After Met You - Bab 250 Mengganggu Di Sisinya Tanpa Henti

Candra tidak lagi berbicara.

Yuni kembali ke kamar, berbaring di kasur dan tidak lama kemudian tertidur.

Dia dibangunkan oleh suasana yang berisik.

Di lorong terdengar suara telapak kaki kesana-kemari, dan suara benda keras yang menabrak dinding.

Yuni mengenakan baju lalu keluar, dia melihat ada beberapa penjaga di lorong yang sedang mengangkat sesuatu.

Beberapa penjaga itu melihat Yuni, mereka heran, tetapi dengan cepat mereka langsung merespon, setelah mereka sedikit membungkuk memberikan hormat kepadanya, mereka langsung melanjutkan jalannya sambil mengangkat benda itu.

Yuni tidak tahu terjadi masalah apa, lalu dia langsung pergi ke ruang buku mencari Candra.

Saat dia baru sampai di depan pintu, pintu ruangan itu sudah dibuka oleh seseorang yang berada didalamnya.

Tiba-tiba muncullah sosok Kakek Marco dalam pandangan Yuni, Yuni sedikit bengong: “Tuan Marco.”

Meskipun kemarin Candra sudah mengenalkan Yuni pada Kakek Marco, tetapi sikap Kakek Marco masih tetap terlihat tidak menyukainya.

Faktanya memang begitu, dia juga tidak harus terlalu ramah kepadanya.

“Iya.” Raut wajah Kakek Marco sangat tidak enak dilihat, seperti seseorang yang sedang marah besar.

Saat itu juga terdengar suara wanita dari dalam ruang buku.

Suaranya dari jauh terdengar semakin dekat: “Kakek, aku tinggal di luar juga sangat nyaman, membuat pemberitahuan publik dan beberapa hal lainnya juga biasanya……….”

Ini adalah suara Hanna Gu.

Yuni dengan segera menengadahkan kepala, dia melihat Hanna sudah berada di belakang Kakek Marco.

Hanna juga melihat Yuni, wajahnya terlihat sangat terkejut, lalu dia tersenyum sambil berkata: “A, ini Nona Yuni.”

Hanna tersenyum sangat cantik, jika Yuni adalah seorang pria, dia pasti tidak bisa melawan senyumannya itu.

Sayangnya, dia dan Hanna adalah musuh.

Tatapan dua orang itu saling beradu dalam ruangan terbuka itu, senyuman Hanna memendam tajamnya jarum, ekspresi wajah Yuni pun terlihat sangat dingin.

“Masalah ini sudah diputuskan seperti ini, semuanya tinggal bersama, sangat ramai, merayakan tahun baru bukannya harus ramai?”

Intonasi yang tersirat dari perkataan Kakek Marco sangat mendalam dan tidak akan mudah untuk ditentang, tetapi sikapnya sedikit membaik dibandingkan saat dia barusan berhadapan dengan Yuni.

“Iya, aku mengerti.” Hanna sedikit membungkuk memberi hormat, dengan sangat patuh menganggukkan kepala.

Kakek Marco sepertinya sangat puas, dia mengatakan “Iya” lalu langsung membalikkan badan dan pergi meninggalkan ruangan.

Yuni melihat sekilas bagian punggung Kakek Marco yang sedang berjalan meninggalkan ruangan, alisnya sedikit mengerut.

Kakek Marco ingin tinggal di villa? dia juga menyuruh Hanna tinggal disini?

Yuni menggigit bibir erat-erat, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi dingin.

Jahe masih tetap yang terpedas.

Kakek Marco sudah hidup lebih dari setengah usianya, dia pasti sudah sejak dulu punya keinginan yang sangat jelas untuk menjodohkan Candra dengan Hanna.

Dia sendiri tidak berinisiatif ikut campur, malah diam-diam menyuruh Hanna tinggal, dan jelas terlihat bahwa hal ini sangat menyulitkan Yuni.

Hanna berjalan selangkah ke depan, tersenyum melihat Yuni, intonasi bicaranya menyiratkan hasutan: “Sudah lama tidak berjumpa, kamu kelihatannya sangat pucat.”

“Karena Candra akhir-akhir ini suka makan sayur, yang dimasaknya juga semuanya sayuran, aku tidak terlalu suka, jadi wajar saja kalau aku sedikit pucat.”

Sebenarnya dia akhir-akhir ini merasa tersiksa jika mencium bau daging atau ikan, diam-diam beberapa hari ini dia tidak bisa minum obat.

Wajahnya pucat atau pun tidak, dia tidak terlalu memperhatikannya, memang kenapa kalau wajahnya pucat? dia masih tetap bisa makan masakan yang dibuat oleh Candra.

Hanna tentu saja mengerti maksud dari perkataan Yuni, senyuman di wajahnya semakin mendalam, tatapan matanya memendam sikap yang dingin, suaranya tertekan sangat kecil: “Lihat saja nanti kamu bisa tahan berapa lama.”

“Sudah bangun?”

Yuni belum sempat membalas perkataan Hanna, tiba-tiba Candra berjalan keluar dari dalam ruangan.

Temperatur suhu udara di villa sangat bersahabat, Candra hanya mengenakan kemeja tipis berwarna hitam.

Dia baru menyadari tatapannya, Candra memakai manset hitam yang dia jahit dan dia berikan untuknya sebagai kado ulang tahun.

Hatinya yang kesal perlahan-lahan pudar, dia langsung melangkah maju ke depan, berdiri di hadapan Candra: “Aku sedikit tidak enak badan, kamu pegang keningku, apakah aku demam?”

Yuni berbicara sambil memegang tangan Candra dan meletakkannya di atas keningnya.

Candra mengerutkan dahinya saat mendengar perkataan Yuni, telapak tangannya yang di atas kening Yuni beberapa saat kemudian barulah terbuka, intonasi bicaranya menyiratkan rasa khawatir sekaligus ragu tidak bisa memeriksanya: “Aku panggil dokter datang kemari.”

Setelah selesai bicara, Candra langsung membalikkan badan turun ke lantai bawah.

Meskipun Yuni tidak tahu dia memanggil dokter spesialis apa, tetapi tujuannya sudah tersampaikan.

Masalah saling membuat cemburu sebelumnya menurut dia itu adalah hal yang konyol, tidak disangka jika pada suatu hari dia juga bisa melakukan permainan ini.

Didalam ruangan itu hanya tersisa Yuni dan Hanna.

Hanna yang barusan melihat tingkah mesra mereka berdua, senyuman di wajahnya berubah menjadi sangat terpaksa.

Yuni mendekap kedua tangan, dia mengerlingkan mata ke arah Hanna: “Aku tidak tahu bisa tahan berapa lama, tetapi setidaknya sekarang orang yang berada di sisinya adalah aku, bukan kamu.”

“Hah!” Hanna memiringkan sudut bibirnya seperti mendengar perkataan yang konyol, lalu dia berkata: “Jika aku adalah kamu, aku bisa membuat diriku sendiri berubah lebih memalukan dari sebelumnya, lalu meninggalkan Candra, bukannya melakukan hal yang seperti sekarang, mengganggu di sisinya tanpa henti dan selalu merepotkannya……”

Setelah Hanna selesai bicara, dia langsung membuka pintu dan pergi.

Yuni berjalan beberapa langkah masuk kedalam ruangan, lalu duduk di sofa.

Ruang buku Candra sangat besar, hanya ada dia sendirian didalam ruangan itu, jelas terlihat sangat sunyi dan kesepian.

Dia menekan alis, memejamkan mata dengan perasaan yang gelisah.

Tidak selang berapa lama, dan lagi pintu ruang buku itu terbuka.

Masuklah Candra dan diikuti oleh seorang wanita paruh baya mengenakan pakaian jas.

Tangan wanita paruh baya itu menjinjing sebuah kotak obat, sangat terlihat kalau dia adalah dokter yang dipanggil oleh Candra.

Tatapannya fokus pada seseorang yang di belakang Candra itu, wajahnya sangat serius.

Candra duduk di sebelah Yuni: “Ini adalah Dokter Vita, dia adalah dokter keluarga Gail.”

Yuni mendengar itu langsung menengadahkan kepala melihat Dokter Vita, Dokter Vita sedikit membungkuk memberi hormat dengan sopan kepadanya, sepertinya dia adalah orang yang tidak terlalu mudah untuk bergaul.

Yuni sebelumnya berkata kalau dia sedang tidak enak badan, awalnya dia hanya ingin membuat kesal Hanna saja, tetapi tidak disangka ternyata Candra benar-benar memanggil dokter untuk datang ke villa.

Sekarang dia tidak tau bagaimana baiknya.

Tetapi Dokter Vita sudah memulai mengambil barang, sepertinya dia akan melakukan pemeriksaan yang lebih detail kepada Yuni.

Yuni menolaknya, dia hanya ingin diperiksa biasanya saja.

Setelah pemeriksaan selesai, Dokter Vita membereskan peralatan dokternya lalu ijin pamit kepada Candra: “Setelah hasil pemeriksaan keluar, aku pasti langsung mengantarnya kemari.”

Dokter Vita selesai bicara, Candra menjabat tangannya, mengisyaratkan kalau dia sudah boleh pergi.

Sebelum Dokter Vita pergi, dia tidak sengaja melihat sekilas ke arah Yuni.

Tatapannya itu sedikit aneh, seperti merasa tidak puas dan meremehkannya.

Tatapan Yuni sedikit berbinar melihat kebiasaan yang dilakukan oleh Dokter Vita, dan terlihat sikapnya yang kaku dan tidak enak dipandang, dia adalah orang kepercayaan Kakek Marco.

Kalau sudah begini, dia memahami kalau Dokter Vita tidak menyukainya.

Setelah Dokter Vita pergi, dia menutup pintu.

Barulah Candra bertanya pada Yuni: “Apakah masih ingin tidur? kamu terbangun karena mendengar keributan kan?”

“Kakekmu akan tinggal disini?” ucap Yuni sambil menggaruk kepala melihat ke arah Candra.

Meskipun masalah ini sudah jelas terlihat, tetapi Yuni masih ingin menanyakannya.

Candra melihatnya dengan penuh perhatian, seperti melihat sesuatu didalam mata Yuni.

Beberapa saat kemudian, barulah dia berkata: “Bukan hanya kakekku, tetapi juga kakekmu.”

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu