After Met You - Bab 42 Ternyata Semuanya Palsu

Candra Gail dengan gestur malasnya duduk disebelah sana, postur tubuhnya yang begitu indah, memancarkan aura yang luar biasa,dan terdapat sebuah lukisan.

Disela-sela jarinya yang begitu lentik teselip sebatang aroma yang semerbak, diselingi dengan asap yang mengepul, membuat Yuni Lim dalam sekejap tidak dapat dengan jelas mengenali wajahnya.

Tatapan mata Yuni Lim kembali tertuju kepada sosok laki-laki yang berdiri disebelahnya, dia hampir membuka mulutnya dan menyerukan : “Ha ? Tuan Andrea ? Kamu panggil dia siapa ?”

Sosok laki-laki yang berdiri disamping Candra Gail tidak lain adalah Andrea.

Ada ekspresi kaku terselip di wajah Andrea, dengan ekspresi kakunya itu dia menatap Candra Gail.

Candra Gail dengan ekspresi tertahankan mempersilahkan Yuni Lim masuk kedalam, bahkan jari tangannya yang mungil itupun tidak berayun sama sekali.

Andrea menatapnya, dan diapun tak luput dari tatapan Yuni Lim.

Candra Gail mematahkan kobaran ujung rokok yang terselip dijari lentiknya, dan perlahan-lahan mulai berdiri, dengan lembut ia merapikan lipatan pada sela-sela jasnya, yang kemudian mengalihkan pupil matanya ke arah Yuni Lim, dengan tatapan yang tajam dan mendalam.

“Bukannya sudah pulang ke rumah, kenapa malah kembali lagi?”

Terdengar damai seperti suara air yang mengalir, tetapi terselip kesan sedingin es.

Melihat ekspresi Candra Gail yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa, Yuni Lim tanpa berkata sepatah katapun, dengan tergesa-gesa kembali memutar langkah kakinya meninggalkan situasi yang menyesakkan itu.

Setelah menikah bukannya aku harus tinggal dirumahmu ? Aku di Malaysia tidak punya rumah.

Ini pun mobil temanku.

Sebotol anggur itu pun juga Candra Gail yang menghabiskannya......

...............

Detail kecil yang selalu dia abaikan, kembali muncul dalam ingatannya, dan dia baru menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres.

Tetapi karena dia membantunya mengusir para reporter, dan juga karena disaat tidak ada pilihan lain sehingga memutuskan untuk menikahinya, dan akhirnya dia memutuskan untuk tetap percaya kepadanya, tanpa keraguan apapun.

Candra Gail menyadari bahwa Yuni Lim terdiam tanpa mengucap sepatah katapun, melangkahkan kaki dan meraihnya mendekat: “Sekarang sudah tidak terjadi apa-apa, ayo kita pulang.”

Yuni Lim menyergap langkah mereka berdua: “Jangan mendekat!”

Candra Gail dengan patuhnya menghentikan langkah kakinya.

“Bos Istana Yurich ?”

“Ya, aku.” Candra Gail menjawab ringan.

“Candra, apakah urusannya sudah selesai, jam tangannya Yuni Lim......”

Alex Paige masuk kedalam sambil menggerakan kedua ujung bibirnya, baru hendak melangkahkan satu kakinya, mendapati bahwa Yuni Lim berdiri diujung sana, terkaget-kaget sampai memeriksa beberapa kali nomor rumah yang tergantung ditembok samping pintu, baru kemudian melanjutkan langkahnya menuju kedalam.

“Semuanya ternyata ada disini......” Alex Paige mengusap-usap ujung hidungnya, yang membuat suaranya terdengar semakin kecil.

Mendengar jawaban tegasnya Candra Gail, Yuni Lim merasa ada sesuatu didalam hatinya dalam sekejap terasa remuk.

Dia kembali teringat dirinya yang beberapa waktu lalu masih mengkhawatirkan Ferry Goh melakukan sesuatu yang buruk terhadap Candra Gail, sekarang baru sadar bahwa itu sangat konyol.

Benar-benar konyol .

“Kenapa?” Dua tiga patah kata tersangkut dan menyesakkan ditenggorokan, dan dengan sukarnya tertelan kembali tanpa terucap.

Bos di belakang Istana Yurich, dengan susah payah mendekati gadis yang baru saja kembali ke negaranya, pasti ada maksud tersembunyi.

Ternyata semua itu hanyalah sebuah kepalsuan.

Kehangatan dan cinta kasih sayang ternyata palsu, segala kebaikan dan perhatian ternyata palsu, dengan sungguh-sungguh ingin menikahinya ternyata juga palsu.

Yuni Lim menegakkan tubuhnya, dengan sedikit mengangkat dagunya, dengan ekspresi dingin dia menatap Candra, memalingkan badan dan melangkah keluar, jam tangan pun luput dari pikirannya.

Tidak ada siapapun yang mengejarnya.

Baguslah.

Sesampainya Yuni Lim di pintu lift, dengan emosi dia menekan tombol turun, tetapi pintu lift tetap tidak terbuka, saat ia memandang keatas, baru menyadari bahwa lift masih sangat jauh berada di lantai 17.

“Pengggg.....”

Dengan sekuat hati dia menendang pintu lift, sampai kerasnya sampai membuatnya meringis kesakitan.

Dia memutar ke arah tangga.

Sekeluarnya dari Istana yurich, dengan sembarang dia meraih gagang pintu mobil dan masuk kedalam mobil, kacau balau, otak kecilnya tidak dapat memikirkan apapun.

Saat megangkat kepalanya, dia merasa ada yang aneh, pemandangan diluar mobil bukan lagi sesuatu yang mewah dan indah, melainkan sepetak jalan dengan lorong yang gelap dan menakutkan, hanya terlihat lampu remang-remang yang saling berjejer.

“Ini bukan jalan pulang kerumahku. “ Ujung bibir Yuni Lim mengeluh kepada supir itu, dan tangannya pelan-pelan meraih hp yang berada didalam tasnya.

Suara supir terdengar mencurigakan: “Tidak, benar ini jalannya.”

Terdengar hembusan tawa dari supir setelah meyakinkan Yuni Lim.

Dalamm hatinya, Yuni Lim sudah memikirkan hal yang tidak-tidak, dengan terburu buru mengeluarkan hp dari dalam tasnya, membuka riwayat panggilannya dan melakukan panggilan telepon, entah siapa yang dia hubungi.

Dalam sekejap pintu mobil terbuka dengan tiba-tiba, hp pun terenggut dari tangannya, tubuhnya pun terpental keluar dari dalam mobil.

Dia membuka kedua bibirnya seraya meminta pertolongan, orang yang menyeretnya keluar dari mobil sudah terlebih dahulu mempersiapkan lakban untuk menutup mulutnya, bahkan mengikat dengan kencang kedua tangan dan kakinya, sedikitpun tidak memberikan dia kesempatan untuk melawan, terlihat seperti penjahat kelas kakap.

Lalu melemparkan tubuhnya kedalam mobil lain, kedua mata Yuni Lim pun tertutup rapat.

Yuni Lim merasa tidak karu-karuan, tangan dan kakinya pun mulai sedingin es.

“Peenggggggg........”

Pintu mobil tertutup, telinga kirinya mendengar bisikan suara laki-laki: “Antar dia kesana, buat mereka bersenang senang dengannya....”

Yuni Lim masih mendengar suara laki-laki yang lain berkata: “Lihat dia, lumayan juga ternyata......”

Terdengar suara “Plaaakkkk” suara itu kembali terdengar: “Tidak ada bagianmu disini, setelah mendapatkan uangnya baru nanti kita bicarakan lagi.”

Uang ? Siapa yang memberi mereka uang untuk menangkap Yuni Lim ?

Yuni Lim menggerakkan badannya yang terikat dan berteriak “eenngggg eenngggg”, berharap dapat menarik perhatian mereka, berteriak saja tidak bisa, apalagi menggerakan badannya, kaburpun merupakan hal yang mustahil.

Orang itu mulai berteriak kepada Yuni Lim : “Jangan berisikkk ! bentar lagi kita sampai !”

Lalu menepuk bagian pantatnya.

Sekujur tubuh Yuni Lim mulai kaku, diapun tidak dapat menggerakkan tubuhnya lagi.

Entah mereka membawa Yuni Lim kemana, pastinya sangat jauh baru memberhentikan mobilnya, dia dipikul oleh seseorang dibawa ke sepetak jalan, lalu dilemparnya begitu saja tubuh Yuni Lim.

Dalam sekejap tubuhnya merasakan sesuatu yang empuk, ranjang..........

Kedua matanya masih tertutup kain hitam, tidak dapat melihat dimana dirinya berada, Yuni Lim juga tidak mampu untuk berteriak, tangan dan kakinya pun masih terikat dengan sangat kuat.

Seandainya sekarang ada yang masuk dan berbuat sesuatu kepadanya, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Yuni Lim mulai merasa pusing, kepalanya pun mulai mengeluarkan keringat dingin.

Orang yang menyekapnya sudah meninggalkannya sejak beberapa saat yang lalu, dia dapat merasakan bahwa diruangan itu hanya ada dia seorang diri.

Dia mencoba dengan sekuat tenaga mennggulingkan badannya dari atas kasur, setelah terjatuh dibawah kasur, menekan dengan keras lakban yang menempel pada tangan dan kakinya agar sedikit longgar, dengan kedua kaki yang terikat, dia berdiri diatas karpet.

Setelah bersusah payah, akhirnya Yuni Lim pun mampu berdiri diatas karpet.

Lantai tertutup oleh karpet, karpet yang sangat lemut, kemungkinan terbuat dari bulu kambing, dan kualitasnya sangat bagus.

Bisa disimpulkan, orang yang menculiknya itu orang kaya.

Situasi seperti ini membuat Yuni Lim terpikirkan Mario.

Kemudian diluar pintu terdengar suara langkah kaki.

Diikuti dengan suara : “Tuan Mario, silahkan masuk kedalam.”

Setelah mendengar suara yang mengejutkan itu, Yuni Lim hanya dapat terdiam, dan tidak berani menggerakan sekujur badannya.

Mario.

Terdengar suara pintu terbuka, Yuni Lim yang sangat sensitif mendengarkan dengan kedua telinganya.

“Ck, apa-apaan ini? Diikat dan di lakban pula, cepat lepas ikatannya, aku tidak bisa menyelesaikannya.”

“Iyaiyaiyaaaa......”

Kain hitam yang menutupi kedua mata Yuni Lim dilepas, lakban yang menutup mulutnya pun ditariknya begitu saja, Yuni Lim mengedipkan mata beberapa saat baru mulai terbiasa dengan cahaya yang menusuk kematanya.

Yuni Lim dalam sekedip pun mendapati bahwa Mario berdiri diantara orang-orang yang menyanderanya.

Dia dengan emosi yang meluap luap berteriak : “Mario!”

“Dengar, tidak perlu berteriak, Nona Yuni Lim begitu cantik, marah pun juga sangat cantik, membuat hatiku merasa sangat geli.”

Mata Mario dengan tidak sopan menjelajahi tubuh mempesona Yuni Lim, tatapan matanya itu seperti sebuah kebencian yang ingin membuatnya segera mengemban Yuni Lim.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu