After Met You - Bab 233 Surat Panggilan Menghadap Sidang Pengadilan

Tasya menunggu Yuni dan Candra keluar dari dapur, mereka berdua sudah 40 menit lebih didalam dapur.

Yuni menghidangkan teh penghilang rasa mabuk, sedangkan Candra meyiapkan sarapan.

Yuni meletakkan gelas teh penghilang rasa mabuk itu di depan Tasya, melihat Tasya meminumnya sampai habis, lalu dia menanyakan Tasya: “Bagaimana rasanya?”

“Lumayan enak………” jawabannya terdengar aneh.

Yuni tersenyum sambil mengambilkan sarapan ke depan Tasya: “Kamu makanlah terlebih dahulu.”

Candra menghidangkan 2 piring menu sarapan, terlebih dahulu memberikannya kepada Yuni, setelah itu barulah dia duduk, lalu semua orang pelan-pelan menikmati sarapan itu.

Yuni meminum segelas jus, lalu memberikan jus itu kepada Candra: “Terlalu manis, aku sudah bilang dari awal untuk tidak menambah gula, asam sedikit justru lebih enak.”

Raut wajah Candra tanpa ekspresi mengambil jus itu dan meminumnya satu tegukan, dia merasa aneh dengan mengerutkan alis, menurutnya rasa jus itu seperti yang biasanya dia buat, tidak terlalu manis.

Mungkin dia pikir ini karena Yuni bangun terlalu pagi, sehingga selera makannya sedikit berbeda dari biasanya.

Tasya melihat gelas itu, diam dan menundukkan kepala sambil makan sarapan pagi, apakah mereka benar-benar tidak merasa kalau itu kotor? mereka berdua menggunakan satu gelas yang sama!

Seorang lajang memang tidak memahaminya.

Seterusnya dia tidak berkomentar lagi, dia dengan sewajarnya menghabiskan sarapan, lalu Tasya membantu membersihkan piring, Candra kembali ke ruang baca, dia ingin membiarkan kakak beradik itu menghabiskan waktu mereka berdua.

………………………….

Yuni memutuskan untuk mengajak Sapi jalan-jalan keluar.

Tasya juga menyukai anjing, Sapi seperti menemukan sahabat baiknya, sepanjang perjalanan dia dan Tasya saling beradu lari.

Menunggu Tasya dan Sapi beristirahat, Yuni berkata: “Kemarin……..Alex juga pergi.”

“Ha?” Tasya mengulurkan tangan memeluk Sapi, dia menengok ke arah Yuni karena tidak mengerti maksud Yuni.

“Dia………..”

“Tit…………….” suara klakson mobil.

Saat Yuni ingin melanjutkan perkataannya, tiba-tiba suara klakson mobil menghentikannya untuk bicara.

Mereka berdua melihat ke arah mobil itu, kebetulan kaca mobil itu diturunkan dan terlihat Alex sedang melihat ke arah mereka juga.

Tatapan mata Alex tertuju pada Tasya, bola matanya bersinar, lalu dia membuka pintu mobil dan turun berjalan mendekati mereka.

Wajahnya memperlihatkan senyuman yang sangat bahagia, lalu dia berkata: “Ganti baju juga dadanya masih tetap datar.”

“…………………………………………..”

Yuni tetap terdiam, tidak berbicara apapun.

Kalau bukan karena kemarin malam di Istana Yurich Yuni melihat wajah Alex merah penuh amarah, dia mungkin curiga kalau Alex hanya bermain-main sesuka hatinya.

Sudah jelas kelihatan kalau dia peduli, sekalinya bicara malah mengucapkan perkataan semacam itu, Tasya memukul siapa lagi kalau tidak memukul dia?

Tasya menyaut perkataan Alex: “Haha, mengganti gaya rambut pun tidak akan merubah kenyataan kalau kamu itu hanya kuda kecil yang mengaku seorang raja.”

“Kamu jelaskan padaku sejelas-jelasnya, siapa yang kamu sebut kuda? tetapi aku akhir-akhir ini……….”

Alex tiba-tiba memikirkan sesuatu, dengan segera dia menggerakkan tangan, saat tatapan Tasya terlihat sinis, dia bergumam, lalu membalikkan badan melihat Sapi.

Alex akhir-akhir ini pergi cepat dan pulang cepat, tidak berlama-lama duduk di club malam, dia juga tidak menyentuh wanita satupun, perkataan semacam ini, dia tidak mau mengatakannya pada Tasya.

Tasya ingin mengatakan apakah Alex menyerah.

Sikap seorang wanita jelek itu, Alex tidak memahaminya sepenuhnya.

Melihatnya penuh semangat, seharusnya dia baik-baik saja.

Entahlah wanita ini melakukan hal apa, sehingga meminum begitu banyak bir pun, dia tetap baik-baik saja.

Tasya bergumam, mengelus kepala Sapi: “Sapi, kamu adalah seekor anjing, jangan bermain dengan seekor kuda, anjing pintar…… ”

Sapi membelalakkan matanya hingga matanya tergenang air mata, dia menengok melihat Alex, lalu Sapi berputar di samping Tasya dan dengan manja menepuk kaki Tasya.

Alex: “…………………..”

Yuni tidak bisa menahan ingin tertawa.

Alex tidak habis pikir, kenapa Sapi begitu penurut mendengarkan perkataan Tasya, oleh karena itu Alex pergi ke ruang baca mencari Candra.

“Candra, apakah Sapi itu seekor anjing jantan?”

Candra sedang focus mengetik di komputer, mendengar suara Alex pun dia tidak menengok melihatnya, hanya berkata dengan nada dingin, “Iya”, dan itu anggap saja jawaban Candra dari pertanyaan Alex.

“Pantaslah! sudah kuduga!”

Alex berjalan serong kanan kiri, lalu duduk di kursi depan Candra, jarinya mengetuk meja belajarnya: “Kamu kenapa mau memelihara seekor anjing jantan!”

“Bahkan seekor anjing jantan pun kamu tidak bisa merebutnya?” ucap Candra melihat Alex dengan sinis, matanya terlihat meremehkannya.

“Aku……..” seketika itu Alex kehabisan kata.

Candra merasa sangat senang, dia merasa senang di atas penderitaan orang.

………………………

Beberapa hari berikutnya, Yuni selain selera makannya aneh, namun masih beruntung dia bisa melewatinya dengan lancar.

Tidak ada pekerjaan yang memberatkan pikiran, juga tidak ada keluarga Lim yang mencari masalah padanya.

Sakit di punggungnya sudah tidak terasa lagi, dia merasa dirinya bisa kembali bekerja di perusahaan keluarga Lim lagi sebelum tahun baru.

Saat dia memberitahu Candra tentang pemikirannya itu, Candra langsung tidak mengijinkannya.

“Aku merasa aku bisa kembali bekerja di perusahaan keluarga Lim sebelum tahun baru.”

Yuni membujuk Candra dengan membuatkan teh untuknya, dia sambil menuangkan teh, sambil berbicara.

Candra meminum satu teguk teh itu, alisnya datar, beberapa saat setelah itu, Candra baru berkata: “Kamu yakin masih ingin bekerja di perusahaan keluarga Lim?”

“Sementara ini tidak terpikirkan olehku untuk meninggalkan perusahaan keluarga Lim.” Meskipun hubungan dia dengan orang-orang di keluarga Lim sudah hancur, tetapi dia masih harus mencari informasi mengenai ayahnya, dan dia juga masih bisa menggunakan hubungan pertemanan dengan Direktur Ik sebagai kekuatan untuknya, sehingga keluarga Lim tidak berani mengganggu dia.

Candra mengerutkan alis: “Kalau begitu aku berikan saham untuk perusahaan keluarga Lim, dan menjadikan kamu sebagai boss.”

“Apakah masih bisa berkomunikasi?”

Perbincangan itu pun berakhir sampai disini.

Sekarang sebenarnya adalah waktu yang tepat, kali ini dia membuat keributan terlalu fatal dengan keluarga Lim, bagaimana mungkin mereka bisa memaafkannya begitu saja.

……………………………..

Sore hari, Candra menerima sebuah surat panggilan menghadap sidang pengadilan.

Dia hanya melihatnya sekilas, lalu membuangnya ke tong sampah.

Yuni penasaran bertanya padanya: “Apa itu?”

“surat panggilan menghadap sidang pengadilan.” ucap Candra dengan nada yang sangat dingin, wajahnya mengekspresikan ketidakpeduliannya.

Dada Yuni sesak ketika mendengar kata “pengadilan”, lalu dia bertanya: “Apakah Ferry?”

“Iya.” ucap Candra sambil berjalan ke belakang, dia mengerutkan alis sambil melihat Yuni, dia terlihat seperti kehilangan jalan keluar, lalu Candra menenangkannya dan berkata: “Tidak usah khawatir, aku bisa menyelesaikannya.”

“Yang aku khawatirkan adalah Tasya.” Dia merasa sangat menyusahkan Tasya.

Orang seperti Yessica, dari dulu dia tidak bisa merasa bersalah, demi tujuannya, tidak peduli memanfaatkan siapa, dia tidak akan merasa bersalah atau pun menyesal.

Lina sekarang merasa kesepian dan menderita didalam penjara, meskipun dia merasa menyesal atas kelakuannya, tetapi Yessica terlalu tidak berperasaan terhadap Lina.

Saat itu juga, telepon Yuni berbunyi.

Dia mengeluarkan teleponnya, ternyata Tasya yang menelepon.

“Ayo pergi makan, aku traktir!”

Suara Tasya begitu bersemangat, tetapi dia mentraktirnya tanpa alas an yang jelas, ini sangat mencurigakan.

“Baiklah.” Yuni juga tidak menanyakan alasan kenapa dia mentraktirnya, menanyakannya saat bertemu juga sama saja.

Teleponnya terputus, dia menyadari kalau Candra sedang mengawasinya.

Yuni juga balik melihat dia, Candra bertanya dengan pelan: “Mau pergi makan?”

“Iya, jadi makan malam kamu buat untuk kamu makan sendiri.” Perkataannya mengartikan bahwa dia akan makan di luar, tetapi dia tidak akan membawa Candra ikut pergi.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu