After Met You - Bab 29 Tanpa Diduga Memperlakukan Diri Sendiri Begitu Kejam

Yuni Lim merasa was-was.

Tuan Mario telah melihatnya, sekarang dia tidak bisa pergi mencari Tasya lagi, takut Tuan Mario bisa melampiaskan amarahnya kepada dia.

Tuan Mario melihatnya sekilas, merenung, lalu menyampingkan kepalanya dan berkata kepada orang yang berada di sebelahnya.

Yuni Lim membawa gelas yang ada di meja dan berjalan pergi, dengan cepat melintasi kumpulan orang dan keluar dari bar, untungnya dia memilih posisi yang dekat dengan pintu keluar.

Setelah keluar dari bar, dia tidak berani untuk menetap, melihat ada taksi, bersiap untuk berjalan, mendengar suara dari belakang tubuhnya: “Di situ!”

Tingkat konsumsi Tasya biasa saja, bar di Malaysia juga tidak termasuk bagus, biasanya tak seharusnya bisa bertemu dengan Tuan Mario, hari ini sangat kebetulan.

Beberapa supir taksi itu semuanya adalah orang yang berpenglihatan tajam, melihat beberapa orang itu sedang mengarah ke Yuni Lim, semuanya tidak berani untuk membawanya, bahkan langsung membawa mobilnya tanpa penumpang dan beranjak pergi.

Yuni Lim tidak ada pilihan, hanya berjalan dengan cepat ke arah lainnya, namun sangat cepat telah ditarik mereka.

Tujuh sampai delapan pria telah mengelilinginya, Yuni Lim tidak bisa berbuat apa-apa.

Tuan Mario berjalan ke arahnya, pria yang mengelilinginya bergegas membuka jalan, Tuan Mario tersenyum dengan melecehkan: “Nona Yuni Lim, lama tak jumpa.”

Yuni Lim melangkah mundur dengan waspada, sampai telah bersandar di tembok: “Tak sampai satu bulan, ingatan Tuan Mario tidak bagus.”

“Huh!” setelah mendengar perkataan ini, senyuman di wajah Tuan Mario menjadi sedikit lebih kejam, merenggangkan tangannya bersiap untuk menyentuh wajahnya, malah telah dicegat oleh Yuni Lim.”

Ekspresi wajah Tuan Mario semakin tidak enak dilihat, menyeringai dan berkata: “Temperamen NonaYuni Lim sedikit besar, namun, saya menyukainya.”

“Namun sayangnya, saya tidak menyukaimu.” Bukan hanya tidak suka, melihat wajahnya saja membuat jijik.

Mata Tuan Mario memancarkan tatapan yang aneh: “Semua wanita seperti ini, suka bermuka dua, tunggu hingga telah naik di atas kasur, tentu akan sangat menyukainya.”

Yuni Lim menggenggam erat gelas yang ada di tangannya, tidak berbicara, memusatkan konsentrasi, dengan hati-hati memperhatikan keadaan di sekitar, memikirkan bagaimana caranya baru bisa kabur.

Tuan Mario melihat wajah Yuni Lim yang memancarkan rasa tak senang dan memandang rendah, tersenyum dengan sinis, mengangkat tangannya, dan berkata: “Bawa pulang.”

“Siapa yang berani!” Yuni Lim mengangkat gelas bir dengan terombang-ambing, sebenarnya dia sudah sangat gugup hingga telapak tangannya berkeringat, namun malah hanya bisa menggenggam erat gelas bir itu.

Bawahan Tuan Mario terus melakukan pekerjaannya, tak jarang membantunya untuk merebut wanita dari keluarga terhormat lainnya, wanita mana yang tidak menangis memohon kepada mereka, atau menyenangkan hati Tuan Mario……

Baru pertama kali bertemu dengan yang tidak menangis juga tidak takut, malah membawa gelas bir dan menunjuk mereka, mulanya tanpa diduga tidak ada orang yang melakukan pergerakan.

Tuan Mario melihat mereka yang tampak bodoh, mukanya menjadi masam, menjerit: “Semua pada bengong ngapain, cepat bawa dia!”

Yuni Lim menelan air ludah dengan diam, suaranya sedikit serak: “Siapa yang berani kemari, saya dari Keluarga Lim, kakek saya adalah Yunus.”

Seketika Tuan Mario mendengarnya, seperti telah mendengar berita bagus, lalu tertawa, orang di sampingnya juga ikut tertawa.

“Dengar tidak, dia dari Keluarga Lim, yaitu telah bermain-main dengan orang lain saat masih SMA dan telah melakukan aborsi, nanti sisanya siapa yang menginginkannya maka pergi bermain……”

Mendengar perkataan Tuan Mario, Yuni Lim hanya merasa mual.

Meskipun yang dikatakannya bukanlah kenyataan, namun yang ia dengar masih membuatnya merasa tidak enak.

Tidak ada wanita yang bersedia untuk dihancurkan reputasinya, membuat orang merasa dia murahan, semuanya dibuat-buat oleh Yessica Lim.

Mendadak, telepon yang berada di dalam tasnya berbunyi, Yuni Lim terbengong, merasa Tasya yang terus menerus meneleponnya, dia tidak berani untuk mengangkat, juga tidak berani menyentuhnya.

Tuan Mario menepuk kepala bawahanya yang berada paling dekat dengannya: “Ikat dan bawa dia masuk ke dalam mobil, bawa ponselnya kemari.”

Seorang pria telah berjalan di hadapan Yuni Lim, merenggangkan tangannya dan memegang bahunya, Yuni Lim meremas erat gelasnya, mendadak membenturkan kepalanya.

Darah bercuruan keluar, wajah putihnya yang tersinari cahaya redup di jalanan, pelan-pelan dibaluti oleh darah segar, menunjukkan kejanggalan.

Semuanya terkejut akan pergerakan mendadak Yuni Lim, wajah Tuan Mario mengkaku, dia tak menyangka Yuni Lim bisa memperlakukan diri sendiri seperti itu.

Setelah dia mendengar bahwa saat SMA Yuni Lim bermain dengan pria lain dan aborsi, bertemu dengannya sekali, melihatnya yang cantik dan seketika memikat hatinya, akhirnya dia keluar negeri, dia tak sempat melakukan pergerakan.

“Tuan Mario, kamu merasa, saya mau mati di sini, bagaimana dengan kakekku?” suara Yuni Lim jelas dan dingin, kepalanya masih ada serpihan gelas, seperti jika mereka berani bergerak lagi, dia akan benar-benar mati di sini.

“Kamu……” ekspresi wajah Tuan Mario berubah, menatapnya dengan kejam, seperti mendesah, menghentakkan kaki, kakinya menendang seorang bawahannya, menendang hingga bawahannya menjerit.

“Sekumpulan yang tak berguna!”

Tuan Mario menarik nafas dalam, sangat marah di dalam hatinya, meskipun tahu Yuni Lim tidak……disukai…… di Keluarga Lim sendiri, namun, jika Yuni Lim benar-benar mati, Yunus juga takkan membiarkannya.

Melihat Tuan Mario yang melampiaskan amarahnya kepada anak buahnya, Yuni Lim tahu, hari ini dia takkan memperlakukannya bagaimana lagi, hatinya lega.

Keningnya sudah kebas, angin malam yang berhembus kemari, sedikit sedikit menyambarkan dingin, sekujur tubuh berubah sedikit lemas, orang yang di depan tampak berbayang, kalau Tuan Mario tidak pergi, dia akan pingsan.

Untungnya, Tuan Mario telah beranjak pergi.

Yuni Lim terhuyung-huyung sebentar, menahan di tembok yang berada di samping untuk mendapatkan keseimbangan tubuh, mengayunkan kepala, dia ingin pergi ke rumah sakit terlebih dahulu.

Dia berjongkok, mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, melihat panggilan yang tidak terjawab, menyipitkan matanya untuk melihat baru dapat melihat jelas bahwa itu adalah nomor telepon Yunus.

Dia menelepon balik.

Seketika mengangkat telepon langsung terdengar amarah Yunus: “Kemana kamu sampai tidak mengangkat telepon!”

Yunus juga sebenarnya hanya menelepon sekali, kalau bukan karena Tuan Mario yang membuatnya tidak bisa menerima telepon, sesekali tidak mendengar telepon juga hal yang biasa.

Namun, hal yang begitu kecil, Yunus juga memarahinya.

Yunus masih mengatakan sesuatu, dia juga sudah tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

Dia terus tidak berbicara, sepertinya Yunus juga tidak perduli dia mau berkata atau tidak, hanya mengatakan tujuannya menelepon dia: “Besok makan keluarga, terserah datang atau tidak! Beep……..”

Telepon sudah ditutup, tangan Yuni Lim melepas, teleponnya jatuh dan menghantam ke tanah, lalu dia mengambilnya dan mengirim pesan kepada Tasya.

Dia merasa tubuhnya semakin dingin, sekilas, seperti telah melihat Candra.

Dia merenggangkan tangannya dan menggenggam, malah tak ada apa-apa, matanya memancarkan kekecewaan, ternyata hanya ilusi, kenapa bisa kepikiran tentang dia, mungkin orang yang memperlakukannya dengan paling baik adalah Candra.

Meskipun dia selalu mengusiknya, namun dia bersedia menikahinya, membuatkannya makanan, menahan amarahnya dia, mengeringkan rambutnya……

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu