After Met You - Bab 101 Menggendongnya Turun

Yuni Lim dengan geram melempar ponselnya keluar dan berteriak keras: “PERGI!”

Yessica Lim mengigit bibirnya. Wajahnya menyiratkan bahwa ia tidak ingin pergi, tapi sekarang kondisinya tidak memungkinkan baginya untuk berbicara. Ia hanya bisa mengambil ponselnya dengan perasaan tertekan.

Dengan keadaannya seperti sekarang, sebenarnya tidak memungkinkan baginya untuk kembali ke aula perjamuan makan malam. Yessica Lim akhirnya mengikuti anak tangga dan berjalan secepat kilat ke bawah.

Sepatu hak tingginya yang memukul anak tangga bergema nyaring.

Begitu gema suara hak tinggi itu tidak terdengar lagi, Yuni Lim pun berjongkok, mengulurkan tangannya dan mencengkram rambutnya sendiri, napasnya terengah-engah. Suasana hatinya benar-benar tidak baik.

Ia tidak bisa melakukan apapun terhadap Yessica Lim, juga tidak bisa membuat orang-orang yang tidak percaya padanya menjadi percaya.

Semuanya ini tidak mungkin dilakukan, mustahil.

Yuni Lim baru berumur 22 tahun. Untuk anak normal seusianya, mereka paling baru lulus kuliah dan baru mulai mencari kerja. Mereka juga paling pacaran cinta monyet, sama sekali bukan mengerjakan hal yang rumit.

Berbeda dengannya yang seumur hidup harus merasakan ketidakberuntungan, bertemu dengan orang-orang brengsek. Sama sekali tidak ada yang berjalan dengan mulus dalam hidupnya.

…………

Candra Gail yang berdiri di luar mengangkat lengannya dan melihat jam. Ia menyadari bahwa baru 10 menit berlalu, tapi keadaan di dalam jelas-jelas sudah tenang.

Candra Gail lalu mendorong pintu dan berjalan masuk. Matanya kemudian menangkap sosok Yuni Lim yang sedang berjongkok, terlihat sangat menyedihkan.

Pria itu lalu menanggalkan jaketnya untuk menyelimuti punggung Yuni Lim. Ia kemudian berjongkok di depan Yuni Lim dan meluruskan pandangannya sejajar dengan mata wanita itu. Ia pun mengucapkan dua patah kata dengan ringan: “Ayo pulang.”

Yuni Lim tidak mengeluarkan suara apapun dan Candra Gail menganggapnya sebagai persetujuan. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil tas yang dibuang ke samping sebelum Yuni Lim dan Yessica Lim berseteru.

Ia lalu memapah Yuni Lim berdiri.

Yuni Lim sepenuhnya bersandar dalam pelukan Candra Gail, patuh seutuhnya. Ia terlihat seperti binatang kecil yang ditelantarkan dan membuat orang lain merasa sangat kasihan padanya.

Apa yang dikatakan Yessica Lim padanya sampai bisa membuat Yuni Lim kehilangan rohnya seperti ini?

Walaupun dalam hati Candra Gail merasakan sesuatu yang aneh, tapi ia tidak membuka mulut untuk bertanya pada Yuni Lim.

Candra Gail hanya membawa wanita itu berbalik badan dan berjalan ke bawah.

Kalau naik lift di lantai ini, berarti mereka maka akan melewati aula perjamuan makan malam. Dengan kondisi Yuni Lim yang seperti sekarang, sepertinya tidak pantas pulang lewat situ. Yang jelas keinginannya malam ini sudah tercapai, jadi sekarang ia hanya perlu membawa Yuni Lim ke lantai 16 dulu lalu naik lift dari sana.

Candra Gail sedang membawa Yuni Lim kembali ke dalam mobil ketika Alex Paige menelponnya.

“Kamu pergi kemana?”

Candra Gail sedang memakaikan Yuni Lim sabuk pengaman dan begitu mendengar Alex Paige bertanya, ia hanya mengatakan dua patah kata dengan datar: “Pulang ke rumah.”

Ketika Alex Paige mendengar dua patah kata ini keluar dari mulut Candra Gail, ia pun menggerutu dan meneruskan: “Kamu yang mengadakan perjamuan makan malam hari ini. Mana ada alasan melarikan diri di tengah jalan? Wah, sekarang aku benar-benar seperti terkekang dalam benang kusut ini!”

“Ya.” Candra Gail sepertinya tidak menangkap kemarahan yang tersirat dalam perkataan Alex Paige. Ia lalu mengulurkan tangannya dan membelai kepala Yuni Lim ketika menyadari wanita itu sedang menatapnya. Candra Gail kemudian berbicara kepada seseorang di ujung telepon sana: “Sudah dulu ya.”

“Hah? Tung—” Alex Paige yang belum selesai berbicara di seberang sana merasa sangat ingin membanting ponselnya.

Candra Gail menutup teleponnya dan membuang ponselnya kesalah satu sudut, lalu mencubit pelan wajah wanita itu: “Kamu belum makan kenyang, bukan? Apa kau mau makan sesuatu dulu baru pulang?”

“Pulang saja lalu makan masakanmu.” Tubuh Yuni Lim masih diselimuti jas pria itu dan ia meringkuk di dalamnya.

Candra Gail tertawa melihat gerakan Yuni Lim. Ia memutar tubuhnya dan mengecup ringan bibir wanita itu: “Baiklah, aku akan membuatkan apapun yang kau mau.”

Yuni Lim memandang wajah pria yang tampan itu. Ia sudah mempersiapkan kata-kata di ujung lidahnya, tapi yang keluar adalah: “Kamu sangat baik.”

“Apanya yang baik?” Candra Gail tercengang sesaat, menjaga raut wajahnya agar terlihat tetap biasa saja saat bertanya pada wanita itu.

Yuni Lim menolehkan kepalanya, seperti sedang memikirkannya dalam-dalam. Ia lalu menjawab: “Baik dalam segala hal.”

Dibandingkan dengan anggota keluarga Lim, perlakuan Candra Gail terhadapnya memang terhitung sangat baik.

Dalam segala hal, Candra Gail benar-benar baik.

Candra Gail menautkan alisnya: “Bukankah semalam kamu mengatakan aku jahat?”

“Semalam?” Begitu kata itu keluar dari mulutnya, Yuni Lim hanya menolehkan kepalanya ke samping dan tidak menatap pria itu.

Candra Gail tertawa ringan, kemudian menyetir pulang ke rumah.

…………

Beberapa saat kemudian, mobil itu pun berhenti di depan pintu vila.

Candra Gail membuka pintu mobil dan turun, kemudian berjalan memutar ke tempat Yuni Lim duduk. Ia pun membuka pintu dan melihat wanita itu masih terduduk di kursi disamping pengemudi, sabuk pengamannya masih terpasang: “Ayo turun.”

Yuni Lim menolehkan kepalanya dan menatap pria itu. Kedua bola matanya seperti digenangi air, menatap Candra Gail dengan mata yang berkaca-kaca: “Kakiku sedikit sakit.”

Hati Candra Gail luluh tatkala mata yang berkaca-kaca itu memandangnya. Tanpa banyak bicara, ia mengulurkan tangannya untuk membuka sabuk pengaman yang masih mengikat tubuh Yuni Lim dan menggendongnya turun.

Yuni Lim melingkarkan tangannya memeluk leher pria itu dan wajahnya memerah dengan hebat saat berada di pelukan pria itu.

Ia Lim hanya sembarang menggerutu dan tidak menyangka Candra Gail akan benar-benar menggendongnya.

Sebelumnya, hatinya merasa sangat sedih saat mendengar perkataan Yessica Lim. Tapi sekarang, menyender di dalam pelukan hangat pria ini membuat sekujur tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Seolah-olah semua perasaan sedih itu telah sembuh.

Candra Gail menggendongnya memasuki vila. Saat berdiri di samping pintu, ia tidak menurunkan Yuni Lim dan berkata: “Nyalakan lampunya.”

Yuni Lim yang berada dalam pelukannya menoleh: “Turunkan saja aku, aku bisa berjalan sendiri.”

Candra Gail tidak mengucapkan apapun.

Diam artinya menolak.

Yuni Lim pun akhirnya hanya bisa meraba stop kontak lampu di samping pintu, kemudian menyalakan lampu.

Candra Gail lalu memeluknya dan melangkah naik.

Yuni Lim menggerutu dalam hati. Jelas-jelas semalam pria itu bisa menggendongnya dalam gelap, kenapa hari ini malah harus menyalakan lampu.

Seolah bisa membaca pikiran Yuni Lim, Candra Gail pun berbisik: “Orang yang sedang sangat bergairah sangat berpotensi untuk terinspirasi melakukan banyak hal.”

Yuni Lim merasa kikuk dan tidak berani lagi berbicara.

Sesampainya di kamar, Candra Gail pun menurunkannya: “Sehabis mandi langsung turun makan. Sekarang aku masak dulu.”

“Baiklah.”

Yuni Lim melihat Candra Gail membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar. Ia lalu menutup bibirnya dan tersenyum.

Perlakuan Candra Gail terhadapnya benar-benar sangat baik.

……

Setelah selesai mandi dan turun ke bawah, ternyata makanan sudah siap seperti yang dikatakan Candra Gail.

Candra Gail hanya memasak beberapa sayur yang sederhana. Begitu melihatnya, Yuni Lim merasa napsu makannya meningkat. Tapi begitu makan, ternyata ia tidak makan banyak.

“Kau tetap harus makan sedikit walaupun tidak sesuai selera supaya tengah malam tidak lapar.” Pria itu sebenarnya sudah terbiasa dengan selera Yuni Lim yang cenderung memilih makanan dengan rasa yang kuat, tapi malam hari sebaiknya makan makanan yang memiliki rasa ringan.

“Sudah cukup, aku tidak napsu makan lagi.” Setelah Yuni Lim makan dua suap dan minum setengah mangkuk sup, ia kehilangan napsu makannya dan merasa sangat mengantuk.

Begitu melihat rupa Yuni Lim yang seperti ini, Candra Gail pun tidak mendesaknya lagi. Dengan asal ia merapikan meja makan dan membawa Yuni Lim naik ke kamar untuk tidur.

Ia hanya mengira Yuni Lim hari ini mungkin terlalu lelah. Apalagi hari sudah selarut ini, wajar saja wanita itu tidak memiliki napsu makan dan hanya ingin tidur.

Akhirnya pada pagi di hari kedua, Canda Gail baru menyadari bahwa ini tidak normal tatkala melihat rupa Yuni Lim yang masih seperti tidak memiliki napsu makan.

Candra Gail melihat Yuni Lim hanya menyisip seteguk susu dan tidak minum lagi. Ia lalu menautkan alisnya dan bertanya: “Kenapa tidak makan lagi?”

“Aku tidak ingin makan.” Yuni Lim menggelengkan kepala kemudian menyender kebelakang.

Candra Gail meletakkan pisau dan garpu yang ada di tangannya, kemudian memperhatikan Yuni Lim dengan lebih seksama.

Ia tahu sebelumnya ia membuat Yuni Lim sangat lelah. Itu sebabnya semalam ia membiarkan wanita itu dan tidak melakukan apapun terhadapnya. Candra Gail juga tahu bahwa Yuni Lim kermarin tidur tidak terlalu larut malam, tapi sepertinya sekarang wanita itu kehilangan roh dan semangatnya.

Candra Gail mengerutkan alis. Sepertinya sebuah pikiran terbersit dalam benaknya dan ekspresinya pun berubah. Ia lalu berdiri dan menelepon Alex Paige: “Telepon Dokter Lukman untuk datang sebentar ke sini.”

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu