After Met You - Bab 452 Sebenarnya Apa Yang Kamu Curigai?

Begitu Yuni Lim mendengarnya, ia pun hanya bisa tertawa kecil.

Tepat pada saat itu, ponselnya pun tiba-tiba berdering.

Yuni Lim tersenyum minta maaf pada Lukman lalu menoleh pada ponselnya, ternyata yang menelepon adalah Candra Gail. Ia melirik Lukman sekilas lalu mengangkat telepon.

Belum sempat Yuni Lim mengucapkan apapun, suara Candra Gail yang rendah sudah terdengar dari ujung sana: “Kenapa masih belum pulang?”

“Aku akan segera pulang.” balas Yuni Lim dengan suara kecil.

Candra Gail dengan sensitif menangkap sesuatu dan segera bertanya: “Kamu sedang bersama siapa?”

“Aku...” Yuni Lim ragu untuk mengatakan yang sebenarnya dan Candra Gail pun langsung memotongnya: “Aku akan pergi menjemputmu.”

Kemudian, pria itu langsung menutup telepon.

Yuni Lim meletakkan ponselnya, terlihat agak tidak berdaya.

Suara Lukman pun terdengar: “Itu Candra?”

“Ya, dia.” angguk Yuni Lim.

Gilbert Gail yang sedari tadi terus makan pun mengangkat kepalanya begitu mendengar nama Candra Gail disebut dan berujar: “Ayah.”

“Ayah bilang sebentar lagi ia akan menjemput kita.” ujar Yuni Lim dan ia mengelap sisa-sisa makanan di mulut Gilbert Gail dengan tisu.

Gilbert Gail dengan patuh membiarkan Yuni Lim mengelap mulutnya sambil sesekali mengalihkan pandangannya pada Lukman.

“Karena Candra akan datang menjemputmu, kalau begitu aku pergi dulu dan akan menghubungimu lagi lain waktu.” ujar Lukman sambil bangkit berdiri hendak pergi.

“Kenapa Dokter Lukman begitu terburu-buru ingin pergi? Kamu dan Yuni juga jarang bertemu. Lebih baik gunakan kesempatan ini dan pergi makan bersama hari ini.” Suara Candra Gail yang semula terdengar jauh kini semakin mendekat.

Yuni Lim menolehkan kepalanya dengan terkejut dan menyadari bahwa Candra Gail sudah berada di belakangnya.

Di saat yang bersamaan, Candra Gail juga menolehkan kepalanya dan menatap Yuni Lim, namun tatapannya terlihat sangat dingin. Ia lalu duduk di samping Yuni Lim.

Yuni Lim dan Candra Gail berada sangat berdekatan dan sedikit mendorong Gilbert Gail ke sudut sebelah sana. Alhasil, Yuni Lim dapat merasakan pinggangnya digenggam erat oleh sebuah tangan saat ia bergerak sedikit.

Candra Gail memiliki tenaga yang besar dan ia memegang Yuni Lim dengan sangat erat, membuat wanita itu tidak bisa bergerak. Yuni Lim bahkan berpikir bahwa kondisi tubuh pria itu sudah membaik. Candra Gail tidak terlihat seperti seseorang yang kondisi fisiknya bermasalah.

Lukman mengangkat sudut mulutnya, menunjukkan sebuah senyum. Ia pun duduk kembali: “Cepat sekali Tuan Candra datang kesini.”

“Aku sedang ada urusan di sekitar sini, jadi sekalian mampir.” ujar Candra Gail tanpa ekspresi. Tangannya yang memegang pinggang Yuni Lim ditarik kembali dan tidak meninggalkan jejak.

Candra Gail dan Lukman cenderung selalu berselisih paham. Ketika tiba-tiba hari ini ia mengatakan untuk makan bersama Lukman, maksud kalimatnya itu terdengar seperti ajakan yang semata-mata hanya demi Yuni Lim...

Tapi, Yuni Lim bisa merasakan aura ketidaknyamanan yang menguar dari Candra Gail. Meskipun pria itu tidak menunjukkannya pada raut wajahnya, namun Yuni Lim tetap bisa merasakannya.

Apalagi, sebelumnya Yuni Lim juga belum memberitahu Candra Gail tentang posisinya secara detail. Bagaimana mungkin pria itu bisa datang kesini dengan begitu cepat dan masih bisa menemukan posisinya secara akurat?

Hanya saja ketika berada di hadapan Lukman, Yuni Lim tidak berani bertanya mengenai itu.

Pelayan pun akhirnya membawakan daftar menu. Makanan pun dengan cepat disajikan setelah mereka selesai memesan.

Hal ini disebabkan waktu yang masih pagi. Jam baru menunjukkan pukul 11.

Sepertinya karena Yuni Lim bisa merasakan suasana hati Candra Gail yang buruk, maka ia dengan sangat sigap memberikan makanan pada pria itu saat mereka mulai menyantap, dengan tujuan meluluhkan hati Candra Gail.

Melihat Yuni Lim yang bermaksud menyenangkan hatinya, Candra Gail pun menunjuk-nunjuk: “Aku mau rebung, daging ikan...”

Yuni Lim mengambilkan sesuai keinginannya satu persatu.

Mata Lukman beralih dan ia kemudian memberikan Yuni Lim sesuap daging sapi pedas: “Aku ingat kamu suka makan ini.”

“Terima...”

Belum sempat Yuni Lim selesai mengucapkan ‘terima kasih’, Candra Gail yang duduk disebelahnya menjulurkan sumpitnya ke dalam mangkuk Yuni Lim dan mengambil daging yang diletakkan oleh Lukman. Ia lalu tersenyum dalam pada pria itu: “Kebetulan sekali, aku juga suka daging sapi.”

Candra Gail kemudian langsung menyuapkan daging itu ke dalam mulutnya.

Yuni Lim kemudian bereaksi. Ia mengambil sehelai tisu dan meletakkannya di tangannya lalu menjulurkannya pada Candra Gail sambil berujar mendesak: “Kamu tidak boleh makan makanan pedas, cepat muntahkan kembali.”

Entah apa dari tindakan Yuni Lim itu yang menyenangkan hati Candra Gail, namun pria itu tertawa kecil: “Sesekali makan sedikit tentu bukan masalah.”

Ia lalu menolehkan kepalanya pada Lukman dan berkata: “Jangan menghiraukannya Dokter Lukman, Nini memang rewel.”

Meskipun Candra Gail berujar begitu, namun tidak ada nada permintaan maaf sedikitpun pada suaranya.

Raut wajah Lukman menjadi tidak begitu baik dan ia tersenyum terpaksa: “Tidak masalah.”

Baru pada saat itulah Yuni Lim menyadari tujuan Candra Gail mengajak Lukman makan bersama.

Setelah itu, Candra Gail tidak lagi meminta Yuni Lim mengambilkannya makanan.

Raut wajah Lukman tidak terlihat baik. Yuni Lim terlihat keberatan dengan Candra Gail, namun ia tidak bertanya banyak. Untung saja acara makan itu dengan cepat berakhir. Setelah menghabiskan makanannya, Lukman dengan segera pamit sambil beralasan bahwa ia masih memiliki banyak pekerjaan.

Yuni Lim dengan cepat menggendong Gilbert Gail keluar, sama sekali mengabaikan Candra Gail.

Sepanjang perjalanan pulang, suasana di dalam mobil itu terlihat muram.

Begitu sampai di vila, Yuni Lim juga langsung berjalan masuk sambil tetap menggendong Gilbert Gail. Candra Gail yang sudah menahan diri sepanjang perjalanan akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Jarak tiga langkah kedepan ditempuhnya dalam dua langkah dan langsung menarik Yuni Lim: “kamu marah?”

Yuni Lim tidak meronta dan hanya bersuara pelan: “Lepaskan, Gilbert mau tidur siang.”

Candra Gail memanggil seorang pelayan untuk membawa Gilbert Gail tidur siang.

Begitu Gilbert sudah digendong pergi, Candra Gail masih tetap tidak melepaskan Yuni Lim.

Akhirnya Yuni Lim tidak bisa menahan diri lagi dan berseru kepada Candra Gail: “Apa ini semua menyenangkan untukmu? Kak Lukman adalah temanku, wajar saja aku memperlakukannya seperti orang yang kusayangi! Hubungan kami juga jelas. Kalau kamu sebegitunya tidak mempercayaiku, lebih baik dari awal jangan memperbolehkanku pergi menjenguk Chyntia! Chyntia dirawat di rumah sakit mereka dan tentu saja aku akan bertemu dengan Kak Lukman saat aku menjenguknya!”

Kalau ia masih memahami jalan pikiran Candra Gail, itu berarti ia benar-benar adalah orang bodoh.

Raut wajah Candra Gail samar-samar terlihat dingin: “Kamu mau bertengkar denganku karena pria lain?”

“Candra, jangan mengubah alur pembicarannya! Kita sedang membicarakan poin pentingnya!” Candra Gail selalu saja seperti ini, benar-benar berbeda dengan fokus perhatian Yuni Lim.

Candra Gail dengan dingin mengerang: “Apa yang aku bicarakan adalah poin pentingnya.”

“Poin pentingnya adalah kamu mencurigai ada hubungan khusus antara aku dan Lukman, bukan? Kamu bukannya sekalian mampir kesana, tapi kamu dengan sengaja pergi kesana! Apakah menurutmu ini sesuatu yang menyenangkan? Bisa tidak kamu utarakan apa yang ada di dalam benakmu? Kenapa kamu harus diam-diam mengikutiku?!”

Ini adalah poin utama yang membuat Yuni Lim marah.

Bagi Yuni Lim, Lukman juga adalah seseorang yang penting. Perkataan Candra Gail yang seperti itu jelas-jelas memprovokasi Lukman! Tapi hubungannya dengan Lukman tergambar jelas dan murni! Dengan kejadian seperti ini, entah apa yang dipikirkan oleh Lukman! Lalu, bagaimana Yuni Lim harus bersikap saat bertemu dengan pria itu!

Raut wajah Candra Gail akhirnya menenang: “Menurutmu, ia tidak memiliki pikiran lainnya terhadapmu?”

Yuni Lim mendorong Candra Gail menjauh: “Memangnya pikiran lain apa yang ia miliki terhadapku? Aku sudah mengenalnya selama 20 tahun! Di dalam mataku, ia adalah kakak laki-lakiku! Kami tidak pernah melakukan tindakan apapun yang salah! Sebenarnya apalagi yang kamu curigai?”

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu