After Met You - Bab 148 Ternyata Benar-benar Membohongi Dirinya!

“Kamu juga.” Nada suara Ferry Goh terdengar sedikit tidak sabar: “Kalau tidak ada hal lain lagi sudah dulu ya.”

Ferry Goh melihat ke arah Yuni Lim pergi, hati kecilnya merasa sedikit gelisah. Dari sudut pandangnya, ia hanya bisa melihat Yuni Lim samar-samar pergi ke arah tempat parkir mobil.

Saat ini, mata dan hati Ferry Goh hanya dipenuhi satu keinginan. Menutup telepon dan pergi mengejar Yuni Lim.

Yessica Lim dapat mendengar nada tidak sabar pria itu dan semakin terdengar bahwa pria itu pasti sedang membohonginya.

Tapi Yessica Lim masih menjaga ekspresi datar wajahnya, tidak terdengar keanehan apapun dalam nada bicaranya: “Baiklah, sampai jumpa.”

Saat kata “jumpa” baru saja meluncur dari mulut wanita itu, Ferry Goh sudah tidak sabar lagi menunggu dan langsung menutup telepon.

Yessica Lim melihat layar ponselnya yang memperlihatkan bahwa panggilan sudah terputus. Wajahnya yang agak tirus dan putih menyiratkan kesinisan.

Alasan ia berada di luar negeri selama dua bulan lebih adalah untuk diam-diam melakukan rehabilitasi.

Selain saat ia menelepon Ferry Goh setelah berada di luar negeri, Yessica Lim selalu menahan diri untuk tidak menghubungi Ferry Goh. Itu sebabnya ia baru berani menghubungi pria itu kembali setelah akhir-akhir ini merasa sudah lebih baik.

Tapi selama jeda waktu ini, Ferry Goh sama-sekali tidak pernah meneleponnya.

Tentu saja itu membuat Yessica Lim merasa tidak tenang.

Oleh sebab itu, kali ini Yessica Lim memutuskan untuk menelepon Ferry Goh dan membicarakan pelaksanaan pernikahan.

Asalkan ia dan Ferry Goh sudah menikah, ia akan menjadi nyonya muda keluarga Goh. Dengan begitu, Yessica Lim pun memiliki cara untuk membuat Ferry Goh tidak akan bisa kabur darinya seumur hidup.

Yessica Lim mengigit bibirnya dengan kencang. Ia mencari nomor rumah keluarga Goh di daftar kontaknya lalu meneleponnya.

Ternyata yang mengangkat telepon adalah pelayan keluarga Goh. Mereka sangat mengenal nomor telepon Yessica Lim.

“Nona Lim.”

Yessica Lim mengeluarkan suara pelan: “Halo, apakah bisa disambungkan kepada Nyonya Goh?”

“Baik nona Lim, silakan menunggu sebentar.”

Setelah pelayan selesai bicara, suasana hening memenuhi ujung telepon sejenak sampai tiba-tiba terdengar suara wanita paruh baya: “Yessica?”

Yessica menjawab dengan nada suara yang manis: “Bibi.”

“Kenapa tiba-tiba terpikir untuk menelepon ke rumah?” Begitu mendengar suara Yessica Lim, nada suara Nyonya Goh terdengar sangat hangat. Ia dan Iwan Goh merasa sangat puas terhadap Yessica Lim yang akan menjadi menantunya di masa depan.

Yessica Lim selalu tahu bagaimana caranya mengambil hati seseorang. Suaranya sekarang terdengar manja: “Sudah lama aku tidak menjenguk bibi, aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabar bibi akhir-akhir ini?”

“Anak ini, bukankah baru saja satu dua bulan? Aku masih sama seperti dulu, hanya saja kedua tuan-tuan itu sangat teramat sibuk. Sudah jam segini, tapi satu pun belum ada yang pulang...”

Nyonya Goh seperti akhirnya menemukan seseorang yang bisa menjadi lawan bicaranya. Suaranya terdengar menggerutu kesal.

Walaupun dari awal Yessica Lim sudah bisa menebak bahwa Ferry Goh belum pulang ke rumah, tapi hatinya masih terpukul kencang sesaat setelah sekarang mendapatkan jawaban yang pasti.

Ferry Goh ternyata benar-benar membohonginya!

Yessica Lim menekan gejolak amarah dan kegelisahan yang bergemuruh di hatinya. Ia tertawa sejenak dengan Nyonya Goh sebelum akhirnya menutup telepon.

Begitu sambungan telepon terputus, Yessica Lim langsung melempar ponselnya.

Ponselnya membentur tembok dengan keras. Ketika terjatuh ke lantai, ternyata benda itu sudah hancur berkeping-keping, menunjukkan seberapa besar amarahnya.

Yang pertama muncul di benak Yessica Lim adalah Yuni Lim.

Setelah terdiam sejenak, Yessica Lim pun bisa menenangkan dirinya sendiri. Karena ia memutuskan untuk segera kembali ke tanah air.

Yuni Lim, tunggu saja kamu!

...

Yuni Lim berjalan sampai ke tempat parkir dengan secepat kilat. Begitu ia menemukan mobil pribadinya, ia pun langsung masuk dan menyetir pergi.

Saat Ferry Goh sampai, ia hanya bisa melihat mobil Yuni Lim yang melaju secepat kilat. Mobil itu pun sudah tidak terlihat dalam sekali kedipan mata.

Karena hari sudah larut, pergi mengejar Yuni Lim pun juga tidak ada artinya.

Benak Ferry Goh sendiri berpikir bahwa di dalam hati Yuni Lim pasti masih ada sosok dirinya. Ini bukan hanya pikiran singkat semata. Pada dasarnya mereka sudah saling mengenal begitu lama.

Sebaliknya, hatinya terasa sedikit tergerak saat Yuni Lim menyinggung pembatalan pertunangannya dengan Yessica Lim.

Ferry Goh tidak pernah berpikir tentang hal ini sebelumnya. Justru pikiran itu baru mengena di hatinya saat Yuni Lim bertanya.

Sambil menyetir, Yuni Lim sambil menelepon Candra Gail.

Tapi walaupun nada sambung sudah berdering beberapa kali, Candra Gail tetap tidak mengangkat teleponnya.

Kegelisahan di hati kecil Yuni Lim semakin lama semakin bertambah dalam. Ia pun mempercepat kecepatan mobilnya.

Candra Gail pasti marah. Hari ini, pria itu sudah mengingatkannya untuk pulang lebih awal. Tapi bukan hanya Yuni Lim tidak menurut untuk pulang lebih awal, ia bahkan memutus sambungan telepon dari Candra Gail. Pria itu pasti sangat marah…

Rasa tidak tenang menyelimuti hati kecil Yuni Lim. Laju mobilnya semakin lama semakin cepat, tapi fokusnya pun menjadi semakin pudar.

Saat Yuni Lim mengerahkan sebagian konsentrasinya untuk menelepon Candra Gail sekali lagi, ia pun tidak melihat sebuah mobil di depannya yang melambat. Seketika itu juga, mobil Yuni Lim menabrak mobil di depannya itu.

“BRAKK!” Badan mobil dengan keras bergoyang dan ponselnya meluncur dari tangan Yuni Lim. Pandangannya pun menjadi kabur.

...

Candra Gail tidak tahu sudah berapa jauh ia menyetir. Ia hanya menyetir mobilnya dengan cepat namun tanpa tujuan.

Sapi yang duduk di kursi samping pengemudi sering kali menggonggong kecil, tapi Candra Gail tidak menganggap keberadaannya.

Akhirnya, layar ponselnya kembali menyala saat ia sampai di sebuah perempatan jalan.

Begitu melihat muncul kata “Istri” di layar ponselnya, hati Candra Gail sontak berdetak dengan begitu dahsyat. Tanpa disadari, ia menghentikan laju mobilnya dan seluruh kesadarannya menyuruhnya untuk mengulurkan tangan dan mengangkat telponnya.

Tapi, baru saja tangannya terulur setengah, sekujur tubuhnya malah terpaku.

Yang kembali teringat di dalam benak Candra Gail adalah pembicaraan antara Yuni Lim dan Ferry Goh yang sebelumnya terdengar olehnya.

—Apakah kamu rela menggagalkan pertunangannmu dengan Yessica?

—Aku selalu tahu, di dalam hatimu selalu ada diriku.

—Terserah kamu berpikir bagaimana…

Wanita itu tidak menyangkalnya, bahkan akhirnya masih menyetujui untuk pergi makan bersamanya.

Yuni Lim bukan hanya sepenuhnya tidak mempedulikan permintaannya supaya cepat kembali ke rumah, ia bahkan masih pergi makan dengan pria lain.

Ditambah lagi, pria lain itu adalah Ferry Goh.

Tangan Candra Gail terpaku di tengah udara kosong. Setelah terdiam sejenak, ia menarik kembali tangannya dan malah membiarkan mobilnya tetap terhenti.

“TIIIINN—”

Sebenarnya mobil tidak boleh berhenti di jalur ini, suara klakson pun saling sahut menyahut di belakangnya. Tapi Candra Gail juga tidak berpikir untuk menjalankan mobilnya.

Fokus matanya tertuju pada telepon yang secara otomatis terputus, layar ponselnya pun menjadi gelap.

Candra Gail menutup matanya dan menyenderkan punggungnya. Ia terbayang bagaimana Yuni Lim akan mengamuk kalau ia tidak mengangkat telepon.

Ah, biarkan saja lah. Kalau Yuni Lim menelepon sekali lagi, ia baru akan mengangkatnya.

Tapi, tidak ada sekali pun panggilan yang masuk lagi. Sebaliknya, mobil-mobil di belakangnya menjadi tidak sabar, dan ada beberapa orang yang akhirnya mengetuk pintu mobilnya.

Candra Gail membuka matanya dan melihat seorang pria yang sedang mengetuk pintu mobilnya dari luar. Tersirat raut sinis di wajah pria itu saat Candra Gail membuka pintu dan turun dari mobil.

“Kamu ini! Tahu tidak betapa banyak orang yang menunggumu di belakang?! Apakah kamu tidak punya kepedulian sosial...” Pria itu sebenarnya merasa ia sudah berbicara logis, tapi setelah melihat raut wajah Candra yang gelap, ia pun menelan kembali kata-kata yang belum sempat dilontarkan.

Sekarang hati Candra sudah mencapai batasnya, mana mungkin ia mau mengurusi tentang kepedulian sosial atau apalah itu.

“Kepedulian sosial? Aku benar-benar tidak punya hal itu.” Candra Gail balas menatap dengan mata dingin.

Pria yang baru berbicara itu tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan air ludahnya, sorot matanya terpaku pada mobil Bentley milik Candra Gail. Hati pria itu pun dipenuhi dengan rasa tidak suka kepada orang kaya: “Jangan kira hanya dengan mengendarai mobil mewah lalu kamu jadi tidak terkalahkan! Orang sepertimu ini justru adalah sampah masyarakat!”

Sampah?

Kalau begitu, ia tidak keberatan untuk menjadi sampah.

Candra Gail menendangnya dengan keras, membuat orang yang baru saja berbicara itu tertendang sampai jatuh ke tanah. Sebelah kaki Candra menghentak kedepan dan dengan suara yang dingin berkata: “Lanjutkan ucapanmu.”

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu