After Met You - Bab 644 Apakah Kamu Tidak Ingin Memberikan Penghargaan Padaku?

“Nyonya, kamu sedang melihat apa?”

Melihat Yuni Lim yang terus-menerus menatap ke satu arah membuat Lina yang duduk di hadapannya pun akhirnya menoleh dan menatap ke arah yang sama. Tapi ia tidak melihat sesuatu yang aneh.

Hanna Gu dan rombongannya sudah berjalan menjauh, jadi wajar jika Lina tidak melihatnya.

Yuni Lim menarik kembali pandangannya, lalu merapatkan bibirnya dan menyunggingkan senyum: “Tidak ada.”

Tepat pada saat itu, ponsel Yuni Lim berdering.

Telepon dari Candra Gail.

“Sudah makan, belum?” Suasana di sekitar Candra Gail di ujung telepon sana sangat tenang, tidak ada suara lain sedikitpun. Sepertinya pria itu sedang berada di sebuah tempat yang luas.

“Aku dan Lina sedang di dalam restoran, baru akan memesan makanan.” Yuni Lim berhenti sesaat lalu bertanya: “Kamu?”

“Belum.”

Selesai bicara, Candra Gail kembali menambahkan: “Masih ada sedikit hal yang belum selesai diurus, jadi baru bisa makan setelah selesai mengurusnya.”

“Kalau begitu, kapan kalian kembai ke kantor?”

Candra Gail hanya berujar: “Aku akan menjemputmu saat jam pulang kerja.”

Entah kenapa, Yuni Lim selalu merasa ada yang tidak tepat dengan suara Candra Gail. Seperti tersirat kekecewaan yang dalam dan juga seperti sedang menekan kondisi hatinya.

Yuni Lim pun mengernyitkan alis. Ia sedang berpikir untuk bertanya sesuatu saat mendengar Candra Gail berujar: “Kamu makanlah dulu.”

Setelahnya, pria itu langsung menutup telepon.

Yuni Lim menatap ponsel yang diputuskan panggilannya, sesaat tidak ada respon darinya.

Mungkin karena barusan ia mendengar suara Candra Gail yang tidak seperti biasanya, ditambah dengan pria itu pula yang memutuskan telepon duluan, Yuni Lim tentu saja merasa aneh.

“Apa yang bos katakan?” Karena terus mendengarkan apa yang dikatakan Yuni Lim, tentu saja Lina tahu yang tadi menelepon adalah Candra Gail. Namun melihat raut wajah Yuni Lim yang aneh, ia pun tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya.

“Urusan mereka belum selesai.” Yuni Lim dengan khawatir menjelaskan secara singkat pada Lina. Ia lalu menuliskan pesan pendek di ponselnya dan mengirimkannya pada Candra Gail. Yuni Lim mengingatkannya untuk pergi makan siang.

Kondisi lambung pria itu tidak baik, ia tidak bisa bersikeras menahan lapar.

Bukankah intensitas pekerjaan pria itu akhir-akhir ini terlalu besar?

...

Seperti janjinya, Candra Gail datang menjemput Yuni Lim saat malam hari waktu pulang kerja tiba.

Begitu naik mobil, Yuni Lim langsung bertanya padanya: “Siang tadi makan jam berapa?”

Candra Gail seperti tidak menyangka Yuni Lim akan bertanya hal ini padanya. Ia tertegun sejenak baru menjawab: “Setengah satu.”

Yuni Lim menatapnya curiga. Kenapa ia merasa perkataan Candra Gail ini tidak bisa dipercaya?

Pria itu bukan tipe orang yang patuh.

Tidak menunggu ucapan lain, Candra Gail kembali berujar: “Malam ini aku ingin makan ikan tim yang disiram minyak bawang.”

“Biaklah, aku juga akan merebus sup untuk mengembalikan staminamu. Belakangan ini kamu begitu sibuk.” Sekarang Yuni Lim sudah terbiasa memasak untuk Candra Gail.

Bekerja di kantor membuat Yuni Lim tidak memiliki waktu untuk memasak bagi Candra Gail di siang hari, sehingga ia baru bisa memasak pada malam hari.

Jarang sekali Candra Gail bisa berinisiatif lebih dulu untuk mengatakan apa yang ingin ia makan, ini membuat Yuni Lim merasa senang.

Mereka pun langsung pergi ke supermarket untuk berbelanja.

Hal ini adalah saran yang diusulkan Candra Gail saat itu juga. Semenjak mereka datang ke negara J, mereka berdua belum pernah keluar bersama untuk berbelanja.

Yuni Lim juga tidak tahu mengapa Candra Gail begitu santai.

Sesampainya di rumah untuk memasak, Yuni Lim baru bertanya: “Tumben hari ini kamu memiliki begitu banyak waktu. Apakah urusanmu sudah beres?”

Candra gail sedang memotong sayur. Bilangnya Yuni Lim yang memasak, namun sebenarnya Candra Gail yang menjadi kokinya.

Mendengar pertanyaan Yuni Lim, Candra Gail sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat wanita itu: “Minggu depan adalah waktu pemilihan presiden. Hal yang harus kuurus sudah kurang lebih selesai, jadi beberapa hari ke depan aku libur. Aku bisa menemanimu dengan baik.”

Begitu mendengarnya, mata Yuni Lim pun berkilat senang: “Benarkah?”

“Kapan aku pernah membohongimu?” Candra Gail juga ikut tertawa, alisnya ikut meregang sehingga ia terlihat amat sangat tampan.

Yuni Lim sampai terpukau dan termangu sejenak. Ia lalu menarik kembali tatapannya dan mengambil sendok untuk mengaduk sup di dalam panci: “Kalau kamu ada waktu libur, istirahat baik-baik saja di rumah.”

Yuni Lim memperhatikan seberapa sibuknya Candra Gail belakangan ini. Pria itu bisa mendapatkan waktu luang dengan susah payah, jadi bagaimana mungkin ia meminta Candra Gail untuk menemaninya.

Yuni Lim hanya berharap Candra Gail selamat dan sehat-sehat.

Candra Gail masih tetap memiringkan kepalanya dan menatap Yuni Lim, tatapan matanya yang dalam memancarkan sebersit sinar lembut. Melihat ekspresi Yuni Lim, ia seperti bisa menebak apa yang wanita itu pikirkan dalam hati sehingga ia pun berujar dengan suara yang kian melembut: “Aku tidak lelah.”

Tapi selanjutnya, suara Candra Gail tiba-tiba berubah sedikit sendu: “Asalkan ada kamu disisiku, aku tidak akan merasa lelah.”

Yuni Lim menoleh: “Apa?”

Suara Candra Gail sedikit kecil, sehingga Yuni Lim tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang pria itu katakan. Tapi ia kira-kira bisa menebaknya.

“Sudah, keluarlah. Sebentar lagi bisa makan.” Candra Gail malah tidak meneruskan pembicaraan mereka di topik ini. Ia menjulurkan tangannya untuk menekan bahu Yuni Lim dan mendorongnya keluar.

...

Karena Candra Gail bilang ada jatah libur untuk beberapa hari, pria itu pun tidak pergi ke kantor keesokan harinya.

Berhubung direkturnya saja libur, maka Yuni Lim sebagai istri direktur LK yang merangkap sebagai sekretaris direktur pun tidak perlu pergi ke kantor.

Pagi-pagi benar, entah dari mana Candra Gail menemukan sebuah majalah geografi. Ia lalu meletakkannya di hadapan Yuni Lim: “Lihatlah sendiri kamu mau pergi kemana, kita akan kesana.”

Yuni Lim melihat-lihat majalah geografi yang diberikan padanya. Ia lalu menengadah dan menatap Candra Gail, kemudian menggeleng dan berujar: “Tidak perlu. Pergi keluar sangat menyiksa, harus menentukan rencana perjalanan dan harus berkeliling. Waktu liburmu juga tidak begitu banyak, istirahat baik-baik saja di rumah.”

Mendengar Yuni Lim berkata demikian, Candra Gail pun tidak lagi mendesaknya.

Ia langsung duduk di samping Yuni Lim, tangannya mengambil majalah geografi tadi. Sebelah tangannya yang lain menarik Yuni Lim masuk ke dalam pelukannya, napasnya yang hangat menyerang belakang telinga Yuni Lim: “Kita lihat sama-sama.”

Yuni Lim tidak bisa menang dari Candra Gail, sehingga ia dan pria itu akhirnya bersama-sama melihat-lihat.

Yuni Lim sama sekali tidak memiliki niat untuk pergi main keluar, sehingga ia tidak melihat dengan serius.

Sebaliknya, Candra Gail yang biasanya hanya melihat dokumen kerja kini melihat majalah itu dengan serius: “Tempat bersejarah dengan pemandangan alami, semua ini boleh juga.”

Yuni Lim hanya mendekam dalam pelukan Candra Gail. Saat pria itu bicara, Yuni Lim dapat merasakan dentuman di dadanya.

Yuni Lim memiringkan kepalanya dan menyenderkannya di bahu Candra Gail. Sekujur tubuhnya menempel rekat dalam pelukan pria itu, terlihat mereka berdua sangat intim,

Yuni Lim sangat menyukai perasaan mesra semacam ini.

“Aku benar-benar serius, tidak usah pergi main ke luar. Bisa bersama seperti ini sudah lebih dari cukup.”

“Ya.”

Walaupun bibir Candra Gail mengucapkan ‘ya’, tapi pada akhirnya ia tetap membawa Yuni Lim pergi bertamasya.

Rencana perjalanan mereka adalah selama lima hari dengan lokasi yang dipilih adalah sebuah pulau kecil dengan pemandangan yang sangat indah dan cuaca yang sangat bersahabat.

Mereka berdua akan berdiam disana selama lima hari empat malam.

Pagi hari saat mereka berangkat, Candra Gail berkata ia ingin pergi keluar sebentar dan meminta Yuni Lim mengikutinya.

Yuni Lim juga tidak berpikir banyak lalu pergi mengikuti Candra Gail keluar.

Alhasil, ia dibawa Candra Gail pergi ke bandara.

Begitu Yuni Lim naik pesawat, dengan linglung ia bertanya pada Candra Gail: “Kita tidak membawa barang apapun dan langsung pergi seperti ini?”

Sebuah senyum bangga yang jarang terukir pun muncul di wajah Candra Gail karena ia berhasil menjahili Yuni Lim: “Semua sudah dipersiapkan dengan baik.”

Melihat Yuni Lim yang tidak memberikan respon apapun, Candra Gail pun mengangkat alisnya dan dengan tidak puas menarik Yuni Lim mendekat: “Apakah kamu tidak ingin memberikan penghargaan padaku? Kepergian kita kali ini tidak akan ditemukan orang lain dengan mudah. Nanti setelah mereka sadar kita pergi, kita sudah sampai di tempat tujuan. Kalau mereka mau pergi mencari kita, paling tidak mereka akan menghabiskan waktu dua sampai tiga hari. Saat itu tiba, kita sudah lumayan puas bermain dan tinggal berberes untuk pulang.”

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu