After Met You - Bab 645 Tidak Leluasa

Melihat ekspresi Candra Gail, Yuni Lim pun tidak tahu harus menangis atau tertawa: “Pergi bermain ke luar adalah suatu hal yang wajar, untuk apa kamu bersikap misterius dan penuh rahasia seperti ini!”

Raut wajah Candra Gail tiba-tiba berubah serius: “Aku tidak ingin ada orang yang mengganggu kita.”

Ekspresi Yuni Lim kembali seperti semula, hatinya merasa tersentuh. Ia pun menjawab dengan suara pelan: “Ya.”

Candra Gail sangat menyukai persetujuan kecil Yuni Lim. Ia menjepit dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Seolah itu masih belum cukup, Candra Gail lalu menarik Yuni Lim masuk ke dalam pelukannya.

Yuni Lim sedikit meronta: “Ummph... Banyak orang...”

Mereka berdua duduk di kelas satu. Meskipun para penumpang lain duduk di kursi mereka masing-masing dan tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan, tapi tetap saja mereka berada di tempat umum.

Candra Gail tentu saja tidak mendengarkan ucapan Yuni Lim. Ia mengeratkan tangannya, memeluk sekujur tubuh Yuni Lim dengan erat. Yuni Lim hampir tenggelam dalam tubuh Candra Gail yang besar dan lebar.

Untungnya, Candra Gail tahu bahwa tindakannya itu sudah lebih dari cukup dan tidak membuat keributan di dalam pesawat.

Ketika bibirnya akhirnya meninggalkan bibir Yuni Lim, Candra Gail menggigit sedikit bibir wanita itu seolah-olah mengisyaratkan ketidakpuasannya.

Napas Candra Gail sedikit terengah-engah dan ia berbisik di telinga Yuni Lim: “Tidak leluasa.”

Yuni Lim menepuk lengan Candra Gail dengan kesal, namun pria itu dengan tangkas menangkap tangannya dan kembali mencium bibirnya: “Lain kali, kita naik pesawat pribadi saja. Hanya ada kita berdua, jadi bisa melakukan apapun yang ingin dilakukan.”

Mata Yuni Lim membesar dan dengan suara tertahan berujar: “Lepaskan aku!”

Awalnya Yuni Lim mengira Candra Gail begitu lelah akhir-akhir ini sehingga harus istirahat dengan baik. Sekarang setelah melihat kelincahan lidahnya, Yuni Lim jadi bertanya-tanya darimana Candra Gail bisa lelah.

Seolah-olah tidak mendengar Yuni Lim, Candra Gail melanjutka pertanyaannya: “Aku serius. Menurutmu bagaimana?”

“Menurutku otakmu perlu dibersihkan, ada terlalu banyak hal kotor di dalamnya!” Selesai bicara, Yuni Lim mendengus singkat dan memalingkan kepalanya kesisi yang lain.

Candra Gail menatap sisi wajah Yuni Lim yang sedang berpaling dan menjulurkan tangannya untuk merapikan rambut panjang wanita itu.

Sebelumnya, Yuni Lim memiliki rambut yang ikal. Tahun ini ia tidak pergi ke salon dan hanya memangkas rambutnya beberapa kali. Rambutnya masih tetap panjang, tapi sudah mulai perlahan kembali ke bentuk alaminya yang lurus.

Yuni Lim terlihat lebih patuh dan lembut dengan rambut lurus.

Candra Gail tidak ingat bagaimana rupa Yuni Lim saat ia masih menjadi rivalnya dulu.

Walapun begitu, bagaimanapun rupa Yuni Lim, ia tetap menjadi orang yang paling dicintai Candra Gail.

Pria itu menatap Yuni Lim, pandangannya perlahan mengabur.

……

Setelah mengudara selama lima jam, kedua orang itu akhirnya sampai di tempat tujuan.

Walaupun tidak membawa barang apapun, tapi Candra Gail masih memesan hotel.

Dibilang hotel, tapi sebenarnya bukan juga.

Pulau ini bukanlah tempat populer untuk turis, tingkat pengembangannya masih sangat sedikit. Pulau ini memiliki populasi yang kecil dan hanya ada beberapa turis. Ada banyak hotel disini, tapi semuanya tidak begitu bagus.

Karena ini adalah sebuah pulau, kebanyakan masyarakatnya bertahan hidup dari memancing.

Ada banyak pohon buah di pulau itu dengan laut yang memiliki banyak ikan di dalamnya. Cuacanya juga sangat nyaman, jadi bisa dibilang pulau ini adalah sebuah harta karun.

Tempat yang ternyata dipesan Candra Gail membuat Yuni Lim terkejut.

Ternyata Candra Gail memesan sebuah rumah penduduk yang terletak di pinggir laut.

Rumah itu terdiri dari dua tingkat. Tidak bisa dibilang megah, tapi tetap terlihat hangat dan nyaman dengan bunga-bunga dan pepohonan yang terawat apik di pekarangannya.

“Aku sudah memeriksa beberapa hotel itu sebelumnya dan tidak menemukan apapun yang istimewa. Lingkungannya juga biasa saja. Kebetulan aku melihat rumah orang ini dan kupikir kamu akan menyukainya, jadi aku langsung menghubungi pemiliknya.”

Candra Gail berdiri di samping Yuni Lim, dan menjelaskan padanya: “Tidak kusangka mereka benar-benar setuju. Apakah kamu menyukainya?”

“Ya!” Yuni Lim mengangguk, ia sangat menyukainya.

“Tuan Gail!”

Pemilik rumah itu dengan cepat keluar. Ternyata adalah sepasang suami istri yang sudah tua yang terlihat sangat baik hati.

Yang membuat Yuni Lim terkejut saat melihat mereka adalah, ternyata sepasang suami istri ini berwajah oriental, dan mereka juga berbicara Mandarin.

“Kalian juga orang negara Z?” Yuni Lim bertanya sedikit terkejut. Di negara luar, ketika bertemu dengan sesama orang dari negara Z, tentu saja ada rasa familiar.

“Ya, kami adalah orang negara Z. Ketika Tuan Gail menghubungi kami, selain karena niat sungguh-sungguhnya, statusnya sebagai orang negara Z juga membuat kami setuju. Ternyata kalian benar-benar pasangan yang serasi. Apa wanita ini istrimu?”

Yang bertanya adalah sang istri. Meskipun rambutnya sudah berwarna abu-abu, namun matanya masih sangat jernih dan ia terlihat sangat bersemangat.

Candra Gail pun berujar: “Ini istriku.”

“Nenek, silakan panggil aku Yuni.” Nenek itu terlihat sangat baik hati, Yuni Lim benar-benar menyukainya.

Wanita tua itu memicingkan matanya dan menatap Yuni Lim, lalu berujar berulang kali: “Baiklah, baiklah! Benar-benar bagus.”

Ia lalu mengajak Yuni Lim masuk: “Ayo cepat masuk, duduk di pesawat begitu lama pasti melelahkan dan membuat lapar. Aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian. Setelah makan, kalian bisa mandi dan beristirahat. Setelah itu, kita bisa pergi kelaut untuk menangkap ikan...”

Wanita tua itu tidak hanya memiliki sepasang mata yang jernih, namun ia juga berjalan dengan lincah. Bicaranya juga sangat cepat, begitu banyak kata-kata yang dilontarkan dalams sekali ucapannya seperti dentuman meriam.

Yuni Lim diam-diam tertawa. Nenek ini pasti masa mudanya dulu merupakan wanita yang populer di kalangan pria.

Wanita tua itu berjalan beberapa jarak lebih di depan, lalu menepuk kepalanya sendiri, kemudian menoleh dan menatap Candra Gail yang mengikutinya di belakang: “Gail kecil, pergilah dengan kakek mengambil beberapa barang-barang. Barang itu adalah baju dan kebutuhan sehari-hari yang kusiapkan untuk kalian… “

“Pfftt...” Yuni Lim diam-diam tertawa.

Gail kecil?

Ia belum pernah mendengar seseorang memanggil Candra Gail seperti ini.

Yuni Lim menoleh untuk menatap Candra Gail. Ia menyadari pria itu hanya berdiri di tempatnya di belakangnya, raut wajahnya terlihat sedikit tertegun.

Yuni Lim juga akhirnya bersuara: “Tuan muda Gail kecil, cepat pergi ambil barang-barangnya.”

Mata Candra Gail menyipit dan bibirnya bergerak, berujar pada Yuni Lim tanpa suara: panggil aku ‘suamiku’.

Yuni Lim mengangkat dagunya dan mendengus senang singkat ke arah Candra Gail, lalu berjalan pergi dengan sang nenek.

……

Nenek sudah tua, jadi meskipun ia masih sangat bersemangat, tapi fungsi berbagai organ sensorinya sudah menurun. Masakan yang ditumisnya jika bukan terasa hambar maka terasa asin.

Tapi Yuni Lim dan Candra Gail saling pengertian dan tidak mengucapkan apapun, mereka makan dengan tenang dan menghabiskan semua hidangannya..

Setelah selesai makan, Candra Gail bahkan berujar: “Makanannya sangat enak, terima kasih nenek.”

Yuni Lim sedikit terkejut, ia tidak menyangka Candra Gail bisa bersikap patuh seperti itu.

Begitu kembali ke kamar, Yuni Lim baru bertanya pada Candra Gail: “Kelihatannya kamu sangat menyukai nenek?”

Candra Gail tidak menyahut dan mengatur barang-barang yang sebelumnya ia ambil dari sang nenek.

Sebelum ia datang, ia memohon bantuan pasangan tua itu untuk mempersiapkan barang-barang itu.

Walaupun dikatakan ia meminta bantuan kepada pasangan tua itu, tapi sebenarnya, Candra Gail lebih dulu menemukan toko pakaian di pulau dan menghubunginya. Setelah semua sudah dibeli, ia meminta mereka untuk mengantarkan pesanannya ke rumah pasangan tua itu.

Setelah beberapa saat berlalu, Candra Gail baru menjawab: “Mereka sangat baik.”

Walaupun nada suara Candra Gail datar, tapi Yuni Lim bisa mendengar rasa suka yang tersembunyi dalam di dalamnya.

Benar-benar momen yang sangat jarang, bisa melihat Candra Gail mengekspresikan perasaannya begitu terbuka seperti ini.

Yuni Lim berjalan menghampiri dan memeluk Candra Gail dari belakang: “Kalau kamu menyukainya, kita bisa sering kesini saat ada waktu luang. Aku juga sangat menyukai tempat ini.”

Tapi, setelah ia bicara, Candra Gail tidak menyahut apapun.

“Aku sedang berbicara denganmu.”

“Ya.”

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu