After Met You - Bab 651 Malam Ini Saja

Senyum di wajah Candra Gail itdak memudar. Ia melontarkan kata dengan sangat jelas: “Duduk yang benar.”

Yuni Lim hanya bisa menjulurkan tangannya sendiri untuk menopang tubuhnya diatas mobil dan menstabilkan posisi duduknya.

Melihat Yuni Lim yang sudah duduk dengan benar, Candra Gail baru melepaskan kedua tangannya.

Ia kembali ke dalam mobil, mematikan lampu mobil, lalu mengambil jaket jasnya. Ia kemudian menutup pintu mobil dan berjalan ke sisi depan mobil. Dalam sekali lompatan, tubuhnya naik ke atas kap mobil dan duduk di samping Yuni Lim.

Sambil menyampirkan jaket jasnya kepada Yuni Lim, Candra Gail sambil berujar: “Malam ini pasti ada bintang.”

Begitu duduk, rasa kantuk pun sontak menyerang Yuni Lim.

Ia menguap beberapa kali, lalu bersandar di bahu Candra Gail dan dengan sayup berkata: “Kenapa harus sekali melihat bintang? Hari ini benar-benar tidak ada... Tadi aku sudah melihat ramalan cuaca, besok akan turun hujan...”

Besok hujan akan turun, jadi pasti tidak akan ada bintang di langit malam hari ini.

Walaupun Yuni Lim tahu benar bahwa malam ini tidak mungkin ada bintang, tapi ia masih membawa Candra Gail datang. Jarang-jarang kali ini suasana hati Candra Gail yang begitu ‘rusuh’ sedang baik, jadi Yuni Lim tidak mungkin menolak dan membawa pria itu datang kesini.

Hal yang bisa Yuni Lim lakukan untuk pria itu sangat sedikit. Jadi, saat sifat ‘keras’ di bawah pengaruh alkohol namun jarang-jarang tidak berbahaya ini muncul, atas dasar alasan apa Yuni Lim tidak mengabulkannya?

Banyak kalangan muda yang datang ke puncak gunung ini untuk melihat bintang. Tapi mungkin karena faktor cuaca, tidak ada orang yang datang meskipun hari ini adalah hari Jumat.

Bahkan bunyi serangga berdengung saja tidak ada. Sekeliling mereka sangat hening, hanya ada semilir angin malam yang terkadang berhembus.

Yuni Lim samar-samar menyender dan saat hampir tertidur, barulah ia mendengar suara Candra Gail yang yakin: “Pasti ada.”

“Baiklah...” Yuni Lim sekuat tenaga membuka kelopak matanya. Tapi setelah beberapa saat berlalu, ia akhirnya benar-benar tidak bisa menahan rasa kantuknya: “Aku mengantuk sekali...”

“Tidak boleh tidur.” Tersirat nada perintah dalam suara Candra Gail.

Yuni Lim tersadar sejenak. Ia tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi Candra Gail di tengah kegelapan seperti ini, tapi Yuni Lim tahu pria itu sedang menatapnya.

“Kenapa orang mau tidur saja dilarang...”

“Lihat bintang.”

Yuni Lim sudah malas untuk menjelaskan pada Candra Gail bahwa malam ini tidak mungkin ada bintang.

Ia sangat mengantuk, tapi pria itu pasti akan membangunkannya kalau ia terlelap bahkan hanya untuk sesaat.

Sampai akhirnya, Yuni Lim melompat turun dari kap mobil lalu berjalan-jalan sejenak. Barulah setelah itu ia dapat mengusir rasa kantuknya.

Sekelilingnya gelap gulita, sehingga Yuni Lim harus meraba sekitar untuk menggenggam tangan Candra Gail. Ia merasa Candra Gail sekarang dalam kondisi sadar, namun ia tetap tidak mengerti kenapa pria itu harus melihat bintang disini dan tidak membiarkannya tidur.

“Candra.” panggil Yuni Lim.

Suara wanita itu kecil, namun terdengar menggelegar dalam keheningan malam.

Candra Gail menundukkan kepalanya, raut wajahnya tidak terlihat. Tapi tidak terlukis ekspresi apapun juga dalam nada bicaranya. Suaranya terdengar seperti tidak benar-benar sadar: “Temani aku malam ini, hanya untuk malam ini saja. Malam ini aku tidak ingin tidur.”

Mendengar kata-katanya, insting Yuni Lim pun menjadi waspada. Dari awal, Candra Gail tidaklah mabuk. Ia juga bukannya ingin melihat bintang. Candra Gail hanya tidak ingin tidur.

Ia berpikir sejenak, lalu bertanya: “Kenapa tidak mau tidur?”

Dalam ingatan Yuni Lim, Candra Gail memang pernah mengalami insomnia selama beberapa waktu. Tapi itu disebabkan oleh perkara Yuni Lim yang melompat dari jendela karena ‘keguguran’, sehingga Candra Gail menjadi cemas dan tidak bisa tidur.

Beberapa waktu belakangan ini, Yuni Lim sangat yakin bahwa Candra Gail tidak pernah mengalami insomnia.

Yuni Lim memiliki kebiasaan bangun tengah malam untuk minum air. Setiap kali ia terbangun, Candra Gail selalu berbaring di sampingnya dan terlelap nyenyak.

Lagipula, suasana hati Candra Gail hari ini cukup baik.

Saat Yuni Lim sedang larut dalam lamunannya, Candra Gail berujar: “Senang.”

“Baiklah. Kalau begitu, kita mengobrol santai saja.” Yuni Lim berada di sisi depan mobil dan melompat beberapa kali, namun ia menyadari ia tidak berhasil melompat naik ke atas kap mobil.

Hal ini membuatnya merasa kikuk.

Dalam kegelapan, Yuni Lim dapat mendengar senyum kecil Candra Gail. Ia lalu mendengar suara gemerisik, disusul dengan Candra Gail yang menaikkannya ke atas mobil.

Kemudian Candra Gail menyusulnya duduk di atas.

Kali ini, kedua orang itu memanjat sampai ke atap mobil.

Candra Gail berbaring dan menekuk kakinya ke bawah. Dengan bantuan sinar remang-remang, Yuni Lim dapat melihat siluet pria itu.

Dengan segera, suara Candra Gail pun terdengar: “Apa aku pernah memberitahumu bagaimana perasaanku saat pertama kali bertemu denganmu?”

Yuni Lim menggeleng, kemudian ia teringat bahwa Candra Gail tidak mungkin dapat melihat gerakannya dengan jelas sehingga ia pun menjawab: “Belum.”

Candra Gail kembali berujar: “Gadis yang cukup penurut, cantik, dan imut.”

Yuni Lim tidak menyangka pujian akan keluar dari mulut Candra Gail, sehingga ia merasa sedikit tidak enak hati.

“Ba...gus, bukan.” Saat Yuni Lim masih kecil, ia memang sering dipuji oleh setiap orang yang bertemu dengannya.

Tapi, berapa usia Candra Gail saat itu?

Yuni Lim menekuk jari tangannya untuk menghitung. Saat ia berusia sembilan tahun, ayahnya, Yakob Lim, masuk penjara. Dalam kurun waktu itu, Yakob Lim sedang bersama dengan Sandi Gail. Mungkin ada saat dimana Candra Gail pernah bertemu dengannya tanpa ia ketahui.

Dengan kata lain, mungkin Candra Gail sudah pernah melihatnya saat ia berusia tujuh atau delapan tahun.

Candra Gail berusia lima tahun lebih tua darinya. Saat itu, paling tidak pria itu berusia 13 tahun.

Terpikirkan akan hal ini, Yuni Lim pun mendengus kecil: “Kamu sekecil itu sudah tahu cara melihat mana anak perempuan yang baik atau tidak?”

Candra Gail berlagak serius dan berujar: “Tentu saja. Setengah alasannya adalah karena saat itu ibuku sangat menyukaimu.”

Yuni Lim memutar bola matanya, tangannya terjulur untuk mencubit wajah Candra Gail. “Oh, di matamu aku baru cantik dan imut karena ibumu yang suka padaku?”

Candra Gail berujar seperti biasa: “Diatas ranjang kamu juga cantik dan imut.”

Yuni Lim tidak bisa menyahut karena serangan Candra Gail yang tiba-tiba.

Setelah lama terdiam, Yuni Lim baru merespon dan berujar dengan penuh penekanan: “Kalau begitu kebetulan sekali, kamu sama sekali tidak imut saat di ranjang, dasar serigala berbulu domba!”

Empat kata terakhir diucapkan Yuni Lim dengan gertakan gigi.

...

Semalam itu dilalui Yuni Lim begitu saja.

Walaupun ia berkata tidak akan tidur semalaman, pada akhirnya ia tetap tertidur.

Keesokan paginya saat Yuni Lim bangun, ia menyadari sedang berada di dalam mobil. Candra Gail duduk di sampingnya dan menyetir.

Tubuhnya diselimuti oleh jaket jas Candra Gail, kursinya direbahkan sehingga ia bisa tidur berbaring.

Begitu Yuni Lim bergerak, Candra Gail menoleh dan melihatnya sekilas lalu berkata: “Kalau sudah bangun, jangan bergerak. Aku berhenti dulu di pinggir jalan. Kamu tidur dengan posisi begini untuk waktu yang cukup lama, badanmu pasti terasa sakit semua.”

Begitu mendengarnya, Yuni Lim menggerakkan tubuhnya dan ternyata ia memang merasa sekujur tubuhnya sakit.

Candra Gail menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Saat Yuni Lim menengok skilas dari jendela mobil, ia baru sadar kalau ternyata mereka sudah hampir masuk ke dalam kota. Fajar baru saja menyingsing.

Candra Gail menopang Yuni Lim untuk meluruskan tubuhnya, lalu memijat lengan dan paha wanita itu. Setelah beberapa saat berlalu, barulah Candra Gail kembali mengendarai mobil.

“Kamu pulang dan istirahatlah dulu. Andrea akan menjemputmu, baru setelah itu kalian akan pergi ke bandara bersama.”

Yuni Lim tertegun dan baru saja teringat bahwa kemarin Candra Gail menyuruhnya untuk membantunya menjemput seseorang yang besar di bandara.

Yuni Lim tidak keberatan dengan hal ini. Ia tentu saja berbalik bertanya pada Candra Gail sesuai dengan kebiasaannya: “Kamu?”

Tubuh Candra Gail samar-samar terlihat kaku, namun dengan nada biasa berujar: “Aku ada urusan lain.”

“Oh.”

Yuni Lim kembali teringat, hari ini adalah hari pertama pemilihan presiden. Suasana hatinya menjadi sedikit berat: “Hari ini...”

Candra Gail berujar datar: “Tidak apa.”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu