After Met You - Bab 147 Di dalam Hatimu Selalu Ada Diriku

Begitu mendengar Ferry Goh mengungkit ‘malam itu’, raut wajah Yuni Lim sedikit berubah: “Tutup mulutmu!”

Walaupun ‘malam itu’ menjodohkan ia dengan Candra Gail dan menghasilkan hubungan yang terjadi karena kesalahpahaman, tapi sebenarnya ia dicelakai oleh Yessica Lim. Hati Yuni Lim masih merasa kesal setiap kali teringat hal ini.

Ferry Goh berdebar sejenak dan begitu melihat raut wajah Yuni Lim, ujung matanya pun melunak. Dengan nada penuh pengertian ia pun berujar: “Hal yang sudah terjadi biarlah berlalu. Kamu tidak perlu melarikan diri dengan tersiksa, aku tidak akan keberatan.”

Yuni Lim menyipitkan matanya: “Kamu keberatan atau tidak apa hubungannya denganku?”

Yuni Lim lalu merasa tidak seharusnya ia menghabiskan waktu di sini dengan Ferry Goh. Ia pun melanjutkan tanpa ekspresi: “Kembalikan ponselku.”

Ferry Goh sepertinya tidak mendengarkan perkataannya dan malah melanjutkan: “Hanya saja, seharusnya kamu tidak terlalu gegabah menikah dengannya.”

Yuni Lim tidak tahu darimana Ferry Goh memiliki perasaan seolah-olah ia berhak bicara seperti itu. Yuni Lim merasa Ferry Goh seperti mau mencampuri semua urusannya. Mendengar nada bicara pria itu, Yuni Lim seperti merasa tidak mungkin ia menyukai pria lain karena dulu ia menyukai pria itu.

Yuni Lim berujar dengan nada mencemooh: “Oh? Kalau aku tidak menikah dengannya apakah aku harus menikah denganmu?”

Hati Ferry Goh sedikit tergerak. Ia menggerakkan bibirnya untuk memanggil wanita itu: “Yuni...”

Yuni Lim melihat gerak-gerik Ferry Goh, hanya ada perasaan jijik di dalam lubuk hatinya. Tapi justru mulutnya tertawa dan berkata: “Apakah kamu rela menggagalkan pertunanganmu dengan Yessica?”

Yuni Lim memiliki keberanian untuk berbicara seperti itu karena ia tahu Ferry Goh tidak akan bisa.

Pernikahan pada dasarnya bukan hanya masalah dua orang saja. Justru yang lebih mendominasi adalah masalah hubungan antar dua keluarga, terlebih aliansi kedua keluarga.

Kalau Ferry Goh tetap mau memutuskan pertunangan, jangankan keluarga Goh dan keluarga Lim, Yessica Lim pun pasti tidak akan setuju.

Begitu mendengarnya, sebuah kilatan terpercik di mata Ferry Goh.

Saat Yuni Lim mengira pria itu akan langsung memutuskan untuk bilang tidak, ia justru mendengar Ferry Goh berkata: “Aku selalu tahu bahwa di hatimu selalu ada diriku.”

Amarah Yuni Lim langsung terbakar begitu mendengar ucapan Ferry Goh. Ia tidak menyangka pria itu sangat tidak tahu malu.

Ia tidak tahu apa yang sebenarnya Ferry Goh pikirkan, tapi hati kecilnya sangat gelisah ingin segera pulang. Biasanya jika ia tidak mengangkat telpon dari Candra Gail, pria itu akan menelepon kembali tiga kali. Hari ini ia hanya menelepon satu kal, dan tidak ada lagi panggilan masuk. Hati kecil Yuni Lim merasa sangat bingung.

Yuni Lim menghela napas dalam, tidak ingin berdebat dengan Ferry Goh lagi: “Terserah kamu berpikir bagaimana. Kembalikan ponselku, sekarang aku ingin pulang.”

Pandangan Ferry Goh sangat mantap: “Ayo makan bersama.”

Yuni Lim dengan tidak suka mengatupkan mulutnya: “Baiklah, kembalikan dulu ponselku.”

Ia harus mendapatkan kembali ponselnya dan begitu nanti turun ia akan langsung pulang. Yuni Lim benar-benar tidak percaya pria itu akan berani menyeretnya untuk makan dengannya!

“Jangan bohongi aku...”

Di luar pintu.

Raut wajah terlihat Candra Gail begitu gelap, menakuti siapapun yang melihatnya.

Dua orang di belakangnya masih membicarakan sesuatu, tapi ia merasa sudah tidak mendengar apapun lagi.

Candra Gail ingin langsung mendorong pintu dan masuk, sama seperti dulu saat ia membawa Yuni Lim pergi dengan sangat percaya diri dan tidak mengkhawatirkan Ferry Goh yang berada di hadapannya.

Tapi kali ini, Candra Gail merasa ia tidak mampu melakukannya. Kedua kakinya terasa seperti terbelenggu, berat sekali untuk melangkah.

Harga dirinya mengatakan, tidak seharusnya ia melakukan hal seperti ini.

Sedari kecil, Candra Gail sudah terbiasa untuk selalu menggunakan kemampuannya demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Kecuali saat ibunya tiba-tiba meninggal dunia. Saat itu, ia tidak mampu melakukan apapun.

Mulai hari ini, sepertinya ia harus menambah satu hal lagi. Hati seorang wanita.

Bagi Candra Gail, berhasil itu tidaklah sulit. Ia mengira mendapatkan hati seorang wanita tidak mungkin terlalu sulit karena ia sendiri merasa dirinya sudah melakukannya dengan cukup baik.

Tapi seiring dengan waktu yang berlalu, melakukannya dengan baik bukan berarti bisa membuat hanya ada dirinya di dalam hati perempuan itu.

Candra Gail mengepalkan kedua tangannya yang berada di samping tubuhnya dengan kencang lalu melonggarkannya kembali. Ia mengulangi gerakan itu terus-menerus sampai ia merasa tidak ada raut apapun lagi yang tergambar di wajahnya. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.

Keluar dari gedung utama perusahaan Lim, sosok bayangan Candra Gail yang besar terlihat seperti sedang memasuki kegelapan tanpa batas, sangat kesepian dan sebatang kara.

Candra Gail hanya menatap ke depan, tapi wajahnya dipenuhi oleh aura dingin. Jas hitam yang dikenakannya sekarang semakin menambah aura dingin yang terpancar darinya, sekujur tubuhnya terasa seperti sedang berendam di dalam udara musim dingin dan tidak bisa terlepaskan.

Begitu Candra Gail kembali ke mobil, Sapi yang sedari tadi menunggu dengan baik di kursi samping pengemudi langsung mengeluarkan suara seperti anak kecil begitu melihat Candra Gail, “Woof...”

Sapi memiringkan kepalanya dan menatap majikannya dengan rasa penasaran.

Candra Gail tidak menghiraukan Sapi, kedua matanya hanya memandang lurus ke depan.

Ia memutar kunci mobilnya, menginjak pedal kopling, memasukkan gigi, melepas pedal kopling dan menekan pedal gas, semua gerakannya itu dilakukan dalam sekali tarikan napas. Mobil Bentley hitamnya pun melaju secepat angin, membuat buliran debu beterbangan ke udara.

Dalam sekejap, semua kembali hening.

...

Menunggu sampai Yuni Lim dan Ferry Goh keluar dari gedung utama Perusahaan Lim, sudah sepuluh menit berlalu.

Yuni Lim memegang tasnya dan berjalan di depan dengan langkah yang besar-besar. Ia berusaha untuk menghilang dari pandangan Ferry Goh yang dengan lekat mengikutinya dari belakang.

Begitu Yuni Lim melangkah memasuki lift, Ferry Goh pun dengan segera mengikutinya dari belakang.

“Tidak perlu marah, selesai makan malam aku akan langsung mengembalikan ponselmu.” Ferry Goh mengikutinya dari belakang dan melangkah memasuki lift. Ekspresinya terlihat tenang dan nada suaranya terdengar hangat.

Ferry Goh selalu tahu bahwa amarah Yuni Lim tidak terlalu baik. Tapi, ia justru semakin menyukai wanita itu setiap kali Yuni Lim semakin tersulut amarah.

Yuni Lim tidak seperti Yessica Lim yang selalu patuh padanya. Bagi dua orang yang bersama untuk waktu yang terlalu lama, justru merasa semakin berjalannya waktu semakin tidak ada rasa.

Lagipula, sebelumnya tiba-tiba saja Yessica Lim pergi keluar negeri dan tidak mengabarinya sedikit pun. Setelah wanita itu sampai di luar negeri, barulah ia memberitahunya.

Ditambah hari ini, wanita itu tiba-tiba saja meneleponnya dan mengatakan untuk mengadakan pernikahan dua tahun lagi. Tiba-tiba saja Ferry Goh merasa sangat kesal dan ingin menemui Yuni Lim.

Kedua lengan Yuni Lim terlipat di depan dadanya, tangannya yang berada di depan memegang tasnya. Wajahnya terlihat begitu dingin dan ia berpura-pura tidak mendengar ucapan Ferry Goh.

“Ting!”

Pintu lift terbuka dan Yuni Lim bergegas melangkah keluar. Ferry Goh pun mengikuti lekat dari belakang, ketika ponselnya tiba-tiba berdering.

Yuni Lim segera menghentikan langkahnya, sepercik kilatan terlihat di matanya. Yuni Lim menoleh dan menatap Ferry Goh, terlihat seperti sedang menunggunya.

Ferry Goh yang melihat gelagat wanita itu pun tertawa. Sembari mengangkat telpon, ia berjalan menghampiri wanita itu.

Pandangan Yuni Lim terjatuh pada sebelah tangan lain dari pria itu yang sedang menggenggam ponselnya. Ia menunggu Ferry Goh berjalan mendekat, agar ia bisa menangkap pergelangan tangan pria itu untuk merebut ponselnya sendiri.

“Ya, sekarang aku sedang di rumah. Kamu baik-baiklah istirahat...”

Ferry Goh sedang berbicara dengan seseorang di ujung telepon ketika tiba-tiba merasakan sepasang tangan lain yang kecil, dingin dan lembut menangkap tangannya sendiri. Hati Ferry Goh seolah berhenti sesaat dan ia termangu.

Yuni Lim menggunakan kesempatan saat Ferry Goh termangu untuk merebut kembali ponselnya.

Mendengar kalimat Ferry Goh barusan, Yuni Lim tahu siapa yang menelepon pria itu tanpa perlu menebak. Pasti Yessica Lim yang meneleponnya.

Yuni Lim berhasil mengambil kembali ponselnya dan melirik Ferry Goh. Ia kemudian menghentakkan sepatu hak tingginya dan kabur secepat kilat.

Yessica Lim yang berada di ujung telepon sana mendengar perkataan Ferry Goh dan mendengar suara hak tinggi berderap. Sekujur tubuhnya langsung merasa waspada: “Kamu benar-benar sedang di rumah? Kenapa aku mendengar suara derap sepatu hak tinggi?”

Ferry Goh menaikkan sedikit alisnya dan berhenti sejenak, raut wajahnya tidak berubah saat berkata: “Sedang menonton TV.”

Perasaan seorang wanita memberitahu Yessica Lim, kemungkinan Ferry Goh sedang membohonginya. Walaupun hati kecilnya sedikit ragu, tapi ia tidak bertanya. Yessica Lim malah dengan suara lembut berkata: “Kalau begitu kamu cepatlah istirahat. Ingat untuk selalu menjaga diri, aku akan segera pulang.”

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu