After Met You - Bab 191 Tak Bergeming

Tubuh Candra hanya berbalutkan sebuah kemeja hitam tipis, dengan tiga kancing baju yang terlepas, dengan wajah tegas yang tanpa ekspresi, bola matanya yang hitam dan terlihat sedikit sayup, ia tampak sangat tenang dan juga terlihat menggoda.

Yuni Lim memandang ke arah orang yang duduk di samping meja makan yang berada di tengah, ia sedikit tergegun.

keduanya telah menjalin bersama begitu lama,tetapi ia pun tak bosan-bosannya melihat wajah Candra Gail, tak peduli kapanpun, ia hampir selalu terlihat tampan,

Pria gemuk itu bertemu Candra Gail dan tak mengatakan apapun, ia seketika menyadari sesuatu dan saat itu juga muncul sebuah pikiran, ia menggenggam tangan Yuni Lim dengan seerat eratnya, dan juga berfikiran untuk menjangkau wajah Yuni Lim dan menyengelusnya.

"Adik manis, temani kakak ke toilet ya, kita...."

Yuni Lim menghindari tangan gemuk tersebut: "Tolong bersikap sopan santun sedikit, aku hannyalah tamu di sini, aku hanya salah kamar saja."

Suara Yuni Lim terdengar dingin, sebagaimana hatinya yang juga dingin.

Ia harusnya sama sekali tak perlu mendengarkan perkataan asisten Candra untuk datang kemari.

Dulunya, bahkan dengan daging sapi sekalipun ia bisa cemburu, sekarang ia berdiri di hadapannya dengan pergelangan tangan yang sedang di genggam oleh pria gemuk ini sekalipun ia tak menunjukan reaksi apapun.

Hal ini dapat membuktikan apa?

Sepertinya hampir dapat membuktikan semuanya.

Pria gendut itu sedikit terkejut oleh ekspresi dingin wajah Yuni Lim, tetapi itu hanya terjadi beberapa detik saja.

Dengan cepat ia kembali tersadar, tawanya membuat mata dan hidungnya bertumpuk menjadi satu, sembari menarik pergelangan tangannya dan tak melepaskannya: "Lalu apa hubungannya, bukankan ia masih bisa berteman, menurutmu bukankah begitu...."

Sembari berbicara, lalu ia ingin meraih tangan Yuni Lim.

Yuni Lim merasa sangat muak, tangan kosong satunya menggenggam tangan pria tersebut, dengan sekuat tenaga ia melepaskan genggaman tersebut.

Yuni Lim menjelitinya dengan sinis, lalu memalingkan badannya dan segera pergi meninggalkan tempat.

Pada saat itu juga, orang-orang asik menyaksikan kejadian tersebut mulai beramai-ramai mengejek: "Apakah engkau adalah seorang pria, bahkan adik kecil seperti itu saja tidak dapat kamu bereskan."

Sekelompok orang tersebut adalah para pengusaha, umurnya rata-rata 30 40 tahunan, jadi seorang Yuni Lim yang berdiri di gerombolan itu terlihat seperti seorang adik kecil.

Pria gemuk tersebut merasa tersindir, seketika ia menggenggam kembali tangan Yuni Lim: "Adik cantik kamu jangan pergi ya, aku benar-benar ingin berteman denganmu."

"Tapi aku tak sudi berteman dengan babi gendut seperti kamu." Yuni Lim memandangnya dengan tawa sinis, tatapan matanya penuh dengan ejekan.

Pria mana saja tak akan tahan di ejek oleh seorang wanita sampai seperti ini, pria gendut tersebut naik darah dan ingin memukul Yuni Lim.

Sebenarnya Yuni Lim bisa saja berlari dan menghindari dari keramaian dan hiruk pikuk tersebut, tetapi ia sengaja masuk dalam keramaian dan melewati segerombolan orang yang sedang duduk, melihat sekilas kearah Candra Gail, lalu ia menerima sebuah tamparan yang keras.

Suara "Piak" terdengar, setengah dari tubuh Yuni Lim terhuyung.

Emosi pria gemuk tersebut telah naik sampai ke ubun-ubun, dengan tangan yang besar seketika menampar wajah Yuni Lim, ia hanya dapat merasakan sakit di bagian setengah wajahnya.

Orang-orang yang berada di dalam ruangan lagi-lagi berkata: "hei, bahkan kamu tega memukul wanita secantik ini....."

Yuni Lim menyelipkan rambut yang telah menutupi wajahnya ke belakang telinga, lalu membalikan pandangannya dan melihat kearah Candra Gail.

Orang yang duduk di meja itu semuanya adalah pengusaha, semuanya adalah konglongmerat, pakaian yang di pakai mereka adalah pakaian yang bermerk, dan ada juga yang mengenakan pakaian yang bermerk sama dengan Candra Gail, tetapi semuanya tak lebih baik di bandingkan Candra Gail.

Ia hanya duduk diam di sana, membuat orang secara tidak sadar ingin menatapnya.

Tetapi di dalam matanya tak ada ia.

Pria gemuk yang barusan saja memukulnya tadi masih mengomel, akan tetapi Yuni Lim tidak mendengarkanya, ia berhitung di dalam hati.

Satu, dua, dua.....

Ia berhitung satu sampai sepuluh, Candra Gail tak sedikitpun berkutik dari tempat duduknya.

Sinar di mata Yuni Lim perlahan memudar, ia mengelus-elus wajahnya, lalu mengangkat pandangannya dan menatap ke arah pria gemuk yang datang untuk meraih tangannya, ia menghindar lalu mengangkat tangannya dan menampar balik si pria gemuk tersebut.

"Tak ada seorang perempuan pun dapat menyukai pria yang sama sekali tak mempunyai etika dan sopan santun." Kata-kata Yuni Lim bagaikan air dingin, kata-katanya dingin membeku.

Pria gemuk tersebut di marahi sampai lupa memberikan reaksi.

Pada saat itu juga, tidak tau bagaimana Niko Feng menemukannya.

"Nona Lim."

Yuni Lim berbalik dan melihat ternyata ia adalah Niko Feng, ia terbengong sejenak, sebelumnya ia di bawa kemari oleh asisten Candra Gail, ia hampir lupa bahwa di sini masih ada orang yang bernama Niko Feng ini.

"Tuan Feng, maaf, saya...."

Yuni Lim tak tau bagaimana harus menjelaskannya, nasib baik Niko Feng juga tak butuh penjelasan darinya, ia tersenyum lebar dan bertanya: "Apakah sekarang sudah boleh pulang? aku akan sekalian mengantarmu pulang."

"Kalau begitu maaf merepotkan." Ketidak pedulian Candra Gail membuat ia merasa bahwa datang bersama asisten Andrea adalah suatu keputusan yang salah.

Bahkan sekarang ketika ada orang yang memukulnya pun ia sudah tidak peduli sama sekali lagi, apakah ia masih harus membujuknya agar tidak minum alkohol?

Tak seharusnya ia mempermalukan diri sendiri.

Walaupun ia telah berkata seperti ini kepada diri sendiri, tetapi hatinya bagaikan tertutup sebongkah kapas, ia sedikit merasa sesak.

Niko Feng tak lagi menaruh pandangannya ke arah Yuni Lim, ia berjalan kearah pria gemuk tersebut, dengan sangat sopan memberikan sebuah kartu nama: "Nona ini adalah temanku, kalau di antara kalian masih ada sebuah kesalah pahaman yang belum di selesaikan, aku tak keberatan untuk menyelesaiakannya melalui jalur tengah."

Lelaki gemuk itu awalnya hanya memandang sekilas dan mencibir, tetapi ketika sedang mencibir, ia melihat nama yang tertulis di kartu tersebut, seketia ia membuka lebar matanya, dengan gemetaran menyambut kartu nama tersebut, lalu melihat kearah Niko Feng dengan sebuah pandangan yang ketakutan.

Yuni Lim tenggelam dalam emosinya sendiri dan tidak memperhatikan ekspresi si pria gemuk itu.

Ketika ia di bawa oleh Niko Feng keluar dari istana Yurich, di iringi dengan maksud meminta maaf dan berkata: "Terima kasih."

"Bukan masalah, hanya sembari membantu saja." Niko Feng tertawa, lalu berjalan kearah parkir mobil.

"Tuan Feng." Yuni Lim dengan terburu-buru memanggil Niko Feng: "Masalah hari ini, aku telah merepotkan mu, aku pulang sendiri saja."

Ia mengerti bahwa Niko Feng sangatlah sibuk, ia sungguh bisa pulang sendirian.

Niko Feng merasa ragu, seakan sedang menyaring perkataan Yuni Lim, sesaat kemudian ia mengangguk perlahan: "Em, nanti aku akan kirimkan nota pembayaran dan nomor rekening ke kamu."

Yuni Lim tak menyangka, ia yang sejak tadi berfikir, ternyata membicarakan hal ini, dan lagi dengan nada bicara yang serius.

Yuni Lim sedikit tertawa kecewa: "Em, terimakasih tuan Feng."

"Tak perlu berterima kasih, kita sudah impas, aku mengantarmu ke rumah sakit, kamu mentraktir ku makan, kamu menabrak mobilku juga harus menggantinya."

Yuni Lim merasa agak canggung dengan perkataan Niko Feng, tetapi ia juga setuju dengan cara Niko Feng, semuanya harus impas, siapapun tak ada hutang budi.

Sesampainya di rumah jangan lupa untuk mengkompres wajahmu dengan batu es, wajah itu penting untuk perempuan." Pandangan Niko Feng jatuh ke wajah Yuni Lim.

Tidak tau apakah hanya perasaan Yuni Lim saja yang salah, ia selalu merasa saat Niko Feng memandang wajahnya, pandangannya selalu melayang, seperti sedang melihat orang lain.

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Niko Feng, Yuni Lim langsung pergi menuju tepi jalan untuk memanggil taksi.

.....

Di sisi lain, di dalam ruangan.

Pria gemuk tersebut memandangi kartu nama yang di berikan kepadanya tersebut, ia terdiam tak bergeming.

Orang yang berada di dalam ruangan tersebut menertawakannya: "Siapa orang itu, bukannya hanya sebuah kartu nama, kenapa bisa membuatmu terkejut seperti itu?"

Pria gemuk itu hanya menggelengkan kepalanya, akan tetapi tak bersuara.

Dan Candra Gail yang sedari tadi duduk diam, tiba-tiba bersuara: "Barusan tadi kamu menggunakan tangan mana memukul dia?"

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu