After Met You - Bab 129 Menjadi Supirmu

Yuni Lim menoleh dan menatap Candra Gail dengan bingung. Walaupun ia tidak mengerti mengapa pria itu ingin membawa keranjang buah itu pergi, namun ia tidak bertanya apapun.

Hanna Gu memberikan reaksi yang sebaliknya. Ia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri dengan langkah besar-besar. Ia lalu merenggut keranjang buah itu dari tangan Candra Gail, nada suaranya terdengar terburu-buru: “Buah-buahan ini sudah jatuh, tidak layak untuk dimakan lagi.”

“Bukan masalah.” jawab Candra Gail dan menatap tangan Hanna Gu yang sedang menggenggam keranjang buah itu. Candra Gail merenggut keranjang itu dengan satu sentakan kuat: “Kamu istirahatlah yang benar, kami pergi dulu.”

Ucapan itu membuat Hanna Gu merasa seperti tertampar. Ia hampir saja jatuh terduduk dan harus memegang ujung meja agar tetap dapat berdiri.

Candra Gail bersikap seolah tidak melihatnya, menggenggam tangan Yuni Lim, lalu berjalan pergi.

……

Karena Candra Gail dan Alex Paige datang ke rumah sakit bersama, Candra Gail pun memberikan kunci mobilnya pada Alex Paige begitu sudah keluar dari rumah sakit: “Kamu setirkan mobilku pulang.”

Alex Paige mengambil kunci mobil itu dan hendak mengatakan sesuatu ketika Candra Gail sudah mengambil kunci mobil Yuni Lim dan membuka pintunya. Setelah ia memasukkan Yuni Lim kedalam mobil, ia yang dibelakangnya juga duduk didalam mobil.

Lalu mobil itu melaju pergi.

Semua tindakan itu dilakukan Candra Gail dalam satu gerakan, mengalir seperti air yang tidak berlumpur.

Alex Paige berdiri di pinggir jalan. Ia menunduk dan menatap kunci mobil di tangannya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan masuk ke dalam mobil.

Di sisi lain.

Yuni Lim menoleh dan menatap keranjang buah yang diletakkan Candra Gail di kursi belakang lalu bertanya: “Kenapa kamu membawa keranjang buah itu pulang?”

Kepala Candra Gail tidak menoleh: “Kamu yang membeli buah-buahan itu, bukan?”

“Iya...” Jadi, karena ia yang membeli buah-buahan itu, Candra Gail ingin membawanya kembali meskipun sudah dibuang oleh Hanna Gu?

Candra Gail akhirnya menoleh dan menatap Yuni Lim, suaranya terdengar pelan: “Ya.”

“Ya” itu maksudnya apa?

Setelah itu, Candra Gail tidak mengucapkan sepatah kalimat lagi dalam perjalanan pulang.

Kedua orang itu sampai di Vila Maya Bay.

Begitu mobil berhenti, Yuni Lim mendorong pintu mobil terbuka. Dari sebelah sisi, Candra Gail meraih keranjang buah yang ada di kursi belakang.

Lalu pria itu melangkah besar-besar menuju tempat sampah yang ada di depan vila. Ia membuang buah-buahan itu, beserta dengan keranjangnya.

“...” Yuni Lim tidak berbicara apapun. Jadi, Candra Gail membawa keranjang buah itu jauh-jauh pulang hanya untuk membuangnya di tempat sampah di depan rumah mereka?

“Kenapa tertegun? Ayo masuk.” Candra Gail menoleh dan mendapati Yuni Lim yang masih berdiri di tempatnya. Ia lalu menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam vila.

Yuni Lim mengikutinya masuk dan menatapnya dengan bingung: “Kenapa kamu membawa pulang buah-buahan itu kalau kamu akan membuangnya?”

“Jangan bilang kalau tidak dibuang kamu mau memakannya.” Candra Gail menoleh dan menatap Yuni Lim dengan serius. Kalau wanita itu sampai bilang “ingin makan”, Candra Gail akan membawanya kembali ke rumah sakit untuk diperiksa.

Yuni Lim meringis dan bergumam: “Kalau memang ingin membuangnya, kenapa harus dibawa pulang lalu dibuang...”

“Kalau kamu tidak mau sesuatu yang kamu beli sendiri, berarti kamu juga harus membuangnya di tempat sampahmu sendiri.”

Candra Gail berjalan didepan dan masuk terlebih dahulu, tapi jawabannya terdengar dengan sangat jelas di telinga Yuni Lim.

Kalau kamu tidak mau sesuatu yang kau beli sendiri, berarti kamu juga harus membuangnya di tempat sampahmu sendiri.

Ck, Hasrat untuk memiliki dan hasrat untuk mengontrol memang benar-benar kuat.

Yuni Lim hanya bisa menelannya jauh ke dalam lubuk hati, tapi sebenarnya ia belum merasa jelas.

Hanna Gu marah padanya dan ia melempar buah-buahan itu. Akibatnya, Candra Gail membawa buah-buahan itu pulang dan membuangnya di tempat sampah rumah mereka.

Seolah-olah mengatakan, “Kalau istriku tidak menginginkan lagi barang yang ia beli, maka tidak ada orang lain pula yang bisa memilikinya.”

Yuni Lim merasa sangat senang. Ia mengikuti Candra Gail masuk ke dalam ruang Sapi.

Ia mengikuti Candra Gail menuangkan makanan anjing dan air minum untuk Sapi, lalu mengikutinya keluar.

“Kenapa kamu mengikutiku?” Candra Gail pergi ke dapur untuk mencuci tangannya dan bersiap memasak. Ia membalikkan kepalanya dan bertanya pada Yuni Lim yang berdiri di belakangnya.

Yuni Lim tidak bisa menyembunyikan senyumnya, “Aku tidak menyangka kau bisa sepelit ini.”

Ini hanyalah keranjang buah dan Candra Gail membuangnya dengan raut yang begitu serius.

Candra Gail meliriknya sekilas namun tidak mengucapkan apapun.

“Bagaimana kamu tahu bahwa Hanna dengan sengaja membuang keranjang buah itu?” tanya Yuni Lim sambil menatap punggung bidang Candra Gail.

Gerakan Candra Gail terhenti sejenak: “Aku mengerti dirinya.”

Begitu mendengar jawaban Candra Gail, senyum Yuni Lim memudar. Ia menjilat bibirnya dan bertanya lagi: “Kalian sudah saling mengenal berapa lama?”

“Aku bertemu dengannya saat aku baru saja memulai usahaku.” Candra Gail menjawab dengan sangat jujur, tanpa menyembunyikan apapun. Nada suaranya terdengar begitu terang-terangan.

“Oh.”

Yuni Lim tidak tahu harus mengucapkan apa kepada Candra Gail yang seperti ini.

Waktu adalah sebuah hal yang sangat misterius, ia bisa menyembuhkan juga bisa menjadi saksi.

Waktu bisa menyembuhkan luka dalam hati orang, juga bisa menjadi saksi akan perjalanan kisah dan perasaan antara satu orang dengan yang lain.

Candra Gail memulai usahanya ketika usianya 14 tahun dan sekarang, sudah 13 tahun berlalu.

Jadi bisa dibilang, ia sudah belasan tahun mengenal Hanna Gu.

Lalu, apa artinya sudah saling mengenal selama belasan tahun?

Artinya, mereka saling mengenal perubahan dan kebiasaan masing-masing.

Yuni Lim sudah tidak bisa mengingat lagi kenangannya sebelum menginjak usia sembilan tahun. Masa-masa dimana ia sangat bahagia dan ia selalu dipanggil “Putri Kecil” oleh ayahnya.

Sekarang, ia yang sudah dewasa tidak lagi bisa mencari bayangan masa kecilnya.

Yuni Lim merasakan krisis itu.

Meskipun Candra Gail selalu mengasingkan Hanna Gu, tapi wanita itu tidak memperlakukan Candra Gail seperti itu pula.

Yuni Lim tidak mau berada di dapur lagi, jadi ia memilih untuk berbalik badan dan melangkah keluar.

Candra Gail merasa sudah tidak ada siapapun lagi di belakangnya. Ia menoleh dan mendapati tidak ada lagi bayangan Yuni Lim di dapur. Tangannya terhenti sejenak sebelum akhirnya melanjutkan memasak.

Yuni Lim pergi ke luar dan melihat Sapi yang sudah makan dan sedang bermain-main.

“Sapi.”

Dalam waktu yang pendek ini, Sapi dan Yuni Lim menghabiskan banyak waktu bersama. Begitu mendengar Yuni Lim memanggilnya, Sapi pun datang menghampiri sambil menggoyang-goyangkan ekornya.

Yuni Lim mengelus kepala anjing itu dan Sapi mendorong-dorong tangannya dengan kepalanya, terlihat sangat manja.

……

Seusai makan, Yuni Lim pun bersiap untuk konferensi pers besok. Ia mulai menjadi sibuk.

Melihat Yuni Lim yang sibuk, Candra Gail pun tidak bertanya apa-apa.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar Yuni Lim sudah bangun.

Candra Gail melihat jam. Baru pukul enam pagi dan hari ini adalah akhir pekan.

Candra Gail bangung dan duduk di atas kasur. Melihat Yuni Lim yang sudah duduk di depan cermin dan sedang merias diri, Candra Gail berkata dengan suara mengantuk: “Ini masih terlalu pagi.”

“Bersiap lebih awal tidak akan menjadi panik.” Yuni Lim menjawab Candra Gail sambil merias alisnya.

Ivan Lim dan orang-orang di perusahaan keluarga Lim menunggu Yuni Lim agar bisa bercanda seperti itu, jadi ia benar-benar berharap ia tidak akan melakukan kesalahan.

Candra Gail sedikit mengerutkan alisnya, lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Sambil menunggu Yuni Lim selesai merias diri, Candra Gail sudah berganti pakaian. Semangatnya sudah kembali.

“Apa yang kamu lakukan?” Bukankah ia sudah mengatakan tidak perlu campur tangan pria itu?

Candra Gail menyampirkan jasnya di sebelah lengannya dan membetulkan dasinya: “Menjadi supirmu.”

Selesai berbicara, Candra Gail lalu membuka pintu dan berjalan menuruni tangga.

Yuni Lim membelalakkan matanya dan akhirnya mengikuti pria itu turun.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu