After Met You - Bab 578 Menanggalkan Pakaian

Menatap wajah penuh pengharapan Yuni Lim, Lina ragu sesaat sebelum akhrinya berujar: “Ya.”

Begitu mendengarnya, sepercik rasa senang muncul diwajah Yuni Lim.

Ia berharap semoga Lukman masih hidup.

Karena perkataan Lina, suasana hati Yuni Lim pun membaik.

Ada begitu banyak hal yang terjadi hari ini. Yuni Lim mengira ia tidak akan bisa tidur, tapi ternyata ia langsung tertidur begitu baring.

Tengah malam, ia terbangun karena kepulangan Candra Gail mengejutkannya.

Ketika ia tidur, Yuni Lim meninggalkan lampu di samping ranjangnya tetap menyala. Jadi ketika matanya terbuka, ia dapat dengan jelas melihat sosok tinggi yang berdiri di depan kasur adalah Candra Gail.

Yuni Lim terbangun kaget secara tiba-tiba, ia duduk tercenung sambil menatap pria itu selama beberapa detik sebelum akhirnya merespon.

Sekujur tubuh Candra Gail basah dan rambut yang lepek menempel pada dahinya yang basah. Tapi pria itu sama sekali tidak terlihat berantakan.

Ia menatap Yuni Lim lurus-lurus, raut wajahnya sedikit kabur dibawah sinar lampu yang remang.

Yuni Lim juga menatap Candra Gail. Akhirnya, ia duluan yang memecah keheningan.

“Apakah di luar hujan?” tanya Yuni Lim pelan.

Candra Gail sedikit mengangkat wajahnya, nada dingin tersirat dari suaranya: “Aku sudah lama tidak pulang dan kamu tidak meneleponku sama sekali?”

Suhu pendingin ruangan di kamar itu dipasang sedikit rendah sehingga Yuni Lim menarik-narik selimutnya sambil mendengarkan ucapan Candra Gail. Walaupun ia merasa tidak dapat memahami maksud ucapan pria itu, Yuni Lim dengan pelan menjawab: “Aku tidak punya ponsel.”

Ponselnya sudah diambil oleh Candra Gail, jadi bagaimana ia meneleponnya?

Candra Gail melanjutkan: “Kamar ini punya telepon.”

“Rusak.” Sebelumnya saat Yuni Lim ingin menelepon Gilbert Lin dengan telepon kamar ini, Candra Gail mengira ia akan menelepon Lukman sehingga pria itu merusak jaringan telepon.

“Kamu bisa meminta pelayan untuk meneleponku.”

Entah kenapa, sepertinya Candra Gail benar-benar keras kepala dengan topik yang satu ini.

Nada suaranya yang keras kepala terdengar seperti anak kecil yang belum mengerti permasalahan di dunia.

Memandangi raut wajah yang memaksa dari Candra Gail, Yuni Lim mencoba sedikit dinamis dan berujar: “Kamu pergi mandi saja dulu.”

Candra Gail kembali menatap wanita itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya memutar tubuhnya dan berjalan masuk ke kamar mandi.

Menatap Candra Gail yang memasuki kamar mandi, Yuni Lim pun menyenderkan kepalanya pada bagian kepala kasur dan melamun.

Kesadarannya baru kembali saat ia mendengar berhentinya suara air dari dalam kamar mandi.

Candra Gail keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya dan melihat Yuni Lim yang masih menyenderkan kepalanya di kepala kasur. Wanita itu terlihat seperti sedang menunggunya keluar.

Raut wajah Candra Gail sedikit membaik dan menghangat.

Yuni Lim tidak menyangka Candra Gail akan keluar secepat ini sehingga kesadarannya dengan perlahan baru kembali. Tanpa menunggu wanita itu untuk kembali berbaring, Candra Gail sudah menanggalkan handuknya yang merupakan satu-satunya pakaian yang menutupi tubuhnya dan berganti dengan pakaian tidur.

Mata Yuni Lim perlahan membelalak, mukanya merona merah. Ia pun langsung menyusup masuk ke dalam selimut.

Dasar pria satu ini! Bagaimana mungkin ia begitu tidak memiliki malu!

Mendengar suara yang berasal dari belakangnya, Candra Gail pun memutar kepalanya dan melihat wanita yang semula duduk di kepala kasur kini sudah kembali tertidur. Sudut mulutnya pun menyunggingkan senyum.

Meskipun Yuni Lim sudah berada di balik selimut yang tipis, tapi ia masih bisa merasakan wajahnya yang memanas.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara mendekat ke kasur.

Tidak berselang lama, suara Candra Gail pun langsung terdengar: “Bangun.”

Karena Yuni Lim tidak tahu apa yang hendak pria itu lakukan, jadi ia juga tidak bergerak sedikitpun meskipun ia mendengar suara pria itu.

Ia berpura-pura tidur.

Tapi Yuni Lim lupa bahwa Candra Gail bukanlah tipe pria yang sabar.

Candra Gail kembali memanggil Yuni Lim, tapi wanita itu tidak bergerak sedikitpun. Candra Gail pun langsung menyibakkan selimut Yuni Lim dan hendak menanggalkan pakaian wanita itu dengan menyobeknya.

Yuni Lim sontak membuka matanya, raut wajahnya terlihat sangat waspada: “Apa yang kamu lakukan!”

Melihat kewaspadaan yang sangat pada raut wajah Yuni Lim, raut wajah Candra Gail pun menjadi kelam. Tatapannya seolah-olah seperti gunung berapi yang siap meletus.

Yuni Lim bergegas berujar pelan: “Hari sudah malam, aku sudah mengantuk. Kita tidur dulu saja, bagaimana?”

Sesuai dugaan, raut wajah Candra Gail menjadi lebih cerah. Tapi, ia tetap berujar: “Tanggalkan pakaianmu.”

Wajah Yuni Lim memucat.

Pria ini masih tidak berencana untuk melepaskannya?

Melihat Yuni Lim yang tidak bergerak untuk megulur waktu, ia pun tidak lagi berharap agar wanita itu menanggalkan pakaiannya sendiri, Candra Gail pun memutuskan untuk turun tangan dan melakukannya sendiri.

Yuni Lim tahu bahwa ia tidak bisa melawan Candra Gail, sehingga ia juga tidak memberontak. Ia hanya membuang kepalanya ke samping, air mata menggenangi matanya.

Tapi setelah Candra Gail menanggalkan pakaiannya, Yuni Lim tidak merasa pria itu melakukan sesuatu yang agresif. Ia justru merasakan sesuatu dioleskan pada tubuhnya.

Ketika Yuni Lim kembali menolehkan kepalanya dengan terkejut, ia melihat Candra Gail sedang memegang sebuah botol obat dengan raut wajah yang datar. Sebelah tangannya yang lain sedang mengolesi tubuhnya dengan obat.

Candra Gail mengolesi beberapa bagian pada tubuh Yuni Lim dengan obat itu. Ada sedikit rasa perih yang mengiringi, disusul dengan rasa sejuk.

Yuni Lim menatap Candra Gail dengan tertegun, sama sekali tidak menyangka pria itu mau mengolesi obat padanya.

Ia kira pria itu mau...

Karena beberapa hari terakhir, perilaku Candra Gail padanya benar-benar buruk. Apalagi ditambah dengan kematian Lukman. Yuni Lim secara tidak sadar merasa Candra Gail akan menyakitinya.

Ia bahkan lupa bahwa pria itu bisa menyayanginya.

Begitu Candra Gail menengadah, alisnya berkerut tatkala melihat air mata yang menggenangi mata Yuni Lim dan bertanya: “Apa begitu sakit?”

Saat bertanya, jemari pria itu pun sedikit terangkat, seolah-olah takut untuk menyentuh Yuni Lim.

Yuni Lim tahu bahwa Candra Gail salah paham. Ia menarik sudut bibirnya dan tersenyum pada pria itu. Ia hendak mengatakan sesuatu tapi tenggorokannya terasa tercekat sehingga ia hanya menggeleng pelan.

Melihat respon dan penampilan Yuni Lim, raut wajah Candra Gail kembali mendingin kemudian ia melanjutkan mengoleskan obat.

Yuni Lim sedikit menengadahkan pandangannya dan menatap pria itu.

Gerakan Candra Gail saat mengoleskannya obat benar-benar terasa lembut.

Tapi, ia baru saja membunuh Lukman hari ini.

Terpikir akan hal ini, Yuni Lim menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan kesedihan yang terpampang di matanya.

Candra Gail mengoleskan obat pada tubuhnya dengan sangat hati-hati.

Bahkan pria itu tetap mengoleskan obat dibeberapa tempat yang sensitif, Yuni Lim sebenarnya ingin menolak, tapi ia tidak bisa melawan tenaga Candra Gail.

Ia hanya bisa menurut.

Selesai mengoleskan obat pada Yuni Lim, Candra Gail kembali memakaikannya baju dan merangkulnya tidur. Ia tidak terlihat hendak menyentuh wanita itu.

Yuni Lim berbaring dalam pelukan Candra Gail, masih merasa ini semua tidak nyata.

Sikap Candra Gail yang seperti ini membuat Yuni Lim merasa bahwa pribadi terdahulu pria itu kembali lagi.

Hanya saja, Yuni Lim juga tidak berani berspekulasi apapun dengan Candra Gail yang sekarang ini.

Akan menjadi seperti apa masa depan mereka berdua?

……

Ketika Yuni Lim terbangun keesokan paginya, Candra Gail sudah tidak ada disampingnya.

Kali ini, semalaman Yuni Lim tidak dapat tidur dengan nyenyak karena sebentar-sebentar ia akan terbangun. Kesadarannya juga mengawang-awang, tidak bisa tidur pulas namun juga tidak dapat benar-benar terjaga.

Setelah sarapan, ia pun kembali merasa mengantuk.

Kemarin malam hujan memang turun karena halaman terlihat basah.

Baik Candra Gail maupun Andrea dan Lina tidak ada di rumah dan hanya ada sekelompok pelayan beserta pengawal.

Ia masih tidak bisa pergi keluar. Meskipun begitu, para pengawal yang sekarang menjaga di depan pintu mundur beberapa langkah, mereka masih boleh memperbolehkan Yuni Lim keluar vila.

Bukankah seharusnya ia merasa beruntung? Karena setidaknya ia masih diperbolehkan berjalan-jalan di halaman.

Ketika Yuni Lim tidak tahu harus berbuat apa, ia pun memutuskan untuk menelepon Gilbert Lin.

Menggunakan telepon yang ada di aula utama.

“Ibu.” Suara anak kecil yang menggemaskan pun terdengar dari ujung telepon.

Yuni Lim hampir saja menangis.

Ia sangat merindukan putranya.

Tapi, sekarang ia masih belum bisa pulang.

“Apa kamu menurut pada Paman Paige?”

“Ya. Kapan ibu pulang?”

Sebenarnya, Yuni Lim dan Candra Gail belum lama berada di Kerajaan J. Tapi ia merasa seolah-olah sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan putranya.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu