After Met You - Bab 634 Dapat Diingat Olehmu Adalah Sebuah Kehormatan Bagiku

Meskipun Bate Charlene agak sedikit kurang setuju, namun ia tetap berujar: “Tentu saja boleh.”

Yuni Lim tersenyum samar: “Tiba-tiba meminta bantuanmu seperti ini memang agak sedikit mendadak. Tapi aku tahu kamu orang yang berbesar hati dan tidak mungkin juga keberatan. Bagaimanapun juga, terima kasih.”

“Tidak perlu sungkan, ini hanya masalah kecil. Selanjutnya, kerja sama antara dua perusahaan kita pasti masih ada banyak. Memang sudah seharusnya kita banyak mengobrol dan membangun koneksi.”

Saat Bate Charlene masih sangat kecil, ia sudah belajar berbisnis dengan ayahnya, Manni. Ia mengerti dengan sangat jelas tentang kelicikan dan penipuan di dalam lingkaran bisnis. Hanya saja, karena ada Manni yang selalu menjaganya, bisa dikatakan selama ini Bate Charlene tidak pernah mengalami kesulitan.

Setelah bisnis mereka kian hari semakin bertambah besar dan saat belum ada orang yang mengatakan padanya, ada segelintir orang yang bermain-main dengannya dan menjebaknya masuk untuk mengambil keuntungan darinya.

Bate Charlene tahu benar bahwa apa yang Yuni Lim katakan hanyalah kata santai untuk kesopanan saja. Hanya saja untuk sesaat, ia tidak tahu harus bagaimana untuk menyangkalnya. Sudut bibirnya hanya sedikit tertarik untuk menunjukkan senyum yang tidak terlalu jelas.

...

Kedua orang itu akhirnya sampai di tempat syuting iklan Hanna Gu. Bate Charlene menjelaskan secara singkat pada Yuni Lim tentang produk yang diendorse lalu membawanya masuk ke dalam.

“Nona.”

Belum juga mereka sampai di dalam, seorang pria bertubuh tinggi besar datang menyambut mereka dan dengan hormat mengangguk pada Bate Charlene.

Bate Charlene balas menganggukkan kepalanya dan bertanya: “Apakah ayahku juga ada di dalam?”

Pria itu menjawab dengan hormat: “Benar. Tuan Manni juga baru saja datang, ia memerintahkanku untuk pergi keluar membeli segelas kopi. Apakah nona juga mau minum sesuatu?”

“Nyonya Gail, apakah kamu mau juga mau minum? Biar Rexy membelinya.” Bate Charlene menoleh ke arah Yuni Lim.

Yuni Lim tersenyum samar lalu menolak: “Terima kasih, tidak perlu repot-repot. Aku tidak ingin minum.”

Bate Charlene mengangkat alisnya kemudian kembali menoleh ke arah Rexy: “Aku mau segelas jus apel.”

Rexy mengangguk, kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.

Hanya saja, sebelum ia pergi, ia melirik Yuni Lim sekilas.

Yuni Lim tersenyum ke arahnya dengan maksud baik, membuat pria itu tertegun sejenak lalu menekuk bibir bawahnya.

“Ini adalah asisten ayahku, Rexy. Si idiot yang tidak banyak bicara, benar-benar seorang pria yang sangat tidak menyenangkan.” Akan tetapi setelah bertemu dengan Candra Gail, Bate Charlene baru menyadari bahwa ternyata tidak semua orang yang tidak banyak bicara adalah seorang idiot yang tidak menyenangkan.

Sangat disayangkan...

Begitu Bate Charlene terpikir akan hal ini, ia tidak dapat menahan diri untuk tidak menoleh dan melihat ke arah Yuni Lim.

Ia dan Yuni Lim sudah berhubungan begitu banyak kali, tapi tetap saja ia merasa Yuni Lim tidak sebanding dengan dirinya.

Yuni Lim berjalan di sebelah Bate Charlene, melihat raut wajah wanita itu yang berubah secara tidak terduga dari sisinya. Entah apa yang sedang Bate Charlene pikirkan.

“Sudut ini sangat bagus...”

“Ayo cepat perbaiki lagi riasannya!”

Mereka berdua terdiam.

Mereka berdua belum masuk ke dalam studio, bahkan baru saja sampai di depan pintu, namun mereka sudah mendengar suara yang berasal dari dalam.

Bate Charlene menoleh menatap Yuni Lim: “Agak sedikit banyak orang, jadi di dalam agak sedikit panas.”

“Tidak masalah, Tuan Manni juga ada di dalam. Lagipula aku juga sudah datang, tentu saja aku harus menyapanya.” Wajah Yuni Lim menyiratkan senyum, sama sekali tidak terbersit keberatan.

Bate Charlene juga tertawa dan mengangguk. Tapi saat ia memutar tubuhnya, ia tidak tahan untuk tidak memutar bola matanya.

Dulu ia sudah tidak suka berurusan dengan wanita timur karena mereka terlalu suka berpura-pura.

Namun bagaimanapun juga, ia tidak bisa langsung mengekspos Yuni Lim secara terang-terangan.

Begitu banyak orang di dalam studio.

Yuni Lim berjalan masuk. Ia menghindari gerombolan orang dan menerobos celah diantara orang-orang, lalu melihat Hanna Gu dari kejauhan.

Aura feminim yang terpancar dari mata Hanna Gu sudah tidak sama lagi dengan karakternya yang dulu sebagai gadis dari keluarga kaya dan terpandang.

Sebelumnya, saat Hanna Gu menangkapnya, ia melihat wanita itu merokok.

Mungkin, ia tidak memiliki begitu banyak ikatan lagi setelah mundur dari layar kaca. Lagipula, hari-hari setelah Hanna Gu pensiun pasti dijalani dalam kondisi yang tidak terlalu baik.

“Ayah!”

Suara senang Bate Charlene menarik kembali pikiran Yuni Lim. Ia kembali melihat Hanna Gu sekilas, kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah Manni.

Manni tidak terlihat seperti orang yang sudah hampir berusia 70 tahun. Terlihat jelas ia merawat tubuhnya dengan sangat baik. Ia masih terlihat begitu bersemangat dengan rambut putih dan mata birunya. Ia kelihatan sangat hangat.

“Tuan Manni.” Yuni Lim berjalan menghampiri dengan raut senyum yang terukir di wajahnya.

Begitu Manni melihat Yuni Lim, ekspresi kaget langsung tertuang dalam wajahnya: “Oh, Nyonya Gail?”

“Kamu mengenaliku?” Kali ini, gantian Yuni Lim yang terkejut.

“Dulu ada suatu kali Marchelius mengadakan perjamuan makan di kastil Morgen. Aku juga hadir disana, sangat beruntung bisa bertemu denganmu.” Manni merekahkan senyumnya dan raut wajahnya terlihat sangat bersahabat.

Lubuk hati Yuni Lim menelan keterkejutannya, namun ia tidak menunjukkannya di raut wajahnya: “Dapat diingat olehmu adalah sebuah kehormatan bagiku.”

Tangan Manni menggenggam kelompok pedagang retail pakaian terbesar di dunia, ia juga merupakan pengusaha yang termasuk dalam daftar orang terkaya secara global. Orang seperti dirinya, ternyata bisa mengingat Yuni Lim walau hanya dalam sekali pertemuan di sebuah perjamuan makan. Apalagi hal ini sudah berlalu dan beberapa bulan setelahnya, Manni masih bisa mengenali Yuni Lim dalam sekali lihat. Bagi Yuni Lim, hal ini bukanlah sebuah perkara yang bisa disepelekan.

Kecuali, pria itu secara diam-diam menyelidiki tentangnya.

Hati Yuni Lim langsung menjadi waspada, senyum di wajahnya pun sedikit memudar.

“Tumben sekali hari ini Nyonya Gail ada waktu kosong dan datang kemari?” Selesai bicara, Manni kembali duduk lalu memerintahkan bawahan yang ada di belakangnya untuk mengambilkan kursi bagi Yuni Lim.

“Hari ini saat aku dan Nona Bate sudah selesai membahas tentang pekerjaan, waktu sudah agak larut. Kudengar ia akan datang kesini, aku juga ingin ikut untuk melihat sebentar...”

Bicara sampai sini, Yuni Lim terhenti sejenak. Ia kemudian menoleh dan melihat ke arah Hanna Gu, lalu melanjutkan: “Aku juga sedikit penasaran dengan Nona Gu.”

“Begitu, ya...” Manni sedikit bergumam: “Kalau begitu nanti setelah acara disini selesai, kamu boleh menemuinya dan berbincang.”

“Terima kasih.” Yuni Lim ternyata tidak menolaknya.

Melihat Yuni Lim dan ayahnya, Manni, mengobrol dengan sangat akrab membuat lubuk hati Bate Charlene merasa sedikit terkejut. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa.

Tidak lama kemudian, syuting iklan hari ini selesai. Para karyawan dan pekerja pun mulai bere-sberes.

Hanna Gu bahkan tidak mengganti pakaiannya terlebih dulu dan langsung berjalan menghampiri.

“Tidak kusangka ternyata Tuan Manni dan Nona Bate akan datang bersama, sebuah kehormatan bagiku.” Tinggi badan Hanna GU tidak berbeda jauh dengan Bate Charlene. Saat ia menoleh untuk melihat Bate Charlene, kebetulan matanya sejajar dengan wanita itu.

Bate Charlene sedikit memicingkan matanya: “Hanya sekalian melihat-lihat.”

Sambil bicara, ia sambil diam-diam menilai Hanna Gu.

Wanita ini tidaklah sama dengan Yuni Lim.

Bagaimana ya, sepertinya Yuni Lim masih sedikit lebih menyebalkan...

Bate Charlene menarik kembali sorot matanya kemudian melihat ke arah Yuni Lim: “Nyonya Gail, bukankah kamu mau mengobrol dengan Nona Gu?”

“Nyonya Gail?” Hanna Gu memiringkan kepalanya dan melihat ke arah Yuni Lim. Sinar matanya menjadi asing dan sudut bibirnya sedikit terangkat, ia terlihat sangat terkejut.

Yuni Lim tentu saja menangkap sorot mata Hanna Gu dan berujar dengan wajar: “Nona Gu seharusnya ada waktu luang, bukan? Mari kita duduk-duduk. Dulu aku pernah menonton film yang kamu mainkan.”

Yuni Lim mengucapkan kalimat yang terakhir seolah-olah ada arti yang dalam yang tersirat.

Raut wajah Hanna Gu terlihat sedikit tertekan. Ia terdiam selama dua detik lalu menjawab: “Baiklah.”

Pandangan kedua orang itu saling bertukar di udara, namun selanjutnya masing-masing saling memalingkan pandangannya.

...

Saat kedua orang itu keluar, langit sudah mulai gelap dan lampu sudah perlahan berpendar.

Di seberang mereka adalah pusat perbelanjaan umum. Yuni Lim keluar bersama Hanna Gu, namun tidak ada satupun dari mereka yang bicara. Mereka berjalan dalam diam sampai di kursi panjang yang terletak di pekarangan tempat itu lalu duduk disitu.

Orang-orang di sekitar mereka berlalu-lalang datang dan pergi, membuat suasana sangat berisik.

Namun aura di sekitar Yuni Lim dan Hanna Gu malah terasa hening yang janggal.

“Sepertinya akhir-akhir ini kamu lewati dengan cukup baik.” Akhirnya Hanna Gu-lah yang pertama kali membuka suara.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu