After Met You - Bab 35 Cium Aku Dulu

Dalam perjalanan pulang, tak satu pun dari mereka berbicara.

Yuni Lim bersandar di jendela mobil. Lampu jalan masuk dari jendela dan menyinari wajahnya yang pucat. Seluruh orang tampak sangat lelah.

Candra Gail melihatnya sebentar dan tidak berbicara. Dia hanya menyetir dengan hati-hati, dan ketika mereka sampai di lobi apartemen, mereka turun satu per satu.

Sampai dia memasuki ruangan, Yuni Lim duduk di sofa seolah kehilangan separuh jiwanya.

Candra Gail melihat reaksinya dalam diam, lalu ia pergi mengganti pakaian dan kembali, namun Yuni Lim masih duduk di sofa tanpa bergerak, sehingga dia pergi padanya dan duduk di seberangnya.

"Kamu mau makan malam apa?"

Suaranya lembut dan hangat, seakan dia tidak akan pernah kehilangan kesabaran.

Yuni Lim melihatnya dengan tatapan yang kosong dan bingung: "Saya ingin makan daging sapi goreng yang amat sangat pedas."

"Kamu tidak bisa makan makanan pedas sekarang." Dia mengulurkan tangannya dan membelai halus kain perban di kepalanya. "Karena kamu masih memiliki luka di kepalamu, kamu harus menunggu sampai sembuh dulu baru kamu bisa memakannya."

"Oh, Kalau begitu terserah kamu mau makan apa."Yuni Lim melipat kakinya, menaruh dagu lututnya dan meringkuk tubuhnya yang ramping menjadi bola kecil.

Candra Gail berpikir sejenak dan tahu apa yang musti ia lakukan. Dia mengulurkan tangannya dan menariknya bangun. "Aku akan memasak sekarang. Datang dan bantu aku agar kita bisa makan lebih awal."

Yuni Lim mengangguk, "Oke."

Mereka masuk ke dapur.

Candra meminta Yuni untuk mengambil sayur, jadi dia mengambil sayur. Begitu pula dengan piring-piring.

Sepenuhnya satu perintah, satu tindakan.

Candra menatap ekspersinya yang kusam dan berkata dengan suara hangat, "Beri aku piring, cuci dan keringkan dengan handuk."

"Oh." Respon Yuni Lim singkat. Ia lalu berjinjit untuk mengambil piring di lemari.

Setelah memotong satu lobak, Candra Gail melihatnya berjinjit; kesulitan mengambil piring. Dia maju setengah langkah dan berhenti di belakangnya, lalu mengulurkan tangan dan mengambil piring dengan tangannya yang panjang.

Kemudian ia mengarahkan piring itu ke tangan Yuni. "Cuci untukku."

Yuni mengangguk dan menggengam piringnya.

Candra Gail menggerakkan lengannya sembari sebuah lelucon muncul di tatapannya yang dalam: "Cium aku dulu, baru kuberikan piringnya."

"Kamu ..." Yuni Lim tertegun, lalu menyipitkan matanya, mengangkat kakinya dan menginjak kaki Candra sekuat tenaga : "OK, ini ciuman untukmu."

Candra mendesis kesakitan dan langsung memberikan piring itu, sementara itu tangan satunya menggenggam lemari di belakang Yuni yang membuat Yuni hanya bisa menggigit bibir sendiri.

……

Candra memasak dua sayur dan satu sup, semuanya sangat tawar, tetapi telah memakan lebih dari separuh waktu daripada biasanya.

Mereka duduk bersebrangan meja makan.

Candra benar-benar lapar. jadwal makannya selalu teratur tapi sangat terlambat hari ini.

"Cicipi dulu ini." Candra tiba-tiba menaruh wortel dengan sumpit ke mangkuk Yuni Lim

Yuni Lim memasukkannya ke dalam mulutnya tanpa melihat. Lalu dia mengeluarkannya dan menatap Candra. "Kenapa kamu memberikanku wortel?"

Dia paling benci wortel.

Candra menggelengkan kepalanya. "Wortel bagus untuk mata."

"Mataku masih sangat sehat."Yuni cemberut mulutnya dan terus makan.

Tapi setelah itu Yuni makan sedikit lebih cepat dan banyak.

Setelah makan malam, Candra tidak memintanya untuk mencuci piring dan menyuruhnya mandi.

Tiga puluh menit kemudian, Yuni Lim keluar dari kamar mandi. Candra baru saja mematikan lampu di dapur dan berjalan ke arahnya.

Tiba-tiba Yuni merasa menghancurkan rumah dengan cara seperti ini tidak terlalu mudah, dia selalu merasah ada yang aneh.

Penyebab kehancuran rumahnya telah pergi ke kamar mandi.

……

Tengah malam, Candra dibangunkan oleh suara tangisan Yuni Lim.

Awalnya hanya satu atau dua isakan kecil, dan kemudian menjadi rengekan tanpa henti.

Candra mengulurkan tangannya untuk menyalakan lampu, namun tiba-tiba ia berhenti seakan dia telah menemukan jawaban tentang suatu hal.

"Yuni" Dia menepuk bahu Yuni Lim.

Walaupun sudah tidur bersama untuk beberapa waktu, sebenarnya mereka berdua hanya tidur di bawah selimut dan tidak melakukan apa-apa. Kecuali waktu itu dia sengaja menggodanya; memintanya untuk membantunya menyelesaikannya menggunakan tangan.

Yuni Lim masih menangis. Candra tidak punya cara lagi selain mendorong Yuni dengan tenaga, tetapi tanpa sengaja ia menyentuh luka di kepalanya, yang membuatnya bangun duduk kesakitan.

Yuni Lim berhenti menangis. Ruangan itu gelap, tetapi dia bisa merasakan sepasang mata sedang menatapnya.

Menarik selimut, dia mengubah posisinya agar lukanya tidak bisa tersentuh : "Maaf sudah membangunkanmu."

Dengan suara tanpa emosi Candra Gail menyaut dari dalam gelap : "Ini tidak seperti Anda, minta maaf tanpa ragu, lembut halus seperti kelinci."

Yuni Lim dipanggil kelinci kecil, tapi dia tidak bersuara. Dia diam seolah sudah tidur.

Candra memecah keheningan dengan suara: "Kalau kamu tidak percaya padaku, mengapa kamu mau pergi denganku lagi?"

"Aku bukan tidak mempercayaimu."

Dia hanya tidak percaya Candra bisa mengetahui rahasia keluarganya dan juga penjara tempat ayahnya ditahan.

"Lalu kenapa kamu tidak memberitahuku segalanya?" Kata-kata Candra Gail menyodok bagian hatinya yang paling dirahasiakin, namun Yuni Lim tidak bisa membantah.

Candra mengencangkan cengkrammanya dan menunggu jawaban Yuni.

Yuni Lim menggigit bibirnya dalam kegelapan. Dia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang ayahnya.

Mungkin karena malam membuat orang semakin hampah dan rapuh, sehingga dia juga memiliki keinginan untuk berbicara.

Yuni Lim berkata pelan, "Ayahku orang yang sangat lembut. Aku tidak pernah percaya dia melakukan itu, apalagi dia sangat mencintai ibuku, meskipun aku belum pernah melihat ibuku."

Suara-suara halus tersebar di malam hari, dan kerapuhan yang lama tersembunyi kini tidak bisa disembunyikan.

Entah itu dipengaruhi oleh suasana hati Yuni Lim atau karena topiknya terlalu berat, namun kini suara Candra mengandung perasaan yang sama dengan suara Yuni Lim : "Apa yang ayahmu lakukan?"

"Mati karena tuntutan yang salah."

Yuni Lim merangkumnya dalam lima kata sederhana, tetapi dalam ingatannya, orang lain memiliki penjelasan yang lebih detail tentang hukuman penjara ayahnya.

"Mereka mengatakan bahwa ayahku genit kepada bibi, tetapi bibi memberontak melawannya dan jatuh mati dalam saat pertengkaran dengan ayahku ..."

Yuni Lim terhenti kata demi kata, tapi tetap berusaha berbicara: "Tapi ayahku sangat mencintai ibuku, dia lembut, tidak akan melakukan itu ..."

"Berapa umurmu saat itu?"

"Sembilan tahun." Karena dia terlalu kecil untuk melakukan apa pun, dia hanya bisa melihat mereka memasukkan ayahnya ke penjara.

Setelah bertahun-tahun, dia hanya bisa berharap ayahnya keluar dan kembali bersatu dengannya. Mengenai tuntutan balik, dia tidak pernah menemukan jalan keluar.

Setelah beberapa saat, suara Candra Gai terdengar pelan: "Kamu baru sembilan tahun saat itu. Kamu yakin penilaian kamu benar?"

Suara Yuni Lim terdengar tegas: "Aku yakin."

Lalu mereka berdua diam di dalam keheningan.

Mungkin itu karena Yuni Lim sedang berbaring di tempat tidur, atau mencium aroma harum pria di sampingnya. Tetapi tidak lama setelah mereka terdiam, Yuni Lim tertidur.

Namun, setelah Yuni tertidur Candra berbalik dan turun dari tempat tidur, membawa ponselnya ke jendela terjauh dari tempat tidur, dan menelpon seseorang.

"Periksa lagi masa lalu Yakob lagi. Aku curiga ada orang yang sengaja membuat kasus ini....."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu