After Met You - Bab 576 Menghancurkan Refleksnya

Yuni Lim sedikit mengangkat kepalanya dan menahan rasa pedih di matanya.

Bukannya ia tidak pernah berdiri dan berpikir dari sudut pandang Candra Gail.

Bagi Candra Gail sendiri, membunuh Lukman membawa keuntungan yang lebih besar daripada kerugian yang dirasakan.

Akan tetapi, tidak bisakah ia melihat posisi Yuni Lim dan mengampuni nyawa Lukman?

Apa yang dilakukan Lukman memang jelas sangat kejam. Yuni Lim juga tidak memiliki permintaan apapun dan memperbolehkan Candra Gail melakukan apapun terhadap pria itu. Hanya saja, biarkan Lukman tetap hidup.

Apakah bagi Candra Gail hal ini begitu sulit?

Mungkin karena sifat Candra Gail yang temperamen atau akibat pengaruh obat penawar ‘k1lu73’. Tapi, Yuni Lim tidak bisa menyingkirkan ganjalan dalam hatinya.

Dengan ucapan Candra Gail yang seperti itu, Lukman pasti benar-benar sudah meninggal walaupun awalnya Yuni Lim sama sekali tidak percaya.

Tapi setelah pria itu menggunakan nada bicara yang sangat meyakinkan seperti itu, mau tidak mau Yuni Lim pun mempercayainya.

“Apakah sesulit itu bagimu untuk mengampuni hidupnya? Bagaimana aku berhadapan denganmu selanjutnya! Ayo katakan padaku...!” ujar Yuni Lim sambil sesenggukkan.

Bagaimana ia harus menghadapi Candra Gail sepanjang sisa hidupnya?

Ia tidak akan bisa melupakan kematian Lukman.

Selain setelah menikah dengan Candra Gail lalu sinarnya sebagai istri direktur Ik, Yuni Lim hanyalah orang biasa dilihat dari dalam maupun luar.

Bertemu dengan seekor kucing yang luntang-luntung di taman saja ia bisa jatuh iba dan merasa kasihan.

Apalagi tentang nyawa seseorang.

Bahkan bagi orang biasa, hidup dan mati adalah sebuah perkara besar.

Sedangkan bagi Candra Gail, menembak mati seseorang adalah hal kecil yang sangat wajar.

Bahkan jika orang ini bukanlah Lukman dan hanya seseorang yang tidak berguna, Yuni Lim akan tetap merasa tersentuh.

Apalagi ternyata orang ini adalah Lukman, seseorang yang tidak perlu sampai mati atas kesalahannya.

“Apa yang kamu tangisi! Cepat hentikan air matamu!” Candra Gail tidak sudi melihat air mata Yuni Lim. Ia merasa alasan wanita itu menangis adalah karena Lukman.

Yuni Lim tetap menangis, tapi kemudian tertawa.

Ia bukan menangis karena Lukman, tapi karena ia tidak terpikir bagaimana caranya berhadapan dengan Candra Gail untuk ke depannya.

Candra Gail menekuk wajahnya, nada suaranya terdengar berusaha menahan kesabaran: “Aku peringatkan, ini adalah terakhir kalinya! Kalau lain kali masih seperti ini, aku akan menggali kubur Lukman dan membawa mayatnya untuk dijadikan saringan!”

Jika kata-kata ini dikatakan oleh orang lain, Yuni Lim mungkin akan merasa ini hanyalah kemarahan sesaat.

Tapi, karena perkataan itu keluar dari mulut seorang Candra Gail, maka Yuni Lim tidak mungkin tidak percaya.

Wanita itu dengan sekuat tenaga menahan air matanya.

Melihat rupa Yuni Lim yang menelan kepahitan, Candra Gail pun menjadi semakin geram.

Ia menjulurkan tangan dan menahan bagian belakang kepala Yuni Lim, menyangga kepalanya dan menciumnya dengan penuh gairah.

Sebelah lengannya yang lain juga melingkari pinggang Yuni Lim.

Yuni Lim melalui hari ini yang penuh dengan kepedihan dan kegembiraan, lalu dijungkirbalikkan oleh Candra Gail. Karena ia tidak makan apapun, ia jadi tidak memiliki tenaga untuk melawan.

Candra Gail terus mencium dan mendesak tubuh Yuni Lim, hingga akhirnya kedua orang itu pun terhempas ke atas ranjang.

Sadar akan apa yang hendak Candra Gail lakukan, sekujur tubuh Yuni Lim pun tiba-tiba menjadi kaku. Luka-luka pada tubuhnya akibat pria itu semilir-semilir kembali terasa sakit.

Ia hanya membuka matanya tanpa respon. Menatap wajah tampan Candra Gail yang berjarak sangat dekat dengannya, hati Yuni Lim pun melembut sesaat.

Tidak peduli bagaimanapun juga, pria ini mencintainya.

Tapi, ada kalanya semua menjadi cukup bukan hanya karena cinta.

Cinta bukanlah segalanya.

Yuni Lim ingin berkompromi, tapi hatinya tidak mau.

Candra Gail menyadari lamunannya.

Ia lalu menghukum Yuni Lim dengan mengencangkan cengkeramannya di pinggang wanita itu.

Tubuh Yuni Lim awalnya memiliki luka berat yang tidak disengaja Candra Gail. Cengkeraman pria itu kali ini kebetulan menyentuh lukanya, membuat Yuni Lim mendengus dingin merasakan sakit.

Awalnya Candra Gail berniat untuk bertanya padanya, tapi melihat Yuni Lim yang mengerutkan kening, ia pun tanpa sadar ikut mengernyitkan alisnya.

Candra Gail tiba-tiba bangkit berdiri dan menjulurkan tangannya untuk menanggalkan pakaian Yuni Lim.

Menyadari pergerakan pria itu, Yuni Lim pun mengelak dengan mengulurkan tangannya dan mendorong pria itu.

Respon penolakan Yuni Lim membuat Candra Gail terdiam. Yuni Lim menggigit bibirnya, tidak menarik kembali tangannya dan juga tidak berani mengeluarkan tenaganya. Ia hanya berujar lembut: “Aku tidak terlalu...”

Tidak terlalu nyaman, jadi tidak ingin melakukannya.

Telapak tangan wanita yang halus itu dengan lembut tertelungkup diatas tangannya, sangat lembut. Jelas-jelas Yuni Lim tidak bergerak, namun Candra Gail merasa tergelitik geli.

Sedangkan rasa menggelitik ini terus menjalar sampai ke dalam hati Candra Gail.

Ada perasaan seperti ingin menghancurkan refleks Yuni Lim dalam hati Candra Gail.

Pandangannya beralih ke atas kemudian jatuh pada wajah kecil Yuni Lim yang pucat dan penuh kewaspadaan. Raut wajah Candra Gail sedikit berubah tapi tanpa ragu ia kembali melepaskan pakaian Yuni Lim.

Yuni Lim tidak sempat menghentikan pria itu. Garis-garis luka besar maupun kecil yang menyayat hati terukir jelas di atas kulit seputih salju itu.

Candra Gail menautkan alisnya dengan tegang, tanpa disadari tenaga di tangannya menghilang.

Walaupun semua ini adalah akibat perbuatan Candra Gail, tapi Yuni Lim dapat merasakan rasa terhina dalam sorot mata pria itu.

Candra Gail lalu melucuti seluruh pakaian Yuni Lim demi dirinya sendiri, sekujur tubuhnya menegang diam saat ia melihat bekas luka yang memadati tubuh wanita itu.

Yuni Lim tidak dapat mengelak, ia hanya dapat terduduk kaku disana. Kedua tangannya yang masih gemetar menggambarkan kondisi perasaannya.

Dengan sebelah tangan Candra Gail merangkul pinggang Yuni Lim dan sebelah tangannya yang lain kembali menanggalkan pakaian wanita itu, raut wajahnya sulit ditebak.

Yuni Lim tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu.

Tepat pada saat itu, Candra Gail tiba-tiba bangkit berdiri. Yuni Lim tersentak, ia segera menarik selimut dan memeluknya.

Setelahnya, Candra Gail tidak menyerangnya lagi melainkan malah berjalan keluar.

Yuni Lim sedikit terkejut dan tidak bisa menahan diri untuk tetap diam. Ia pun bertanya: “Kamu... Mau kemana?”

Begitu ucapannya terlontar, Yuni Lim merasa pertanyaan ini terlalu berlebihan.

Untuk apa sekarang ia bertanya pada pria itu?

Candra Gail menoleh dan melirik Yuni Lim sekilas, tatapannya yang dalam sedalam sumur tua yang tidak ada dasarnya terlihat tidak berjejak. Tatapannya justru menunjukkan misteri yang sulit ditebak, kesuramannya sangat menakutkan.

Tangan Yuni Lim yang memeluk selimut pun mengencang. Candra Gail hanya menatapnya selama beberapa detik lalu berjalan keluar dengan langkah besar-besar.

Hanya saja, pria itu membanting pintu dengan keras sampai suaranya menggelegar saat berjalan keluar.

Tiba-tiba, suasana kamar pun menjadi sunyi senyap. Yuni Lim akhirnya menghembuskan napas lega, sekujur tubuhnya terkulai lemas dan terbaring lumpuh diatas kasur, tidak bergerak sedikitpun.

Di luar, setelah membanting pintu, Candra Gail berdiri membelakangi pintu. Raut wajahnya terlihat sangat ragu-ragu.

Sesaat setelahnya, ia membalikkan tubuhnya dan tangannya mencengkeram gagang pintu. Lalu, gerakannya kembali terhenti.

Ia dan Yuni Lim bersitegang cukup lama di dalam kamar, sekarang langit perlahan mulai menggelap dan waktu makan akan segera tiba. Apakah Yuni Lim tidak akan menahannya saat ia keluar seperti ini?

Lagipula, sekarang hati dan mata Yuni Lim dipenuhi kesedihan karena Lukman. Mana mungkin wanita itu mempedulikannya.

Semakin ia berpikir lebih lanjut, semakin Candra Gail merasa tidak seharusnya ia melepaskan wanita itu sebelumnya.

Teringat akan kejadian di kasur saat Yuni Lim memeluk selimut, tubuh Candra Gail pun langsung mengalami perubahan.

Ia pun tidak dapat menahan diri untuk tidak mengumpat: “Sialan!”

Candra Gail tidak tinggal sedetik lebih lama. Secepat kilat ia meluncur ke lantai bawah, menyalakan mobil, lalu melaju pergi.

Andrea dan Lina yang sedang berbincang di pekarangan pun langsung termangu begitu melihat Candra Gail yang melesat seperti angin pergi dengan mobilnya.

Lina mengernyitkan alisnya: “Bos kenapa?”

“Mungkin karena terprovokasi nyonya.” Andrea mulai merasa kepalanya terasa sakit.

“Haruskah dikejar?”

“Masalah pribadi mereka, kita tidak usah mengurusnya.” Andrea mengenyahkan ide Lina yang ingin mengejar.

Candra Gail mengendarai mobilnya sampai ke laboratorium Daniel Mo.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu