After Met You - Bab 792 Riwayat Hidup Lukman Lu (2)

Setelah tidak bertemu dengan pasangan suami istri Yuni Lim dan Candra Gail, hidup Lukman Lu menjadi tenang bagai air, namun tetap disibukkan dengan berbagai kegiatan.

Luna Cheng tidak pernah mencarinya lagi, ini membuatnya sangat puas.

Ia menyukai kehidupan yang tenang dan tidak diganggu oleh orang lain.

Setiap pagi pada akhir pekan, ia selalu menelepon dan menanyakan kabar ke rumah, kemudian ia pergi ke dokter untuk memeriksa kesembuhannya, kemudian ia akan pergi ke pantai untuk melepas penat sejenak.

Saat kegiatannya sedang padat, ia tidak bisa melakukan hal-hal ini pada siang hari, ia hanya bisa mencari waktu pergi keluar pada malam hari.

Terkadang, ia duduk di pinggir pantai.

Sedangkan pada hari-hari biasa, ia akan menghabiskan waktunya di laboratorium.

Ia berpenampilan baik, kemampuannya luar biasa, ia juga berdedikasi tinggi, ia akan tersenyum pada siapapun yang bertemu dengannya, semua orang sangat menghormatinya.

Waktu berlalu, beberapa seniornya berinisiatif untuk membantunya mencari pasangan.

Lukman Lu tidak bisa menolaknya, maka ia menyetujui untuk menemui beberapa dari mereka.

Para gadis yang dikenalkan oleh seniornya adalah gadis-gadis cantik dan berbakat, Lukman Lu adalah orang yang sangat sopan, para gadis itu juga memiliki pandangan baik terhadap Lukman Lu.

Namun pada akhirnya, selalu tidak berhasil.

Para senior Lukman Lu menjadi penasaran, mengapa tidak ada satupun yang berhasil.

Para gadis itu menjawab, mereka membutuhkan seorang pria yang bisa menyayangi dan menjaga mereka, bukan seorang mesin peneliti yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk meneliti.

Lukman Lu adalah orang yang lembut, saat ia menyetujui untuk bertemu mereka, ia tidak mungkin akan mengatakan hal-hal yang tidak enak didengar.

Ia hanya menjelaskan dengan tenang: “Ada beberapa hal, yang sebaiknya aku katakan terlebih dulu di awal, pekerjaanku sangat sibuk, aku bahkan hanya memiliki waktu sepuluh menit untuk menelepon orang tuaku setiap pekan, jika kita bersama, pada saat hari raya atau saat kamu sakit dan mendapat masalah, selamanya aku tidak akan pernah bisa menjadi orang nomor satu yang datang menemuimu, aku minta maaf untuk hal ini.”

Setiap gadis yang memiliki perasaan padanya, ketika mendengar hal ini akan terpukau, namun beberapa waktu berlalu, akhirnya mereka mundur satu-persatu.

Lukman Lu tidak menghubungi perempuan terlebih dahulu, perempuan yang menghubunginya terlebih dahulu.

Saat mengajaknya menonton film, ia baru datang saat filmnya sudah selesai, alasannya karena ada proyek penelitian yang tidak bisa ia tinggalkan setengah jalan.

Saat mengajaknya makan, ia hanya memesankan makan via online, alasannya karena ia tidak memiliki waktu untuk pergi makan di luar.

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian seperti ini.

Entah itu wanita muda yang sedang mencari pasangan ataupun wanita yang seumuran dengan Lukman Lu, walaupun mereka semua menyukai Lukman Lu, namun pada akhirnya mereka menyerah.

Lukman Lu mendedikasikan dirinya sebagai seorang peneliti yang giat dan hebat dalam pekerjaannya.

Di antara semua orang, asistennya lah yang paling merasa khawatir.

Karena asistennya dan Luna Cheng bisa sampai di tahap membicarakan pernikahan.

Asistennya adalah orang yang sangat pandai dalam melakukan pekerjaannya, namun saat berhubungan dengan perasaan, ia terlalu berpikiran sempit.

Ia selalu berpikir bahwa jika ia dan Luna Cheng bisa bersama, mungkin saja Lukman Lu tidak akan terus-menerus menjadi seorang bujangan.

Lukman Lu mengetahui pemikirannya, ia berpikir ini adalah hal yang benar-benar menggelikan, ia juga berpikir bahwa anak ini berpikiran sempit.

Saat istirahat makan siang, ia mengajak asistennya untuk pergi ke sebuah cafe.

Lukman Lu duduk berhadapan dengan asistennya, asistennya terlihat seperti seorang pembawa acara dalam biro jodoh.

Ia sedikit menahan diri dan menyapanya: “Tuan Lu.”

Lukman Lu menatapnya dengan tatapan hangat: “Apakah tanggal pernikahanmu dnegan Nona Cheng sudah ditentukan?”

“Sedang ku atur.” Asisten sedikit terkejut dan menatapnya sekilas.

“Jika waktunya sudah tiba jangan lupa memberiku undangan.”

“Baik.”

Sampai pada setelah mereka berdua kembali ke laboratorium, asistennya baru menyadari tujuan Lukman Lu mengajaknya minum kopi.

Tanggal sebelas pada hari libur nasional, adalah hari pernikahan asistennya dengan Luna Cheng.

Lukman Lu berusaha untuk mencari waktu luang untuk menghadiri pernikahan mereka.

Saat Asistennya dan Luna Cheng sampai ke meja Lukman Lu untuk menuangkan anggur, Luna Cheng terkejut melihat Lukman Lu.

Walaupun beberapa tahun terakhir, Luna Cheng sangat jarang bertemu dengannya, ia masih terbiasa menyapanya: “Kakak Lukman?”

Lukman Lu tersenyum menatapnya, ia mengangkat gelasnya dan berkata: “Semoga pernikahan kalian langgeng dan bahagia.”

Luna Cheng melihat senyuman di wajahnya, ia merasa bahwa ini adalah senyuman yang paling tulus yang pernah ia lihat dari Lukman Lu selama ia mengenalnya.

Lukman Lu mendoakan mereka dengan tulus.

Pasangan yang saling tulus mencintai dan akhirnya bersatu, harus mendapatkan doa yang tulus.

Perasaan Luna Cheng yang sedikit tidak enak, tiba-tiba menghilang karena senyuman Lukman Lu ini.

Setelah itu, ia bertemu dengan Alex Paige dan Tasya.

Anak perempuan mereka baru berusia satu tahun, ia baru belajar bicara, ia memanjat ke kaki Alex Paige, hendak mencoba berjalan, ia terus mengoceh: “Ayah... ayah...”

Alex Paige tak henti-hentinya tersenyum, ia membungkuk, kemudian membantu anaknya berdiri, ia tidak tega melepaskannya, takut jika anaknya terjatuh, ia selalu berkata: “Sayangku, pelan-pelan, apa mau ayah gendong?”

Anak perempuannya berusaha melepaskan diri dari pelukan Alex Paige, saat ia tidak bisa melepaskan pelukannya, ia seperti ingin menangis, maka Alex Paige melepaskannya.

Begitu ia melepaskan pelukannya, anak Alex Paige berlari dengan kakinya yang kecil menuju ke arah Lukman Lu.

Awalnya anak Alex Paige belum bisa berjalan dengan stabil, kaki kecilnya melangkah dengan cepat, Lukman Lu yang melihatnya berjalan mendekatinya, terulas senyum di wajahnya.

Benar-benar menggemaskan.

Saat ia hampir mendekati Lukman Lu, ia hampir terjatuh, Lukman Lu takut ia terjatuh, kemudian ia berjongkok dan memapahnya, anak perempuan Alex Paige jatuh ke dalam pelukan Lukman Lu, mulutnya yang penuh air liur terus mengoceh: “Ayah... ayah...”

Alex Paige yang mengikuti dari belakang, sedikit kesal: “Sayang, lihat kesini, ayahmu disini.”

Alex Paige mengulurkan tangan hendak menggendong anaknya kembali, namun anaknya tetap memegang erat tangan Lukman Lu, tidak ingin melepaskannya.

Alex Paige baru melihat dengan jelas, orang yang memeluk anaknya adalah Lukman Lu.

Ia terdiam sejenak, melihat anak perempuannya tidak ingin lepas dari Lukman Lu, ia menyerah, suaranya terdengar menyesal: “Dia sekarang sudah mulai mengerti ucapan orang, sudah mulai nakal, kamu...”

“Tidak apa.” Lukman Lu menggendongnya dengan hati-hati, ia tersenyum dan menunduk menatapnya, Lukman Lu mendekatkan wajahnya padanya: “Cium dulu.”

Manusia kecil itu mencium pipi Lukman Lu, kemudian ia tertawa kepadanya.

Hati Lukman Lu seakan meleleh, tiba-tiba ia ingin memiliki seorang anak perempuan.

Alex Paige, ayah yang diabaikan oleh anaknya sendiri, merasa sakit hati, putri kesayangannya, belum tumbuh besar sudah mencium pria lain.

……

Beberapa tahun berlalu, Lukman Lu melanjutkan kesibukannya dalam pekerjaan, pada akhirnya tubuhnya menjadi rusak.

Ia masuk rumah sakit.

Saat keluar dari rumah sakit, ia telah kehilangan sepuluh kilogram dari berat badannya.

Beberapa tahun ini, pusat penelitiannya telah memproduksi berbagai macam obat, hal ini sangat berpengaruh untuk kemajuan ilmu kesehatan.

Saat ia keluar dari rumah sakit, ia mengirimkan surat pengunduran diri pada pusat penelitian.

Kepala pusat penelitian sudah melihat dedikasinya selama bertahun-tahun, lagi pula saat ini tubuhnya juga tidak sekuat dulu, maka ia mengizinkannya.

Ia dulu masuk dan bekerja di pusat penelitian sebagai orang jahat, namun dengan dedikasi dan hasilnya beberapa tahun ini, seluruh kesalahannya dapat terhapuskan.

Lukman Lu kembali ke Malaysia, ia menjalani perawatan selama enam bulan, kondisi tubuhnya perlahan membaik.

Pada akhir pekan saat tahun baru, Yuni Lim, Candra Gail dan kedua anaknya hendak berlibur, mereka menghubungi Alex Paige dan menanyakan padanya apakah ia ingin ikut berlibur. Alex Paige tidak menolaknya.

Saat pergi berlibur, ia baru menyadari bahwa selain keluarga Yuni Lim, ada juga Alex Paige sekeluarga yang lebih sering berada di Malaysia, jika ada urusan barulah mereka kembali ke Kota J, Lukman Lu merasa ini sangat normal.

Namun selain itu, masih ada seorang perempuan, dia adalah guru Gilbert Lin, ia sangat lembut dan bermartabat, ia lebih muda beberapa tahun dari Lukman Lu, dan dia belum memiliki pasangan.

Tujuan Yuni Lim adalah mengenalkan mereka berdua.

Umurnya juga sudah tidak muda lagi, orang-orang di sekitarnya sangat peduli dengan kelangsungan hidupnya.

Wanita yang berprofesi sebagai guru itu sangat lembut, ia sangat cocok untuk dijadikan istri.

Setelah selesai berlibur, Yuni Lim secara pribadi menemui Lukman Lu: “Bagaimana kesanmu saat bertemu dengan guru Gilbert?”

Lukman Lu tersenyum dan menjawabnya: “Sangat bagus.”

Mata Yuni Lim berbinar, ia terus bertanya padanya: “Kalau begitu, apakah kamu akan mencoba untuk menghubunginya?”

Lukman Lu teringat, pagi hari saat ia berdiri di depan cermin hendak merapikan diri, ia menyadari bahwa di antara rambutnya sudah tumbuh dua helai uban, daerah di dekat matanya juga sudah berkerut karena keriput.

Usia telah meninggalkan jejak di tubuhnya.

Namun di depannya, ada Yuni Lim yang selalu terlihat seperti berusia dua puluh tahun, usia tidak berpengaruh apapun padanya.

Ini juga merupakan hal yang menguntungkan.

Tatapan matanya menatap ke arah lain, ia berkata: “Lihat jika memang takdir.”

Yuni Lim tahu, hal ini tidak tepat lagi.

Yuni Lim mengkhawatirkan Lukman Lu.

Bagi orang yang masih muda, mimpi dan cinta adalah segalanya.

Saat usia perlahan menua, orang lebih menginginkan kehangatan cinta dari pasangan.

Lukman Lu tidak bisa sendiri selamanya, ia akan kesepian, tidak akan ada orang yang merawatnya saat ia sakit, tidak akan ada orang yang bisa diajak berbagi kebahagiaan saat ia bahagia.

Namun sifat Lukman Lu memang sangat hangat dan teguh, Yuni Lim juga tidak memaksanya lagi, ia tidak lagi memiliki keinginan untuk mengenalkannya pada orang lain.

Hanya saja, Yuni Lim sering mengundang Lukman Lu untuk makan bersama di rumah.

Hal ini membuat Candra Gail yang pelit dan sentimental menjadi tidak senang.

Setiap bertemu, dua orang pria paruh baya ini akan mudah untuk saling memaki dan mengejek secara verbal.

“Astaga, ubanmu bertambah banyak ya?”

“Sepertinya kamu bertambah gemuk? Jika kamu tidak memperhatikan makanmu, kamu akan terkena tekanan darah tinggi.”

Terus begitu, mereka hampir menggebrak meja dan berkelahi.

Yuni Lim hanya bisa menyuruh kedua anaknya untuk menenangkan mereka.

Kondisi seperti ini selalu terjadi setiap mereka bertemu.

Mereka terlalu sering bertengkar, Yuni Lim tidak bisa berbuat apa-apa.

Pada tahun berikutnya, kedua orang tua Lukman Lu satu persatu meninggal dunia, Lukman Lu mulai merasa kesepian.

Rumah sakit menerima korban kebakaran, sebuah keluarga terdiri dari empat orang.

Orang tuanya tidak berhasil diselamatkan, namun sepasang anak kembar perempuan dari keluarga itu berhasil bertahan hidup, mereka hanya terbatuk karena banyak menghirup asap, namun tidak ada yang terluka.

Lukman Lu memutuskan untuk mengadopsi anak kembar itu, ia merawatnya dengan baik.

Ia mengajak kedua anak itu untuk bertamu ke rumah Yuni Lim, saat berseteru dengan Candra Gail, ia menambahkan: “Aku punya anak perempuan kembar, kamu jangan iri padaku.”

Ucapannya membuat Candra Gail menjadi kesal.

Candra Gail sangat menginginkan anak perempuan.

Namun anak kedua Yuni Lim adalah seorang anak laki-laki, Yuni Lim tahu Candra Gail menyukai anak perempuan, ia sudah berdiskusi dengannya untuk memiliki seorang anak lagi.

Namun Candra Gail sangat menyayanginya, sehingga ia menolak untuk menyuruhnya melahirkan lagi.

Malam itu, Candra Gail masuk ke ruangan belajar kedua anak lelakinya, ia berkata dengan sangat serius: “Kalian berdua, jika kalian dewasa nanti, siapapun yang bisa menikahi salah satu putri dari Keluarga Lukman, akan bisa mendapatkan 10% dari saham perusahaan.”

Ucapan itu terdengar sampai ke telinga Lukman Lu, maka ia menasehati kedua putrinya: “Kalian berdua, jangan dekat-dekat dengan anak laki-laki dari Keluarga Gail, mereka akan mencuri permen dan bonekamu.”

Kedua putrinya mengangguk dengan patuh: “Baiklah.”

Yuni Lim menceritakan hal ini pada Tasya, Tasya tertawa terbahak-bahak mendengarnya: “Belum juga menjadi tua, bagaimana bisa mereka sudah bersikap seperti anak kecil?!”

Alex Paige pun memiliki tujuan berbeda dari mereka.

Diam-diam ia menasehati anak perempuan kesayangannya: “Sayang, jangan dekat-dekat dengan anak lelaki dari Keluarga Gail ya?”

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu