After Met You - Bab 654 Akhir Yang Tidak Baik

Jumlah pengawal itu tidaklah sedikit. Hanya untuk menahan Yuni Lim seorang, jumlah mereka terlalu lebih.

Dan saat ini di dalam pesawat ini, hanya perkataan Andrea seorang yang akan mereka patuhi.

Yuni Lim menoleh, menatap Andrea dengan tatapan penuh memohon.

Raut yang terukir di wajah Andrea menggambarkan posisinya yang sulit, samar-samar ia terlihat sedikit tergerak.

Namun dengan cepat ia kembali teringat seberapa banyak tenaga dan upaya yang telah diam-diam Candra Gail kerahkan demi mengatur kepulangan Yuni Lim kembali dalam kurun waktu ini.

Tidak peduli bagaimanapun juga, Andrea harus dapat mengantar Yuni Lim kembali dengan selamat. Ini adalah kepercayaan yang diberikan Candra Gail kepadanya.

“Nyonya, pesawat sudah lepas landas dan tidak mungkin berhenti. Lebih baik silakan duduk dengan baik dulu, waktu penerbangannya cukup lama.”

Andrea bersikap sangat bersikeras, rautnya menunjukkan tidak adanya ruang untuk bernegosiasi.

“Lalu bagaimana dengan Candra? Sebenarnya apa yang ingin ia lakukan? Kenapa kamu tidak tinggal dan menemaninya?” Pikiran Yuni Lim dalam kondisi kacau-balau.

Ini semua terlalu mendadak. Yuni Lim tidak dapat membaca arti perbuatan Candra Gail yang mengatur semua ini. Ia seperti berada dalam kegelapan dan tidak tahu apa-apa.

Sebenarnya ini karena Candra Gail yang menyembunyikannya terlalu dalam atau karena ia yang terlalu mempercayai pria itu?

Andrea termangu sesaat, lalu berujar: “Tuan dapat mengurus semuanya dengan baik.”

Sebenarnya, Andrea juga tidak tahu kenapa Candra Gail tiba-tiba mengatur kepulangan Yuni Lim. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda untuk semua ini.

Hanya saja, tidak lama sebelum ini, Candra Gail memberitahunya untuk mentransfer semua asetnya kembali ke negara asal dan sekaligus mencari waktu yang tepat untuk memulangkan Yuni Lim.

Tapi Candra Gail sama sekali tidak memberitahu Andrea alasannya.

Sebelumnya, mereka terus-menerus sangat sibuk.

“Ia bisa mengurusnya, ia bisa mengurusnya! Setiap kali selalu saja kalimat ini! Candra itu manusia, bukan dewa! Berapa banyak hal yang bisa ia urus? Urusan grup LK harus ia yang mengurus, Putri Aika juga melibatkannya dalam urusan pemilihan presiden. Grisi juga terus menghantui di belakang dan membuat gelisah, bahkan sampai kakek saja berkonspirasi untuk melawannya. Candra sendirian di negara J dan menerima serangan dimana-mana, bahkan untuk bicara saja ia pasti tidak mampu...”

Yuni Lim tercekat sejenak, lalu mengulurkan tangan dan menutup wajahnya: “Walaupun aku juga tidak mampu membantunya dalam hal apapun kalau aku tetap tinggal...”

Ia tetap tinggal juga belum tentu bisa membantu apapun, tapi setidaknya ia dapat menemani Candra Gail bicara. Setidaknya, Yuni Lim dapat mengurus kehidupannya.

Begitu sibuk Candra Gail akan lupa hari dan lupa malam, lambungnya juga tidak begitu baik...

Semakin dipikirkan, Yuni Lim semakin merasa sedih. Kerongkongannya serasa terekat, seperti ada sebuah kapas yang membuatnya tersedak dan merasa sangat tidak nyaman.

Dengan asal ia mengusap air matanya. Yuni Lim mendorong pergi semua pengawal yang menahannya dan langsung berjalan menghampiri Andrea. Ia mencengkeram pria itu, sepasang matanya terlihat merah: “Suruh mereka memutar pesawat dan mendarat lagi, aku mau turun!”

Andrea bersikap seolah ia tidak mendengar apa yang Yuni Lim katakan, kakinya bergeming di tempat ia berpijak.

Entah apa yang terpikir oleh Andrea, raut wajahnya tiba-tiba berubah. Ia mengangkat tangannya kepada para pengawal itu sehingga mereka berbalik badan dan berjalan pergi.

Raut wajah Andrea kembali serius: “Nyonya, tenanglah dulu. Tuan Gail sekarang pasti sudah tahu tentang kabar kepulanganmu. Kalau kamu kembali lagi sekarang, akhir ceritanya pasti tidak akan baik.”

Yang tidak Andrea katakan adalah pasti bukanlah hal yang mudah bagi Candra Gail untuk bisa mengantarkan Yuni Lim pulang dalam momen seperti ini.

Berdasarkan kepedulian Candra Gail pada Yuni Lim, pastilah ia sangat ingin wanita itu menemaninya di setiap detik, kapanpun itu. Tapi tak disangka Candra Gail malah membuat keputusan untuk memulangkan Yuni Lim. Itu berarti, menurut penglihatan Candra Gail, tidaklah aman bagi Yuni Lim untuk tetap tinggal di negara J.

Paling tidak, Candra Gail sudah kehabisan akal untuk menjamin keselamatan Yuni Lim.

Akhir-akhir ini Andrea juga terlampau sibuk. Sekarang setelah lebih tenang dan tergerak akan perkataan Yuni Lim, barulah ia terpikir akan semua hal ini.

Akhirnya, tidak peduli bagaimanapun Yuni Lim memohon padanya, Andrea tetap menutup mulut.

Bahkan setelah ia menganalisis arti tindakan Candra Gail saat ini di dalam hatinya dan tidak merasa senang dengan hasilnya, Andrea juga tidak memperlihatkannya.

Hatinya merasa tidak tenang, namun sama seperti Yuni Lim, ia juga merasa sedikit kesal.

Andrea telah mengikuti Candra Gail selama belasan tahu. Apa yang telah mereka lewati selama ini tidaklah berlebihan jika digambarkan dengan masuk dalam kematian dan terlahir kemballi. Namun Andrea tidak menyangka bahwa tetap saja ada perkara yang disembunyikan Candra Gail darinya.

Selama perjalanan kembali ke kota Malaysia, Yuni Lim tidak mengucapkan sepatah kata apapun.

Beberapa kali Andrea seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun ia tetap menahannya.

...

Pesawat pun akhirnya mendarat di kota Malaysia.

Kepulangan mereka sangat mendadak dan tidak ada yang siapapun di kota itu yang diberitahu, sehingga tidak ada orang yang datang menjemput.

Sepanjang perjalanan, Yuni Lim tidak beristirahat sedikitpun. Saraf-sarafnya menegang tinggi karena gelisah.

Begitu pesawat berhenti, ia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Candra Gail.

Yuni Lim bahkan tidak mempedulikan perbedaan waktu dan langsung menelepon pria itu.

“Sudah sampai?” Suara Candra Gail yang sedikit serak disertai lelah terdengar dari ujung telepon, membuat Yuni Lim baru teringat bahwa waktu di negara J sekarang adalah tengah malam.

Walaupun suara Candra Gail terdengar lelah, namun sama sekali tidak tersirat niatnya untuk tidur.

Sampai sekarang, Candra Gail tidak tertidur sama sekali.

Yuni Lim menekan kuat-kuat rasa sakit yang mulai bangkit di dalam hatinya, meremas erat-erat ponsel yang ada di genggamannya. Dari ribuan pertanyaan untuk dilontarkan yang sudah ia siapkan selama perjalanan, ternyata hanya tersisa sebuah kalimat yang diutarakan Yuni Lim sambil sesenggukan ketika sampai di ujung lidahnya: “Bagaimana kamu bisa seperti ini?”

Bagaimana pria itu bisa memulangkannya tanpa membicarakannya dengannya sedikitpun?

Bukankah mereka sudah sepakat sebelumnya untuk berdiskusi terlebih dulu dalam segala hal?

Bagaimana Candra Gail bisa tidak peduli dan tidak memikirkannya, dan langsung memutuskan hal ini sendiri?

Di ujung telepon sana, waktu benar-benar sudah larut malam.

Candra Gail dapat mendengar tangis yang ditahan dalam nada suara Yuni Lim, raut wajahnya pun menegang. Ia menggerakkan tubuhnya sedikit karena duduk terlalu lama membuat pinggangnya terasa sedikit sakit.

Ia mengambil napas dalam-dalam lalu berujar: “Bukankah kamu selalu merindukan Gilbet? Bukankah hal yang baik untuk pulang menemuinya?”

Baru saja kata terakhir terucap, terdengar kata ‘brengsek’ dari ujung telepon sana dan panggilan itu pun diputus.

Candra Gail sedikit termangu. Setelah beberapa detik berlalu, barulah ia meletakkan ponselnya kembali diatas meja kerja.

Ia menjulurkan tangan untuk memijat dahinya. Tekanan pekerjaannya belakangan ini luar biasa besar, sepertinya Candra Gail benar-benar merasa lelah.

...

Setelah Yuni Lim memutuskan telepon, ia lalu merasa sedikit menyesal.

Suara Candra Gail terdengar begitu lelah, sampai semalam ini saja belum beristirahat.

Malam sebelum mengantarkannya pulang, dengan alasan pura-pura mabuk, Candra Gail mau pergi ke puncak gunung untuk melihat bintang. Pria itu terus mengganggu Yuni Lim untuk mengobrol dengannya dan tidak membiarkannya tidur. Setelah dipikir-pikir, sebenarnya Candra Gail tidak relal membiarkan Yuni Lim pergi.

Tapi sekarang, Yuni Lim sama sekali tidak bisa bicara baik-baik dengan Candra Gail.

“Nyonya, sudah waktunya untuk turun pesawat.” Entah sejak kapan Andrea sudah berada di sampingnya.

Yuni Lim memandang sekilas ke arah luar jendela. Ini memang tempat yang familiar untuknya.

Ia pun mengangguk: “Ya.”

Kemudian, Yuni Lim bangkit berdiri untuk turun dari pesawat.

Yuni Lim berdiri di tengah-tengah bandara, lalu menengadah untuk melihat arsitektur khas Malaysia. Ia merasa sedang berada di dunia lain.

Padahal sebenarnya ia baru beberapa bulan saja meninggalkan kota ini.

Andrea yang berada di sampingnya berujar: “Nyonya, silakan ke arah sini.”

Walaupun mereka kembali tanpa memberitahu siapapun, namun mereka juga telah bersiap-siap sebelumnya. Setidaknya, ada orang yang menjemput mereka di bandara.

Yuni Lim menarik pandangannya dan melihat ada beberapa mobil hitam yang terparkir tidak jauh darinya beserta beberapa pengawal.

Keluar masuk ia selalu berada dalam gerombolan pengawal. Lama-lama Yuni Lim merasa ia benar-benar seperti nyonya orang kaya.

Setelah turun dari pesawat, Yuni Lim tidak lagi memberontak dan langsung naik ke mobil.

Bahkan paspornya saja ada di tangan Candra Gail, jadi apalagi yang bisa ia lakukan?

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu