After Met You - Bab 378 Sudah Tahu Masih Tanya

Begitu mendengar kalimat menyentuh yang tak terduga ini, hati Yuni Lim pun tersentak.

Ia sangat ingin mencurigai, apakah pria yang sedang bersender ditubuhnya dengan raut bajingan namun bisa dengan sungguh-sungguh mengeluarkan kata-kata yang menyentuh ini benar-benar adalah Candra Gail.

Yang pasti bukan orang lain yang sedang menyamar, bukan?

Yuni Lim mendorong pria itu: “Kamu berdirilah, berat sekali. Aku jadi tidak nyaman.”

Candra Gail yang mendengar perkataan Yuni Lim itu benar-benar menegakkan tubuhnya, hanya saja ia tidak melepaskan tangan Yuni Lim yang digenggamnya.

Yuni Lim dengan ragu menatapnya: “Kamu kenapa?”

Candra Gail bukanlah tipe orang yang bicara tanpa perbuatan, ia sedikit bicara dan juga sangat dingin.

Pupil mata Candra Lim menatapnya, mata hitam itu berubah menjadi sangat kelam.

Lalu, ia mengarahkan dirinya ke samping telinga Yuni Lim dan berkata dengan suaranya yang biasa: “Tidak apa-apa. Hanya saja setelah beberapa hari tidak bertemu denganmu, aku benar-benar tidak tahan lagi.”

Wajah Yuni Lim seperti terbakar dalam seketika.

Ia langsung menengadah dan melihat supir yang ada di baris depan. Ia menyadari supir itu sedang fokus menyetir seperti sama sekali tidak mendengar apa yang mereka katakan.

“Ia tidak dengar.” Candra Gail mencubit tangan wanita itu dan menatapnya dengan lucu.

Yuni Lim menolehkan kepalanya ke samping dan tidak bicara.

Ia merasa ada yang janggal dengan Candra Gail.

...

Mobil itu berhenti di depan sebuah vila.

Dibandingkan dengan vila taman bunga Aika yang bergaya kebarat-baratan, gedung vila ini terlihat sangat dingin dan tenang. Tidak ada bunga-bunga segar maupun dedaunan yang hijau. Aura dinginnya seperti memberikan pertanda kepada makhluk hidup lainnya untuk tidak mendekat.

Sangat cocok dengan gaya Candra Gail.

Yuni Lim ditarik Candra Gail berjalan masuk dan ia pun bertanya: “Ini rumahmu?”

Candra Gail mengangguk: “Ya. Dulu saat di Kerajaan J, aku selalu tinggal disini.”

Vila itu sangat besar dan termasuk bangunan dupleks. Dekorasinya membuat atmosfer ruangan itu terasa tenang, warnanya cenderung gelap dan sedikit kuno.

Tampaknya sedikit kelam dan mencekam.

Melihat Yuni Lim yang tidak menyukai dekorasi disini, Candra Gail pun menjelaskan: “Ini adalah tempat yang pertama kali aku beli menggunakan tabunganku. Karena hanya aku seorang diri yang tinggal dan hanya kadang-kadang saja ada teman yang menginap, jadi dekorasinya tidak pernah diubah. Kalau kamu selanjutnya ingin tinggal disini, kita bisa mendekornya ulang.

Tidak terasa kedua orang itu sudah berjalan menaiki lantai kedua.

Yuni Lim dengan sangat penasaran melihat-lihat tempat yang ditinggali Candra Gail belasan tahun yang lalu.

Candra Gail berjalan sampai ke depan sebuah kamar, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka pintu dan berjalan masuk.

Yuni Lim masih melihat sana-sini sehingga ia juga tidak peduli kamar apa itu dan langsung berjalan masuk.

Alhasil saat baru saja ia masuk, Candra Gail langsung menyangganya di daun pintu.

Melihat sepasang mata Candra Gail yang dalam dan tampak gelisah, Yuni Lim dengan terbata berkata: “A... Apa yang mau kamu lakukan?”

Kedua tangan Candra Gail ditekan ke daun pintu di belakang tubuh wanita itu. Ia menundukkan kepala, dan bibirnya yang hangat mulai mencium ringan bibir Yuni Lim. Lalu Candra Gail menjawab dengan suara rendah: “Sudah tahu masih tanya.”

Yuni Lim melekat erat pada daun pintu, ia tidak tahu dimana sebaiknya kedua tangannya diletakkan. Tapi ia tidak menghindari ciuman Candra Gail. Ia membiarkan pria itu mengecupnya seperti anak ayam yang mematuk beras, ia menciumnya dengan sangat lekat.

Ciuman itu berlanjut dan Candra Gail pun semakin mendekat.

“Luka di lengan bagaimana? Sudah baikan?”

Candra Gail bertanya padanya sambil menciumnya dan pria itu tidak melakukan gerakan selanjutnya.

Hati Yuni Lim pun tergelitik karena ciuman pria itu sehingga suaranya mulai melembut: “Waktu datang hari itu langsung buka jahitan.”

“Baiklah, bagus kalau begitu.” jawab Candra Gail.

Lalu, Candra Gail menggendongnya lari.

Yuni Lim merintih kaget, kaki dan lengannya yang ramping langsung melungkar di tubuh Candra Gail.

Dengan satu tangan, Candra Gail menyokong pinggulnya…

Yuni Lim dapat dengan jelas merasakan perubahan tubuh pria itu.

Ia… Kenapa begitu pulang langsung mau melakukan hal ini?

Dalam hal ini, sebenarnya Yuni Lim masih tidak bisa melepaskannya begitu saja.

Sampai saat Candra Gail membaringkannya di atas kasur barulah ia menyadari bahwa wajah wanita itu sudah sangat merah, bahkan lehernya pun mulai memerah.

Candra Gail tertawa kecil: “Kenapa masih malu-malu?”

Yuni Lim mengigit bibirnya dan mendengus kecil.

Candra Lim menyipitkan matanya dengan waspada dan sedikit menegakkan tubuhnya. Ia mengulurkan tangannya untuk melepaskan ikat pinggangnya…

Ketika Yuni Lim bereaksi, Candra Lim sudah ada di atas tubuhnya dan menutupinya.

Jari jemarinya yang kasar mulai melucuti kain-kain yang tipis itu. Cairan yang membasahi tangannya membuat sorot mata Candra Gail menjadi semakin dalam, dan disaat yang sama juga langsung membangkitkan api yang membara.

Candra Gail dengan tidak sabar menenggelamkan pinggangnya dan memasukkannya.

Yuni Lim menahannya dengan mengerang.

Lalu Yuni Lim menjulurkan tangan untuk menutupi wajahnya, dengan maksud ingin berpura-pura mati.

Memalukan sekali bagaimana reaksi fisiologisnya…

“Lihatlah aku.” Napas yang dihembuskan Candra Gail penuh dengan kepuasan.

Tidak mau!

Candra Gail ternyata tidak bergerak, Yuni Lim pun tidak berani bergerak.

Jelas-jelas Candra Gail hanya menciumnya dan memeluknya. Bahkan pria itu belum melakukan pemanasan apapun, tapi ternyata Yuni Lim sudah bereaksi!

Candra Gail tidak bisa menahan tawanya, ia tahu Yuni Lim sedang malu. Jadi ia tidak bersikeras untuk meregangkan tangan Yuni Lim yang menutupi wajahnya, ia membiarkan wanita itu untuk melihat wajahnya sendiri.

Pria itu bergerak dengan lembut. Ia membungkukkan tubuhnya dan menciumi tangan Yuni Lim yang menutupi wajahnya sendiri.

Sambil mencium, Candra Gail pun berkata: “Sebenarnya tadi sudah mau langsung melakukannya di pinggir pintu, tapi tanganmu kan masih terluka…”

Saat Candra Gail bicara, napasnya yang kasar dan berat berhembus di wajah Yuni Lim.

Sedangkan sudut pandang pria itu semakin licik. Yuni Lim mengigit bibirnya, ia masih tidak bisa menahan erangan yang keluar dari bibirnya.

Suara yang terdengar oleh Candra Gail ini seperti ia menangkap bunyi genderang, membuatnya semakin tidak terkendali.

Candra Gail yang sudah terpikat pun mencium Yuni Lim. Setelah ia merasa Yuni Lim sedikit demi sedikit mulai terbiasa, gerakannya pun semakin kasar dan liar.

Dalam hal ini, Candra Gail selalu menuntunnya sampai akhir. Yuni Lim hanya mengikuti arahan pria itu saja.

“Ayo, rangkul aku…” Candra Gail dengan ringan menyuruhnya.

Yuni Lim menurut, ia mengulurkan tangannya untuk merangkul pria itu.

Gerakan Yuni yang menurut membuat Candra Gail semakin bersemangat.

...

Candra Gail sudah sangat lama tidak menyentuh Yuni Lim. Kali ini ketika ia menyentuh wanita itu, ia pun sedikit tidak bisa mengontrol diri.

Pada akhirnya, walaupun Yuni Lim sudah memohon, Candra Gail tetap tidak melepaskannya. Bahkan pria itu memaksa Yuni Lim untuk membantunya mengeluarkannya, barulah ia melepaskan Yuni Lim.

Setelah semua selesai, Candra Gail yang sudah terpuaskan hatinya merangkul Yuni Lim. Ia sudah terlalu malas untuk merapikan tubuhnya. Ia memeluk Yuni Lim dan tidak melepaskan tangannya.

Sekujur tubuh Yuni Lim melemas, ia dengan asal meringkuk di dalam pelukan pria itu.

Kemudian, barulah ia teringat bahwa ia belum bertanya pada Candra Gail mengenai apa sebenarnya tujuan Aika.

“Sebenarnya kenapa Aika ingin membawaku ke Kerajaan J?”

Yuni Lim dapat merasakan bagaimana napas Candra Gail sedikit berubah setelah ucapan itu terlontar dari mulutnya.

Yuni Lim juga tidak peduli apa yang terpikirkan oleh pria itu. Ia membuka lebar mulutnya dan mengigit dada pria itu dengan ganas, lalu berkata dengan suara yang samar namun kasar: “Cepat katakan!”

Candra Gail meringkik sejenak dan dengan erat mencengkram kepala wanita itu: “Kenapa marah, aku juga bukannya tidak memberitahumu.”

“Kalau begitu, cepat katakan.” Yuni Lim perlu menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali barulah bisa terlepas dari cengkraman tangan pria itu.

Raut Candra Gail berubah menjadi sedikit serius: “Sebentar lagi akan diadakan pertemuan pemilihan presiden Kerajaan J selanjutnya.”

“Apa hubungan pemilihan presiden selanjutnya denganmu?” Yuni Lim mengernyitkan alisnya, merasa perkara besar seperti pemilihan presiden seperti ini sangat merepotkan.

Candra Gail terdiam sesaat sebelum akhirnya berujar: “Pihak Grisi bisa campur tangan terhadap masalah pemilihan ini, sedangkan Aika sebenarnya lebih berambisi daripada yang kamu bayangkan.”

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu