After Met You - Bab 146 Terlihat Seperti Mengemis, Benar-Benar Menyedihkan

Yuni Lim tidak melihat cemilan malam yang diletakkan pria itu didepannya, seluruh pandangannya terpaku pada wajah Ferry Goh: “Untuk apa kamu menungguku?”

Ferry Goh menggerutu pelan: “Aku ingin makan malam bersamamu.”

Setelah ia bertemu dengan Yuni Lim hari ini, ia baru menyadari frekuensi pertemuannya dengan Yuni Lim sangatlah sedikit. Saking sedikitnya bahkan bisa dihitung dengan jari. Ferry Goh memang tidak merasakan apapun sebelumnya, tapi sekarang ia merasa tidak puas setelah dipikir-pikir.

Bukannya tidak puas seperti apa, tapi sebenarnya Ferry Goh sudah mengetahui jawabannya di lubuk hatinya. Hanya saja, ia tidak mau mengakuinya.

Yuni Lim meliriknya sekilas: “Maaf, aku tidak ada waktu. Sudah ada orang di rumah yang menungguku untuk makan malam bersama.”

Setelah Yuni Lim selesai bicara, ia baru teringat bahwa Candra Gail menyuruhnya untuk pulang lebih awal saat ia meninggalkan rumah pagi hari tadi.

Astaga.

Bukan hanya tidak pulang lebih awal, ia malah masih lembur di kantor sampai semalam ini. Lembur sampai selarut ini sebenarnya masih tidak apa-apa, tapi Yuni Lim bahkan tidak mengabari pria itu sama sekali.

Begitu pikiran itu terbersit, Yuni Lim dengan segera mengambil ponselnya dan melihat layarnya. Ternyata tidak ada panggilan tidak terjawab.

Muncul sedikit rasa bingung dalam hati kecil Yuni Lim. Biasanya, Candra Gail pasti meneleponnya walaupun ia terlambat pulang sebentar saja. Hari ini, tidak ada satu pun panggilan dari pria itu yang masuk ke ponselnya meski sudah sampai selarut ini.

Yuni Lim tidak mempedulikan Ferry Goh yang masih berada di sampingnya. Ia segera mencari nomor telepon Candra Gail untuk meneleponnya.

Yuni Lim baru menekan tombol panggil saat Ferry Goh mengulurkan tangannya dan merebut ponsel itu dari genggamannya. Pria itu lalu berkata dengan suara dingin: “Bukankah aku hanya mengajakmu untuk makan malam bersama? Kenapa kamu sangat keberatan?”

Bagi Ferry Goh, hubungannya dengan Yuni Lim seharusnya masih sangat dalam. Bukankah mereka hanya makan malam bersama sebentar saja? Kenapa sampai harus menghubungi Candra Gail?

Pria itu benar-benar tidak pantas bersanding dengan Yuni Lim.

Setelah ponselnya direbut, Yuni Lim tercengang sejenak. Ia lalu dengan segera bangkit berdiri dan menggeram: “Kembalikan ponselku!”

Ferry Goh menaikkan alisnya. Melihat Yuni Lim yang bingung dan kesal membuat bibir Ferry Goh mengulas senyum. Yuni Lim yang seperti ini, barulah benar-benar Yuni Lim yang sesungguhnya.

Ferry Goh sebenarnya sangat tidak suka melihat Yuni Lim menggunakan ekspresi seperti bertemu orang asing ketika sedang bersama dengannya.

Ferry Goh tertawa dan berkata dengan ringan: “Sudahlah, jangan marah lagi. Temani aku makan malam dan akan kukembalikan ponselmu setelah makan.”

“Kem-ba-li-kan pon-sel-ku!” Yuni Lim menekankan setiap kata yang terucap. Terlihat jelas di matanya bahwa ia merasa sangat terganggu dan kesal terhadap pria itu.

Sekarang Yuni Lim merasa benar-benar marah.

Kenapa setiap orang harus selalu menganggap dirinya adalah yang paling benar.

Ferry Goh lebih tinggi dan lebih kuat dari Yuni Lim. Pria itu dengan mudahnya menaikkan ponsel Yuni Lim ke atas kepalanya, membuat Yuni Lim tidak berdaya untuk meraihnya.

Tepat pada saat itu, ponsel Yuni Lim berdering.

Ferry Goh menengadah untuk melihat layar dari ponsel yang berbunyi itu. Tertulis satu kata “Suami” di layarnya, membuat mata Ferry Goh terasa seperti tertusuk.

Yuni Lim juga melihat layar ponselnya. Hatinya bertambah gelisah tatkala ia mengetahui bahwa Candra Gail yang meneleponnya. Ia pun berseru dengan suara dingin: “Ferry, kembalikan ponselku! Aku tidak ingin makan denganmu, tidak ingin bertemu denganmu, terlebih lagi aku tidak ingin berhubungan apapun denganmu!”

Begitu perkataan itu terucap, ekspresi dan tatapan Ferry Goh berubah drastis. Ia terpaku dan terperangah.

Yuni Lim memanfaatkan kesempatan ini untuk merebut kembali ponselnya, tapi sepertinya Ferry Goh sudah memprediksi gerakannya. Pria itu mengambil satu langkah mundur kemudian mematikan panggilan itu.

...

Di depan pintu Perusahaan Lim.

Candra Gail memarkirkan mobilnya. Ia menoleh dan melihat Sapi yang sedang tidur di kursi samping pengemudi karena mabuk mobil.

Ia melihat Sapi yang sepertinya sangat lemah. Candra Gail menaikkan sedikit alisnya dan mengulurkan tangannya untuk membelai kepala Sapi: “Mabuk mobil ya? Kamu terlihat lemas sekali.”

“Kaing...”

Sapi dengan susah payah bergumam sedikit. Sapi melirik Candra Gail sekilas, kemudian menjatuhkan kepalanya untuk bersandar di kursi samping pengemudi dan tidak bergerak lagi.

Sepertinya benar-benar mabuk mobil parah.

Walaupun sebenarnya Candra Gail tidak terlalu setuju dengan keberadaan Sapi yang merebut sebagian perhatian Yuni Lim, tapi sebenarnya ia sendirilah yang membawa Sapi pulang ke rumah. Walaupun saat itu ia keliru dan malah memilih anjing jantan, tapi setidaknya masih satu ras.

Candra Gail sebenarnya benar-benar tidak menyukai Sapi.

“Kalau begitu aku akan meneleponnya, kamu tahan sebentar.” Perlakuan candra Gail yang menghibur Sapi ini sebenarnya sangat jarang sekali.

Sapi merasa sangat nyaman. Anjing itu menjulurkan lidahnya yang besar dan menjilati Candra Gail, rupanya yang mirip anak kecil membuat hati Candra Gail melunak. Candra Gail meletakkan sebelah tangannya di atas kepala Sapi, sedangkan sebelah tangan lainnya mengeluarkan ponselnya dan menelpon Yuni Lim.

Hasilnya, panggilannya yang sudah berdering beberapa kali tidak diangkat dan akhirnya malah diputus.

Candra Gail menatap layar ponselnya untuk beberapa detik, kemudian raut wajahnya berubah gelap.

Sepertinya Sapi bisa merasakan perubahan suasana hatinya. Ia mengusap-usap telapak tangan majikannya seperti anak kecil.

Candra Gail menarik kembali tanganya dan menatap Sapi untuk waktu yang cukup lama. Ia akhirnya bersuara: “Ibumu sedang dijahati, aku akan ke atas mencarinya. Kamu tunggu di dalam mobil baik-baik.”

Selesai bicara, Candra Gail segera melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari mobil.

...

Begitu Yuni Lim melihat Ferry Goh ternyata benar-benar memutus panggilannya, ia menarik kembali tangannya dan dengan wajah dingin menatap pria itu: “Ferry, kalau kamu masih punya muka, segera kembalikan ponselku. Kamu tahu tidak sekarang rupamu terlihat seperti pengemis yang sangat menyedihkan!”

Ferry Goh tercenung dan dengan wajah dingin kembali mengulang apa yang baru saja wanita itu katakan: “Aku terlihat seperti sedang mengemis?”

“Kalau kamu ingin membuktikan bahwa dirimu sedang tidak mengemis, sekarang juga kembalikan ponselku lalu pergi dari sini. Kalau tidak, lihat ke dalam mataku baik-baik. Di mataku sekarang ini kamu justru terlihat sedang mengemis, rupamu yang seperti ini benar-benar menggelikan!”

Yuni Lim tidak tahu apa yang terjadi pada Ferry Goh hari ini. Pria itu bersikeras untuk memaksanya makan bersamanya, ia yang selalu menganggap dirinya adalah yang paling benar seperti ini membuat Yuni Lim merasa mual.

Yuni Lim juga tidak tahu apakah ada gunanya mengolok pria itu seperti ini.

Yang Yuni Lim khawatirkan saat ini adalah Candra Gail. Emosi pria itu sedang tidak baik. Kalau Candra Gail mengira bahwa panggilannya tadi diputus oleh dirinya, pria itu pasti marah.

Ferry Goh tertawa dingin: “Kalau memang harus dikatakan mengemis, harusnya kamu bandingkan dulu baru bicara.”

Yuni Lim memelototinya: “Kamu ini bicara sembarangan apa!”

“Kamu kira aku tidak tahu bahwa dulu kamu selalu menyukaiku?” ujar Ferry Goh sambil melangkah mendekati Yuni Lim.

Yuni Lim merasa tingkah Ferry Goh yang seperti ini tidak seperti yang biasanya. Ia pun merasa waspada dan mengambil satu langkah mundur: “Walaupun kamu tahu masalah yang terjadi waktu dulu, apakah masih berguna dengan mengatakannya sekarang?”

Ferry Goh melihat nada suara Yuni Lim tidak sedingin tadi. Ia mengira bahwa wanita itu seperti ini karena ia membahas mengenai perasaan Yuni Lim. Seulas senyum tersungging di wajahnya: “Aku tahu kamu selalu menyukaiku. Candra Gail itu mana mungkin sepadan bersanding denganmu, kalau saja bukan karena...”

Candra Gail berjalan sampai ke pintu kantor ketika ia mendengar ada suara seorang pria dan ia seperti mengenali suara itu.

Ia berjalan mendekat dan secara kebetulan mendengar perkataan Ferry Goh, “Candra itu mana mungkin sepadan bersanding denganmu, kalau saja bukan karena...”

Karena apa?

Suara ini... Terdengar sangat familiar.

Candra Gail bergerak maju setengah inchi dan berjalan melewati pintu kantor yang setengah terbuka. Punggung Ferry Goh yang sangat bidang pun tertangkap pandangannya. Tubuh pria yang langsing tinggi itu menutupi tubuh Yuni Lim sampai ke bawah.

Jadi, Candra Gail hanya melihat punggung Ferry Goh.

Candra Gail tahu bahwa dirinya seharusnya pergi saat itu juga. Tapi, ia justru menghentikan langkahnya begitu melihat situasinya dan mendengar apa yang baru saja Ferry Goh katakan. Candra Gail berdiri di samping dan berjalan mundur setengah langkah, tidak beranjak pergi namun juga tidak berjalan masuk.

Ferry Goh terdiam sejenak baru kemudian melanjutkan: “Kalau bukan karena malam itu, kamu juga tidak perlu menikah dengannya. Kamu menyukaiku selama beberapa tahun, kenapa harus menikah dengan pria yang tidak kamu sukai?”

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu