After Met You - Bab 149 Menyakiti Hatinya

“Kamu...” Saking sakitnya, pria yang sedang diinjak Candra Gail di tanah itu pun sampai tidak sanggup berbicara apapun. Ia sama sekali tidak menyangka Candra Gail memiliki keberanian untuk tiba-tiba memukul orang di tengah jalan.

Mobil lain pun satu persatu melaju mendekat.

Awalnya, masih ada beberapa orang yang membantu pria itu untuk berbicara, namun suara mereka meredup begitu menangkap pandangan Candra Gail yang sekilas menyapu mereka semua.

Candra Gail pun mengangkat kakinya dan membalikkan tubuhnya. Ia kembali ke mobilnya dan menulis selembar cek lalu melemparkannya pada pria itu. Candra Gail lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi.

Pria yang baru saja diinjak oleh Candra Gail itu sebenarnya merasa sangat malu. Ia bangkit berdiri untuk mengucapkan beberapa patah kata.

Namun setelah melihat beberapa angka nol yang tertera pada cek itu, pria itu pun berdiri dan mengebaskan debu dari tubuhnya seolah tidak terjadi apa-apa. Ia lalu kembali ke mobilnya.

Dari kerumunan orang itu, satupun tidak ada yang menghubungi polisi.

Candra Gail baru saja memukul seseorang, tapi kedongkolan dalam hatinya justru terasa lebih sulit untuk dipadamkan. Di pinggir jalan, ia menemukan sebuah bar dan langsung melangkah masuk sambil membawa Sapi.

Karena sebelumnya Sapi mengalami mabuk mobil yang parah, ia pun berjalan dengan sempoyongan.

Tentu saja, langkah Candra Gail yang membawa seekor anjing pun dihentikan oleh penjaga pintu.

Candra Gail melirik penjaga pintu itu sekilas lalu tetap melangkah masuk. Ia mengeluarkan selembar kartu dan melemparkannya pada meja resepsionis: “Sewa satu ruangan.”

Begitu nona resepsionis melihat kartu hitam edisi sangat terbatas diseluruh dunia itu, ia segera menyuruh orang untuk menyiapkan Candra Gail sebuah ruangan.

Candra Gail melangkah masuk sambil membawa Sapi dan tidak ada seorang pun yang berani berbicara.

Candra Gail memesan anggur, sedangkan Sapi hanya berada di sisinya dan mengamatinya.

Candra Gail menyesap anggur itu, lalu menoleh dan menatap Sapi. Ia mengambil satu buah gelas dan menuangkan anggur ke dalamnya, lalu meletakkan gelas anggur itu kehadapan Sapi.

Dengan penuh rasa penasaran, Sapi menjulurkan lidahnya dan menjilat anggur itu beberapa kali. Anjing itu kemudian menjadi oleng, terlihat seperti ingin datang mendekat dan menggosokkan tubuhnya dengan manja pada Candra Gail. Tapi, baru saja Sapi berjalan dua langkah ketika tiba-tiba ia melangkah mundur dua langkah pula dan terjatuh. Kemudian anjing itu bangkit berdiri lagi……

Candra Gail menatap anjing itu, lalu menjulurkan tangannya dan memeluk Sapi sambil menaruh anjing itu di atas sofa. Tatapan matanya begitu lembut, suaranya yang terdengar rendah dan halus menyiratkan keanehan: “Ternyata ini maksudnya ketika ia mengatakan merawat anjing.”

Setidaknya, anjing tidak akan diam-diam membantu orang lain ketika menumpang hidup di tempat majikannya. Selama kamu memperlakukannya dengan baik, anjing tidak akan mungkin kabur dengan orang lain.

Tidak seperti wanita itu......

Keterlaluan, benar-benar tidak berperasaan!

Begitu pikiran itu terbersit di benak Candra Gail, pupil matanya yang hitam meredup. Ia membuka sebotol anggur lagi, lalu langsung menenggaknya.

“Kaing...” Sapi terlihat tidak terlalu nyaman. Di atas sofa, ia mendorong dirinya mendekat pada Candra Gail.

……

Ketika Yuni Lim membuka matanya, warna putih memenuhi seluruh pandangannya.

Hidungnya menangkap bau obat dan membuatnya sadar dalam sekejap, kemudian ia menoleh dan melihat peralatan medis di sisinya. Saat itulah Yuni Lim menyadari bahwa ia sedang berada di rumah sakit.

Oh ya, Candra Gail.

Tanpa tenaga Yuni Lim berusaha untuk terduduk diatas ranjang. Ia menyadari tidak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya dan ia sedang mengenakan baju pasien.

Ia mencabut jarum yang menusuk punggung tangannya dan turun dari ranjang tanpa mengenakan alas kaki apapun. Tepat pada saat itu, seorang suster pun membuka pintu dan melangkah masuk.

Suster itu terlihat masih sangat muda. Ketika ia melihat Yuni Lim, ia pun bertanya: “Anda sudah sadar?”

“Halo. Dimana ponselku?” tanya Yuni Lim. Sekarang ini, ia benar-benar ingin segera menelepon Candra Gail.

“Ponsel anda ada di meja di laci diatas ranjang anda, tapi baterainya sudah habis. Sebelumnya, ada seseorang yang menelepon anda dan saya mengangkatnya. Ia sedang dalam perjalanan kemari. Tentu anda tidak keberatan, bukan?”

Nada suara suster itu terdengar sedikit bersalah. Saat itu, pasien wanita yang cantik ini sedang tidak sadarkan diri dan ada seseorang yang meneleponnya.

Begitu sang penelepon mendengar kabar bahwa pasien wanita ini baru saja mengalami kecelakaan, nada suaranya pun terdengar tegang. Pastilah ia adalah seorang sahabat karib pasien wanita ini. Suster pun memberi tahu alamat rumah sakit padanya, dan ponsel Yuni Lim kehabisan baterai sesaat setelah suster itu selesai berbicara.

“Tidak apa-apa, terima kasih.” Yuni Lim menggelengkan kepalanya. Ia kemudian membalikkan tubuhnya, membuka laci di atas ranjangnya, dan menemukan ponselnya di dalam laci itu.

Ponsel itu benar-benar kehabisan baterai dan tidak bisa menyala sama sekali.

Suster itu melihat Yuni Lim keluar dari ranjangnya tanpa mengenakan alas kaki apapun. Ia berkata dengan nada khawatir: “Sebaiknya anda kembali berbaring di ranjang. Karena anda sudah sadar, saya akan meminta dokter jaga untuk datang dan memeriksa keadaan anda.”

Yuni Lim mencoba beberapa kali untuk mengaktifkan ponselnya tapi tetap tidak mau menyala. Ia lalu bertanya kepada suster itu, nada suaranya terdengar sedikit frustasi: “Maaf merepotkan, pukul berapa sekarang?”

“Sekarang ya, sudah jam 12 lewat.” Suster itu mengambil botol infus yang sudah tersisa sedikit turun dari gantungan di samping kepala ranjang, lalu memasang sebotol lagi: “Sebaiknya anda cepat berbaring lagi karena harus menghabiskan satu botol lagi.”

Sudah pukul 12 lewat......

Yuni Lim tidak mendengarkan perkataan suster itu, dengan hati yang gelisah berkata: “Apakah aku bisa meminjam charger?”

“Baiklah. Mohon tunggu sebentar.” Suster itu sebenarnya hanyalah seorang anak magang, tapi sikapnya benar-benar sangat baik. Selesai berbicara, suster itu pun melangkah keluar.

Tidak lama kemudian, suster itu masuk kembali bersama seorang dokter dan memberikan charger untuk dipinjamkan pada Yuni Lim.

“Tidak ada masalah yang berarti. Luka di dahi anda sangat ringan, dalam beberapa hari akan sembuh. Besok anda sudah boleh keluar dari rumah sakit.”

Dokter itu pun keluar dari ruangan setelah selesai berbicara.

Yuni Lim kemudian mengecas ponselnya dan menyalakannya. Ternyata tidak ada panggilan tidak terjawab yang masuk, satu pun tidak ada.

Walaupun Candra Gail pasti marah, tidak mungkin ia akan semarah ini, bukan? Yuni Lim sudah benar-benar terlambat pulang ke rumah, tapi ia sama sekali tidak meneleponnya......

Saat Yuni Lim sedang tercenung, pintu kamar pun terbuka dan seseorang melangkah masuk.

Napas orang yang baru masuk itu terdengar terengah-engah. Begitu melihat Yuni Lim yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit, seseorang itu pun berjalan menghampirinya dan bertanya dengan nada suara khawatir: “Yuni, kamu baik-baik saja?”

Yuni Lim mengangkat kepalanya dan melihat yang datang menjenguknya ternyata adalah Ferry Goh.

Yuni Lim terlalu malas untuk menutupi rasa tidak sukanya dan menatap Ferry Goh dengan dingin: “Sedang apa kamu di sini?”

“Aku mendengar kamu kecelakaan jadi aku sangat khawatir.” Ferry Goh menghiraukan nada tidak suka Yuni Lim. Ia berjalan hingga ke depan ranjang, nada suaranya benar-benar khawatir.

Yuni Lim tidak mengacuhkannya dan memusatkan perhatiannya untuk menelepon Candra Gail.

Pria temperamen itu bukan hanya tidak meneleponnya sama sekali tapi juga tidak pergi mencarinya.

Candra Gail ternyata juga tidak mengangkat telepon dari Yuni Lim. Tunggu saja sampai ia pulang besok dan memberitahunya bahwa ia mengalami kecelakaan kecil! Biar saja pria itu merasa bersalah!

Ferry Goh menatap Yuni Lim yang tidak mengacuhkannya. Walaupun ia merasa tidak senang, namun matanya yang tajam bisa melihat siapa yang sedang Yuni Lim hubungi sekarang.

Ferry Goh kemudian bertanya: “Dimana Candra Gail? Kenapa ia tidak datang?”

“Bukan urusanmu, kamu cepatlah pergi. Melihatmu di sini membuat lukaku terasa semakin sakit. Dokter bilang aku membutuhkan banyak istirahat.”

Perhatian Yuni Lim sepenuhnya tertuju pada ponselnya. Bahkan ketika ia menyuruh Ferry Goh untuk pergi saja, kepalanya tidak terangkat sedikit pun untuk menatap pria itu.

Ferry Goh hanya mengira Yuni Lim masih marah karena tindakannya sebelumnya dan setelah melihat wanita itu terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah yang berarti, Ferry Goh merasa tidak ada gunanya ia berlama-lama di sini. Ia memutuskan untuk pulang dulu sekarang dan besok ia akan datang kembali.

Yuni Lim sudah hafal dengan kebiasaan Candra Gail. Ia sudah mencoba tiga kali menelepon pria itu, dan tetap Candra Gail tidak mengangkatnya. Yuni Lim pun berhenti menelepon.

Tapi Yuni Lim tidak bisa tidur sepanjang sisa malam itu. Ketika ia sudah hampir terlelap, Yuni Lim merasa mendengar ponselnya berdering. Ia cepat-cepat membuka matanya dan mengambil ponselnya. Ternyata tidak ada panggilan apapun yang masuk. Itu semua hanyalah halusinasinya.

Sepanjang malam dilewatinya seperti orang bodoh seperti itu.

Pagi-pagi benar keesokan harinya, Yuni Lim sudah bangun. Setelah selesai membereskan semua prosedur, ia baru teringat dengan mobil lain yang ia tabrak semalam.

Ia pun bertanya pada suster: “Bukankah kemarin aku menabrak orang lain? Bagaimana kondisi pengemudi mobil lain itu?”

“Pengemudi lain itu baik-baik saja. Setelah mengantar anda, ia pergi karena ada urusan lain. Tapi ia meninggalkan nomor teleponnya.” Usai berbicara, suster itu memberikan Yuni Lim sebuah nomor telepon.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu