After Met You - Bab 28 Jika Tidak Menutup Lampu Kamu Tidak Bisa Tidur

Candra tak menduganya dan tertawa: “Oh? Saya sama sekali tak menduganya.”

“……” Wajah Yuni Lim yang memancarkan sedikit rasa malu, sekarang dia hanya ingin masuk ke dalam celah, perkataan yang memaparkan diri sendiri dengan ceroboh, akan aneh jika dia mempercayainya.

Mendadak, pandangannya terkejut, mengangkat kepalanya dengan tidak mau kalah dan melihatnya: “Memang saya sedang memikirkanmu.”

“Apa yang kamu pikirkan dari saya?” Candra menaikkan alisnya, seperti merasa sangat takjub.

“Saya berpikir, pria seperti kamu, mengapa takut gelap.” Yuni Lim menampilkan sebuah senyuman yang begitu gemilang, memancingnya.

Wajah Candra seketika musam, wajahnya jelas tidak ada ekspresi, Yuni Lim pun merasa sekarang dia tentunya sangat marah.

“Sudah larut, saya mau pergi mandi.” Yuni Lim mengedipkan mata dengan tak berdosa kepadanya, bagian pinggang yang melembut, seluruh bagian atas tubuhnya mengarah ke bawah, berjongkok di bawah lengannya yang bersilangan.

Mengunci pintu kamar mandi, Yuni Lim masih mempertahankan ekspresi senyuman di wajahnya, melihat perubahan wajah Candra yang malang sungguh membuat Yuni Lim merasa puas.

Candra yang berada di luar menatap pintu kamar mandi, pandangan matanya yang sedikit rileks.

……

Saat Yuni Lim keluar dari kamar mandi, Candra sedang duduk di atas sofa sambil menonton TV, yaitu saluran drama, drama mengenai perang rumah tangga antara ibu mertua dan menantunya.

Kalau bukan karena telah melewati hari bersama Candra, mengetahui dia yang merupakan lelaki sesungguhnya, dia benar-benar bisa mengira bahwa ia adalah seorang banci.

Mendengar pergerakan di belakangnya, Candra tidak membalikkan kepalanya dan berkata: “Sudah mandi.”

Yuni Lim mengagumi dia seperti ini, dengan canggung berkata “Hm”, lalu membalikkan tubuhnya, melompat ke atas kasur dan menutupi dirinya dengan selimut.

Setelah beberapa saat, suara TV telah tiada, terdengar suara air dari dalam kamar mandi.

Yuni Lim menutup mata, namun tidak mengantuk sedikitpun.

Tak lama kemudian, air di dalam kamar mandi telah berhenti, ada orang yang menarik selimutnya, secara reflek dia menggenggam erat, namun orang yang menarik selimutnya jelas sangat gigih.

Selimut Yuni Lim telah ditarik olehnya, dia duduk dengan tidak senang: “Candra, kamu……”

Melihat pengering rambut yang berada di tangan Candra, sisa perkataannya ditelan olehnya hidup-hidup.

Candra seperti tidak mendengar merasakan intonasi suaranya, membuka pembicaraan dengan acuh tak acuh: “Keringkan dahulu rambutmu baru tidur.”

Melihat sikapnya yang tidak bertemperamen seperti ini, Yuni Lim sedikit gelisah dan memutar kepala.

Candra juga tidak memberi dia kesempatan untuk menolaknya, langsung mencolokkan pengering rambut, menepuk ujung kasur: “Bersandar di sini, gerai rambutmu di sisi kasur.”

Yuni Lim melihat ekspresinya yang datar, ia ingin menolaknya, namun ia tak mengatakannya keluar, hanya bisa mengikuti perkataannya, berbaring dengan patuh.

Tangan besarnya yang lincah dan dengan lembut bergerak di atas kepalanya, dalam hati Yuni Lim ada perasaan yang mengganjal, sepasang tangannya yang menggenggam selimut dengan gugup.

Candra duduk di ranjangnya, kalau dia mengarahkan matanya ke atas, langsung bisa melihat wajah Candra, ini membuat Yuni Lim sedikit tidak nyaman, sepasang matanya yang asal berputar, tidak tahu bagusnya bagaimana.

Tunggu sampai kepalanya telah kering, dia sudah mulai mengantuk.

Pengering rambut ditutup, suara “Drrrttt” di samping telinga telah hilang, namun tubuh Candra masih belum pergi.

Yuni Lim mengangkat matanya dan melihat, pas melihat mata Candra yang mendalam, wajahnya mendadak mulai memanas, mengikuti arah pandangnya, tepat menatap ke kera sendiri yang terbuka lebar.

Saat bersiap untuk memarahinya, Candra mendadak mendekatinya, mencium keningnya: “Tidur lah.”

Yuni Lim terbengong, daerah yang diciumnya seperti telah dibakar oleh api, membara.

Hingga Candra membereskan pengering rambut dan kembali ke kasur, Yuni Lim masih merasa wajah sendiri masih panas.

Dia melihat tangan Candra yang diulurkan dan siap menutup lampu, berpikir bahwa sebenarnya dia takut gelap, berkata dan menghentikannya: “Tidak usah matikan lampu.”

Pergerakan Candra terhenti, masih mengulurkan tangannya untuk menutup lampu, ditengah kegelapan Yuni Lim tidak dapat melihat ekspresi wajahnya, hanya bisa mendengarkan suaranya yang menyegarkan seperti air: “Hari itu saya hanya tidak terbiasa dengan kegelapan yang mendadak, kalau tidak matikan lampu, kamu tidak bisa tidur.”

Ternyata Candra mengetahui pemikiran hatinya.

Sebelumnya dia mengira Candra marah karena dia sering menertawakan Candra yang takut akan kegelapan, sekarang mengatakannya dengan percaya diri, apakah telah mengerti bahwa sekarang dia sudah tidak marah?

Yuni Lim bertanya kepadanya: “Apakah akhir-akhir ini sibuk?”

Yang membalasnya adalah sebuah ruangan yang diam, Yuni Lim sedikit menyesal telah menanyakan hal ini, apakah jika Candra menyadari bahwa dia ingin bertanya mengapa begitu larut baru pulang, apakah bisa menertawainya?

Setelah beberapa saat, Candra berkata dengan sedikit kabur: "Semalam perusahaan sedikit sibuk, saat bangun tidak sempat sarapan, pulang juga sudah larut, saya harusnya memberitahumu terlebih dahulu, tak menyangka kamu bisa menunggu saya."

Setelah Yuni Lim mendengar kalimat terakhirnya, lalu merasa sedikit abnormal: "Siapa yang sedang menunggumu, saya hanya menonton TV lalu tidur."

Candra seperti telah yakin bahwa Yuni Lim telah mendengarnya, dengan nada yang serius dan berkata: "Hm, kedepannya kalau saya pulang begitu malam lagi, akan memberitahumu, kamu juga tidak perlu menunggu saya."

"......"

Yuni Lim tidak bisa berkata, meskipun tidak tahu mana yang aneh, namun dalam hati merasa senang.

......

Yessica Lim sudah melakukan perjalanan bisnis, Yuni Lim menjalankan hari dengan sangat tenang di perusahaan, dalam periode ini berpartisipasi ke dua perjamuan, tidak terjadi apapun.

Hanya saja, minggu depan Yessica Lim telah kembali, Yuni Lim tahu bahwa hari yang menyenangkan itu akan segera berakhir.

Pas adalah hari jumat, saat sudah mau selesai kerja, Tasya berlari mencarinya secara misterius: "Ayo main."

Yuni Lim yang masih sibuk, bertanya kepadanya: "Kemana?"

Tasya tersenyum: "Nanti juga tahu."

Setelah pulang kerja, Yuni Lim ditarik Tasya dan pergi, bertepatan dengan Candra yang sibuk akhir-akhir ini, tidak sempat menjemputnya.

Langit di akhir musim panas, lebih cepat menggelap daripada biasanya.

Saat mereka turun dari mobil, langit sudah gelap.

"Ini tempatnya, kamu harus menemani saya hari ini."

Seketika turun mobil, Tasya langsung menariknya masuk ke dalam bar, bahkan nama bar pun Yuni Lim sudah tak sempat melihatnya.

Setelah masuk ke dalam bar, menemukan bahwa cukup banyak orang di dalam.

Tasya memesan dua gelas bir, menarik Yuni Lim berjalan ke dance floor.

Yuni Lim bukanlah orang yang suka bermain, di luar negri juga sangat jarang ke tempat seperti ini, terlebih bar di luar negeri berbeda dengan bar di dalam negeri, dengan ragu berkata kepada Tasya: "Tasya......"

Tasya dengan cepat menginterupsinya: "Biasanya sudah sibuk kerja, mari rileks sebentar, terlebih, kamu dan suamimu juga jangan sangat berlebihan, tidak perlu begitu mematuhi aturan."

Yuni Lim tetap tidak masuk ke dance floor, malah mencari kursi di samping, duduk dan meminum bir, suara orang lain yang baru duduk di sampingnya berkata: "Tuan Mario, di sini."

Yuni Lim terbengong, tidak mungkin bisa kebetulan seperti ini kan, mana mungkin langsung bisa bertemu dengan Tuan Mario?

Dia mengarahkan pandangannya ke sana, melihat segerombolan orang yang masuk bersama Tuan Mario, musik di dalam bar terlalu keras, dia tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Yuni Lim berpikir sebentar, mengangkat badannya berniat untuk mencari Tasya, malah tak menyangka seketika dia bangkit, Tuan Mario telah melihat ke sini.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu