti orang dewasa yang bisa melakukan dua hal sekaligus, juga penasaran akan semua hal, memberinya sebuah rubik dan dia main memainkannya sepanjang hari.

Karena terkena uap panas, wajah kecil Gilbert Lin sedikit memerah, saat Yuni Lim tidak berbicara dengannya, dia ngoceh dengan bebek kecilnya.

Melihatnya seperti itu, Yuni Lim merasa sangat imut, tak kuasa memberinya sebuah kecupan.

Lalu, dia menyampingkan kepalanya dan melihat ke arah Gilbert Lin: "Anakku, cium mama sebentar."

Gilber Lin menoleh dan memberikan sebuah kecupan di wajahnya.

Meski Gilber Lin menyium wajah Yuni Lim penuh dengan air ludah, namun hatinya tetap melembut dan sangat puas.

Lalu, sambil mengusapkan sabun pada Gilbert Lin, sambil berkata: "Anakku, bolehkah mama berdiskusi satu hal denganmu?"

Gilbert Lin yang sedang fokus terhadap mainan bebek kecilnya tentu saja tidak memperdulikannya.

Yuni Lim juga tidak peduli dia dengar atau tidak, langsung berkata: "Nanti pas papa pulang, kamu peluk kakinya dan beri dia kecupan gimana?"

Putranya berinisiatif menciumnya, dia pasti senang kan?

Seketika dia senang, moodnya juga langsung bagus. Seketika moodnya bagus, maka bisa berdiskusi dengannya dan dia tidak akan pergi begitu saja lagi kan?

Entah Gilbert Lin mengerti atau tidak namun dia langsung menjawab dengan keras: "Oh."

Meski Yuni Lim sudah menyiapkan semuanya dalam hatinya, menunggu Candra Gail pulalng, mau bagaimana membahas dengannya, namun dia tidak menyangka, bahkan setelah dia dan Gilbert Lin selesai makan, Candra Gail masih belum pulang.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu