After Met You - Bab 608 Obat Penenangnya

Begitu Candra Gail mendengar perkataan Yuni Lim, ia langsung meletakkan kembali dokumen yang ada di tangannya. Raut wajahnya berubah menjadi dingin: “Tidak mungkin.”

Walaupun ia memiliki tim sekretaris khusus, tapi pekerjaan sekretaris di kantor pusat sangat berat. Pasti akan melelahkan.

Walaupun dengan datang bekerja di kantor dapat membuat Yuni Lim menemaninya selama 24 jam penuh, tapi Candra Gail tidak sampai hati membiarkan Yuni Lim menjadi begitu lelah.

“Kenapa? Apa kamu tidak ingin seharian penuh bisa melihatku? Kamu tidak ingin bisa sekalian membawaku saat kamu pergi keluar untuk perjalanan bisnis?” Yuni Lim mulai memberikan desakan kuat pada Candra Gail.

Walaupun sekarang ada banyak hal yang diragukan oleh Candra Gail, namun perhatiannya pada Yuni Lim tidak berkurang sedikitpun.

“Lagipula, aku bisa bersamamu setiap hari. Aku ada di depan matamu, jadi kamu tidak perlu khawatir apakah terjadi masalah padaku. Terlebih lagi, kamu juga tidak usah khawatir aku akan pergi sembarangan.”

Tidak terelakkan, perkataan yang dilontarkan Yuni Lim memang sangat menggoda.

Bisa bersama Yuni Lim seharian penuh, bisa membuatnya terus-menerus berada di depan mata Candra Gail...

Kalau dipikir-pikir, benar-benar sangat menggoda.

Melihat Candra Gail yang masih tetap menutup mulutnya, hati Yuni Lim pun merasa sedikit gelisah.

Dulu, ia bahkan tidak bisa melangkah keluar lebih dari daun pintu karena Candra Gail takut ia akan kabur. Sekarang, ia dengan sukarela terantai seharian penuh di sampingnya pun pria itu tidak langsung setuju?

Sebenarnya, hati kecil Candra Gail sudah menggeleng tidak setuju.

Akhirnya Yuni Lim hanya bisa mengeluarkan obat pamungkasnya: “Kalau aku bisa berangkat dan pulang kerja bersamamu setiap hari, kamu bisa melihatku kapan pun kamu mau. Aku juga tidak memiliki kesempatan lagi untuk menemui Lukman.”

Candra Gail dengan mudah menangkap kata kunci yang menusuk titik sensitif kewarasannya dalam ucapan Yuni Lim: “Kamu masih ingin pergi menemuinya?”

Pada saat yang bersamaan dengan pertanyaannya, sudut mata Candra Gail secepat kilat menyiratkan amarah. Seolah-olah asalkan Yuni Lim berani berkata sepatah kata ‘ingin’ saja, Candra Gail akan langsung mencabiknya.

Hati Yuni Lim seketika merasa tercekat. Walaupun ia tidak terlalu mengerti kenapa Candra Gail bisa begitu tidak sukanya dengan Lukman, tapi ia tahu ia tidak boleh sampai memprovokasi pria itu.

Kalau sampai Candra Gail benar-benar marah, bisa jadi ia akan lansung menolak mentah-mentah ide Yuni Lim.

“Aku hanya memberi contoh. Kalau aku setiap hari dan setiap saat bisa melihatmmu, aku pasti tidak akan bisa memiliki pikiran untuk melihat pria lain.” Selesai berujar, Yuni Lim merasa pipinya sedikit panas.

Walaupun ia telah melewati masa gadisnya yang penuh bunga seperti musim semi, tapi mengatakan kata-kata seperti ini masih membuat Yuni Lim merasa sedikit... canggung.

Raut wajah Candra Gail sedikit berubah, namun akhirnya ia mendengus dingin: “Kalau kamu masih berani pergi menemuinya, aku akan langsung membunuhnya. Lalu aku akan mematahkan kakimu dan mengurungmu.”

Begitu mendengarnya, Yuni Lim pun langsung mengerut takut.

“Jadi, kamu setuju aku datang ke kantor sebagai sekretarismu?” Yuni Lim membuka lebar sepasang matanya dan menatap Candra Gail, penantian memenuhi matanya.

Candra Gail mengangguk tanpa ekspresi melihat mata cantik Yuni Lim yang berbinar-binar.

Seperti takut Candra Gail akan menyesal, Yuni Lim langsung memanfaatkan momen untuk kembali bertanya: “Bapak direktur, kalau begitu kapan aku boleh datang bekerja?”

Cadnra Gail melihatnya sekilas dan Yuni Lim pun langsung berkata: “Bagaimana kalau mulai hari ini?"

Gail merasa senang dalam hati melihat rupa Yuni Lim yang tidak sabar dan penuh harap.

Lihat, wanita ini tidak ingin semenit bahkan sedetik pun berpisah darinya.

Karena Yuni Lim begitu tidak bisa meninggalkan sisinya, Candra Gail pun memaafkan wanita itu.

...

Yuni Lim akhirnya mulai bekerja di LK grup, posisinya adalah sebagai sekretaris Candra Gail.

Setelah mendengar hal ini, Daniel Mo secara khusus menelepon Yuni Lim.

“Cara ini boleh juga. Selama ada kamu, semarah-marahnya Candra, ia pasti akan tetap mendengarkan perkataanmu. Sekarang kamu adalah obat penawarnya. Kamu bisa menemaninya, berada di sampingnya setiap saat. Ini bisa menjadi perubahan yang baik bagi kondisinya.”

Walaupun Daniel Mo mengatakannya dari sudut pandang seorang dokter, tetap saja Yuni Lim yang mendengarnya masih merasa sedikit malu.

Walaupun ia merasa sedikit tidak enak hati saat bergelayut di hadapan Candra Gail dan memaksa untuk menjadi sekretarisnya, namun itu memang jatah untuk dikonsumsi Candra Gail. Jika hal itu dikatakan oleh orang lain di sampingnya, kulit wajah Yuni Lim sedikit tidak bisa menahannya.

“Aku tahu. Oh iya, aku sudah pernah bertanya pada Candra tentang neneknya. Tapi ia hanya bicara singkat dan seadanya. Ia tidak ingin banyak bicara, sepertinya hal ini sedikit tabu untuknya.”

Selesai bicara, Daniel Mo tidak langsung merespon.

Setelah beberapa saat berlalu, Daniel Mo baru berujar: “Baiklah, aku akan membuatkan sebuah rencana perawatan untuknya.”

Tidak tahu apakah ini hanya firasatnya saja, tapi Yuni Lim merasa suara Daniel Mo sedikit tidak tepat.

Setelah menutup teleponnya, Yuni Lim tidak langsung kembali ke ruangannya. Ia berdiri bersandar di tembok dan melamun, semangatnya sedikit turun.

“Aku menyuruhmu untuk fotokopi dokumen, kamu pergi fotokopi kemana?”

Suara dingin Candra Gail yang tiba-tiba terdengar dari belakang tubuhnya membuat Yuni Lim terkejut sampai melompat. Ia pun menoleh dan menatap Candra Gail. “Ka...kamu kenapa keluar?”

“Dokumen yang difotokopi. Aku mau memakainya.” Candra Gail berdiri dengan jarak dua langkah dari posisi Yuni Lim, wajahnya yang tanpa ekspresi tetap terlihat tampan memabukkan.

Dari nada bicara Candra Gail, Yuni Lim terlihat seperti sedang sengaja bermalas-malasan.

Wajah Yuni Lim memerah: “Aku akan segera memfotokopikannya untukmu.”

Begitu selesai berujar, ia langsung secepat kilat mengitari Candra Gail dan pergi ke ruang fotokopi.

Candra Gail memandang punggung ramping Yuni Lim yang berjalan menjauh. Ekspresinya tetap terlihat datar dan tenang seperti permukaan danau yang sudah membeku selama puluhan ribu tahun. Tidak akan retak tidak peduli apapun yang terjadi.

Kakinya baru saja akan melangkah saat ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Belum juga Candra Gail menyahut, orang di ujung telepon langsung otomatis melaporkan situasi: “Direktur, aku sudah mengirimkan rekaman telepon nyonya belakangan ini ke email direktur.”

Begitu selesai mendengarnya, Candra Gail langsung menutup teleponnya.

...

Begitu Candra Gail kembali ke ruangannya, ia membalikkan tubuhnya dan sorot matanya menatap sebuah ruang kerja kecil yang menyumbul.

Itu adalah tempat yang secara khusus ia berikan untuk Yuni Lim. Wanita itu sendiri yang berkata ingin selalu setiap saat melihat Candra Gail, jadi ia lebih baik memuaskan Yuni Lim.

Ia berdiri di tempatnya berpijak selama beberapa detik. Kantornya terasa sangat kosong karena Yuni Lim belum kembali.

Candra Gail kembali ke belakang meja kerjanya dengan tanpa ekspresi, lalu membuka email pribadinya. Ternyata di dalam email itu terdapat sebuah dokumen.

Yaitu rekaman panggilan ponsel baru Yuni Lim.

Di dalam rekaman ponselnya, panggilan keluar-masuk yang paling banyak berasal dari nomor teleponnya. Hal ini membuat Candra Gail puas.

Beberapa kali selama beberapa hari belakangan ini, yang Yuni Lim telepon lebih dari tiga kali adalah Daniel Mo.

Candra Gail diam-diam merasa ada yang aneh dengan Yuni Lim belakangan ini. Tapi ia lalu merasa keanehan Yuni Lim ini selaras dengan keinginannya. Walaupun hatinya merasa ada sesuatu yang aneh, tapi Candra Gail tidak berani bertindak.

Tapi selama beberapa hari ia bekerja di kantor, Yuni Lim selalu muncul setiap kali ia meluapkan amarahnya...

Sorot mata Candra Gail terkunci pada nomor telepon Daniel Mo.

Daniel Mo, bagus sekali.

...

Saat waktu pulang kerja tiba, Yuni Lim tertelungkup diatas meja kerjanya sendiri. Ia ingin sekali tertidur seperti ini.

Sudahlah, baring sebentar lagi saja. Setelah itu bangun, lalu pulang bersama Candra Gail.

Tapi setelah Yuni Lim berbaring sejenak dan menegakkan tubuhnya, ia baru menyadari bahwa Candra Gail tidak ada di dalam ruangannya.

Rapat besar yang berlangsung sampai tiga jam lamanya baru saja selesai dan Yuni Lim kembali lebih dulu ke kantor begitu bubar. Seharusnya Candra Gail tidak lama kemudian juga ikut kembali, bukan?

Apakah mungkin ada suatu masalah menghadangnya?

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu