After Met You - Bab 610 Pasti Akan Meninggalkannya

Setelah Candra Gail melempar Daniel Mo keluar, ia membalikkan tubuhnya dan meletakkan kedua telapak tangannya diatas meja kerja Daniel Mo. Ia sedikit membungkukkan badannya, diam seribu bahasa dengan raut wajah yang terlihat kelam dan membuang pandangannya kearah lain.

Ada begitu banyak peralatan di dalam laboratorium Daniel Mo. Begitu dilempar oleh Candra Gail, ia menabrak salah sebuah peralatan sehingga punggungnya terasa sakit.

Daniel Mo merosot perlahan diatas lantai dan mengambil napas dalam sambil mengangkat kepalanya. Setelah menahan rasa sakit yang menyerang, dengan bertumpu dilantai ia pun perlahan bangkit berdiri.

Kali ini, Daniel Mo mencari tempat yang jauh dari Candra Gail dan duduk disitu.

Ia dapat melihat jelas bahwa kali ini Candra Gail benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya sendiri dan ia tidak ingin mendapatkan lampiasan emosi pria itu lagi.

Daniel Mo membetulkan letak kacamatanya sebelum mengangkat kepalanya dan menatap Candra Gail.

Pose Candra Gail masih sama seperti sebelumnya, dengan tubuh setengah membungkuk ia berdiri disana dan tidak bergerak sama sekali.

Beberapa saat kemudian, suara kelam dan serak Candra Gail pun terdengar memenuhi ruangan: “Kerjasama kita berakhir disini.”

“Apa?” Daniel Mo termangu sejenak, ucapan Candra Gail terlalu tiba-tiba membuatnya tidak bisa merespon.

Candra Gail akhirnya menolehkan kepalanya dan menatap Daniel Mo, raut wajahnya tetap tidak berubah: “Aku yakin kamu mengerti apa yang aku maksud, tidak perlu aku ulang lagi.”

Daniel Mo memang mengerti.

Walaupun hubungannya dengan Candra Gail hanya sebatas kerjasama yang saling menguntungkan, tapi hubungan mereka sudah berlangsung selama sekian tahun. Bagaimana mungkin diakhiri begitu saja dengan satu kalimat?

Apalagi, suasana hati Candra Gail saat ini sedang tidak baik.

“Tuan, kamu perlu diobati sekarang.” Mengabaikan rasa sakit yang menjalari tubuhnya, Daniel Mo bangkit berdiri dan menatap Candra Gail dengan tegas.

Candra Gail balas menatap dengan dingin, tidak ada kehangatan sedikitpun dalam nada suaranya: “Tidak ada urusannya denganmu. Kondisimu yang sekarang sudah tidak sama seperti yang dulu, kamu bisa bergabung dengan institusi riset nasional dengan statusmu saat ini. Mereka pasti juga mau menerimamu.”

Daniel Mo dapat merasakan kemantapan dalam ucapan Candra Gail.

Daniel Mo mengepalkan kedua tangannya erat dan terdiam sesaat. Setelah memantapkan hati, ia pun baru bersuara: “Selama beberapa tahun di awal, kamu memintaku untuk mempelajari bidang apa yang aku minati. Lalu aku berhasil, aku memenangkan kompetisi, bahkan bisa mendaftarkan hak paten. Setelahnya, kamu memang tersirat memintaku mempelajari Neurologi. Aku memang mempelajari bidang itu, tapi tidak dengan sepenuh hati karena itu bukan minatku.”

Sepertinya Candra Gail sudah agak lebih tenang saat ini, mata hitamnya mulai fokus. Ekspresinya biasa saja, tapi Daniel Mo tahu pria itu sedang mendengarkannya.

Ia lalu kembali melanjutkan mengutarakan pemikirannya dengan terang-terangan: “Sebenarnya kamu menyiratkanku untuk belajar Neurologi karena keluargamu memiliki sejarah penyakit kejiwaan. Tapi karena hal ini adalah sesuatu yang sangat rahasia, kamu tidak bisa mengatakannya dengan jujur padaku.”

Daniel Mo sendiri juga baru terpikir akan hal itu beberapa hari ini.

Menurut Daniel Mo, Candra Gail tertarik awalnya pada dirinya bahkan mengajaknya bergabung dalam sebuah hubungan yang saling menguntungkan adalah demi mendirikan laboratorium baginya untuk mengatasi sejarah penyakit kejiwaan dalam keluarga pria itu.

Kalau tidak, sebagai seorang pebisnis unggul yang tidak memiliki ketertarikan terhadap bidang kesehatan, bagaimana mungkin ia mau membuang begitu banyak uangnya hanya untuk membangun sebuah laboratorium?

Walaupun ini hanyalah dugaan Daniel Mo semata, tapi ia cukup yakin dengan validitasnya.

“Dan diantara kerabat-kerabat dekatmu, ada sejarah yang memiliki sejarah menderita penyakit kejiwaan yaitu nenekmu. Setiap beberapa generasi Keluarga Morgen akan meninggal karena penyakit kejiwaan, tapi mereka akan menyembunyikannya dan memberitahu media bahwa kematian itu disebabkan oleh penyakit lain.”

Daniel Mo mengatakan itu hanya dalam satu tarikan napas. Ia lalu berhenti untuk melihat seperti apa ekspresi Candra Gail.

Raut wajah pria itu tidak berubah signifikan.

Dipandangi oleh Daniel Mo membuat Candra Gail menegakkan tubuhnya perlahan, suaranya tetap tidak terdengar hangat sama sekali: “Pantas saja kamu menjadi terkenal dalam bidang kesehatan. Kemampuan analisismu boleh juga.”

Perkataan yang ia lontarkan ini membuktikan pernyataan Daniel Mo.

Walaupun Daniel Mo sudah menduga ini akan terjadi sejak awal, tapi tetap saja ia termangu ketika mendengar ucapan seperti itu keluar dari mulut Candra Gail.

Sepertinya sekarang Candra Gail sudah mulai berada dalam fase sadar.

“Kamu tidak ingin keluar dari hadapanku hidup-hidup?” Sebenarnya, pernyataan itu bukanlah rahasia Candra Gail seorang melainkan juga rahasia Keluarga Morgen.

Karena merupakan suatu perkara yang besar bagi Keluarga Morgen saat kemakmuran dan kejayaan selama ratusan tahun mereka diiringi dengan sejarah penyakit kejiwaan.

Daniel Mo benar, nenek Candra Gail memang meninggal karena penyakit kejiwaan yang ia derita. Ia melompat dari kastil Morgen dan meninggal.

Sampai saat ini, bangunan di kastil Morgen itu masih disegel dan tidak ada siapapun yang boleh masuk kesana.

Daniel Mo agak terkejut, tapi ia tetap memepertahankan raut tenang diwajahnya: “Aku akan mencari cara untuk menyembuhkanmu.”

“ Yang kamu maksud dengan cara menyembuhkanku itu adalah dengan diam-diam dibelakangku membicarakan kondisi penyakitku dengan Yuni?” Raut wajah Candra Gail kembali berubah menjadi kelam, kilat berbahaya bersinar di matanya.

Daniel Mo pun menyadari bahwa Candra Gail khawatir Yuni Lim akhirnya mengetahui penyakit kejiwaannya.

“Nyonya adalah orang terdekatmu dan aku adalah doktermu. Sudah seharusnya aku mendiskusikan ini dengannya.” Ini adalah suatu hal yang wajar, keluarga pasien pasti akan berkomunikasi dengan dokter.

“Tutup mulutmu! Memangnya apa yang kamu mengerti?! Bisa saja ia malah pergi mencari Lukman!”

Candra Gail memiliki penyakit kejiwaan dan bukan seseorang yang normal. Yuni Lim pasti akan meninggalkannya dan berpaling pada Lukman.

Begitu mendengarnya, Daniel Mo termangu sesaat sebelum akhirnya mengerti apa yang terjadi.

“Itu karena kamu yang sekarang terlalu banyak curiga untuk setiap hal dan selalu meragukan perasaan nyonya terhadapmu. Menurutku, istrimu benar-benar tulus menyayangimu dan tidak akan meninggalkanmu.”

Penjelasan Daniel Mo ini sama sekali tidak dapat menembus telinga Candra Gail.

Otaknya penuh dengan pikiran bahwa Yuni Lim akan meninggalkannya karena kondisinya, wanita itu akan berpaling pada Lukman karena ia pasti memilih untuk hidup bersama dengan seseorang yang sehat dan waras.

Sebenarnya, apa artinya memiliki sejarah penyakit kejiwaan dalam keluarga?

Bukan semata-mata berarti bahwa hanya Candra Gail sakit, tapi anak cucu dan keturunan-keturunan setelahnya pun memiliki kemungkinan untuk menderita penyakit yang sama. Mereka bisa menderita penyakit ini diusia remaja, dan mati muda sama seperti neneknya.

Bahkan saat usianya belum genap 40 tahun, ia bunuh diri dengan terjun dari gedung dan meninggal karena penyakit kejiwaannya.

Manusia dianugerahi insting untuk mencari keuntungan dan menghindari bahaya. Tidak ada wanita yang akan terpikir menghabiskan hidupnya bersama dengan suami dan putra tersayangnya yang memiliki penyakit kejiwaan dan bisa kumat kapan saja.

“Kamu ngerti apa?!” Candra Gail mengaum marah dengan suara lantang, matanya sedikit kemerahan.

Daniel Mo memicingkan matanya sambil tetap mengamati perubahan ekspresi Candra Gail. Sorot matanya terjatuh pada obat penenang yang berada tak jauh darinya.

Tanpa bicara, kaki Daniel Mo bergerak mendekati obat penenang itu.

Begitu Candra Gail kehilangan kendali atas dirinya lagi, ia akan langsung memberikan obat penenang itu.

Tapi tepat pada saat itu, ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Deringnya secara mendadak memecah kesunyian di dalam ruangan.

Daniel Mo berhenti bergerak sesaat, lalu mengambil ponselnya.

Kebetulan atau tidak, yang menelepon ternyata adalah Yuni Lim.

Ia mengangkat kepalanya lalu menatap Candra Gail dan berujar: “Telepon dari nyonya.”

Mata merah Candra Gail mereda sedikit, pandangannya jatuh pada ponsel Daniel Mo. Raut wajahnya menenang: “Yuni?”

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu