After Met You - Bab 579 Tidak Seharusnya Aku Melampiaskan Amarahku Padamu

Sebelumnya, Candra Gail ingin menyuruh Yuni Lim yang sedang hamil pulang demi menjaga janinnya.

Tapi, Yuni Lim tidak ingin pulang. Ia ingin berada disini menemani Candra Gail.

Sekarang dengan kondisi Candra Gail yang seperti ini, Yuni Lim semakin tidak bisa meninggalkan pria itu seorang diri disini dan pulang sendirian. Meskipun ia sangat merindukan Gilbert Lin.

Baru saja Yuni Lim selesai menelepon Gilbert Lin, seorang pelayan pun datang menghampiri: “Nyonya, Dokter Mo datang.”

Daniel Mo datang?

Yuni Lim baru saja bangkit berdiri saat Daniel Mo berjalan masuk.

Pria itu mengenakan setelan jas yang rapi dan ia sedang tidak membawa kotak obat. Daniel Mo berjalan menghampiri lalu dengan hormat menyapa: “Nyonya.”

“Dokter Mo, kenapa kamu datang kesini? Mereka semua sudah pergi ke kantor.” Sambil bicara, Yuni Lim sambil menyuruh pelayan menyeduh teh.

“Aku justru datang mencari nyonya.” Daniel Mo sengaja menghindari Candra Gail dan semua asistennya saat mencari Yuni Lim.

Begitu mendengarnya, raut wajah Yuni Lim pun berubah menjadi sedikit serius.

Kalau Daniel Mo datang mencarinya, kemungkinan besar ada hubungannya dengan Candra Gail.

Raut wajah Yuni Lim pun samar-samar terlihat suram.

Yuni Lim menyandar ke belakang, senyumnya terlihat sangat datar: “Katakan apa yang ingin kamu bicarakan.”

“Semalam, tuan datang ke laboratorium menemuiku.” Selesai bicara, Daniel Mo terdiam dan menunggu respon Yuni Lim.

Yuni Lim sedikit terkejut. Candra Gail semalam pergi ke luar dan baru kembali saat tengah malam ternyata karena ia pergi menemui Daniel Mo.

“Tuan sudah pasti memahami kondisi dirinya sendiri, tapi ia tidak mampu menyadari apakah hal yang diperbuatnya salah atau benar. Sekarang, apapun yang ia lakukan itu benar-benar sesuka hatinya. Apa yang ingin dilakukan hatinya, ia akan langsung melakukannya. Benar atau salah, itu semua tergantung dari pikirannya sendiri...”

Semua yang dikatakan Daniel Mo sudah dapat Yuni Lim rasakan sendiri dari Candra Gail.

Semua perbuatan dan perangai Candra Gail belakangan ini memang seperti itu. Pria itu merasa dirinya adalah yang paling benar, ia tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain.

Yuni Lim mengangguk, lalu menengadahkan kepalanya dan bertanya: “Apa yang bisa aku lakukan?”

Kedatangan Daniel Mo kali ini pasti untuk menjelaskan sesuatu padanya.

“Kamu...” Daniel Mo terlihat seperti sulit memulai kata-kata. Ia mendorong-dorong kacamatanya lalu dengan sedikit tidak nyaman berujar: “Sebisa mungkin, kamu harus bekerjasama dengan patuh pada Candra. Suasana hati yang baik pasti akan membantu kondisinya saat ini.”

Daniel Mo sengaja menambah penekanan dalam nada bicaranya saat mengucapkan kata ‘patuh’. Yuni Lim tertegun sesaat, kemudian barulah ia menyadari makna yang dalam pada ucapan pria itu.

Yuni Lim dengan tidak suka tertawa: “Apakah aku masih kurang patuh? Ia tidak mengijinkanku keluar, aku juga diam-diam saja di rumah. Aku tidak rewel ataupun ribut. Aku harus patuh bagaimana lagi?”

Nada suara Yuni Lim sedikit tinggi, tersirat sedikit pelampiasan amarah.

Saat Daniel Mo datang tadi, ia juga menyadari ada beberapa penambahan jumlah pengawal di daun pintu.

Karena belakangan ini kondisi terus-menerus tidak aman, jadi Daniel Mo juga tidak terlalu peduli saat melihat ada pengawal di pintu.

Sekarang saat mendengar Yuni Lim bicara seperti ini, tiba-tiba Daniel Mo pun mengerti.

Tindakan Candra Gail memang benar sedikit keterlaluan.

Daniel Mo terdiam sejenak seperti tidak tahu apa yang harus ia katakan lagi. Setelah mengambil jeda beberapa detik, ia kembali mendorong kacamatanya seperti sedang berpikir dalam-dalam.

“Terima kasih Dokter Mo sudah sengaja datang kesini, aku mengerti semua yang kamu katakan. Maaf, tidak seharusnya aku melampiaskan amarahku padamu.” Raut permintaan maaf tersirat pada raut wajah Yuni Lim. Ia memang tidak seharusnya melampiaskan amarahnya pada Daniel Mo.

Setelah mengantarkan Daniel Mo pergi, Yuni Lim duduk sebentar di ruang aula lalu kemudian tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur.

“Nyonya.”

Begitu melihat kedatangan Yuni Lim, para pelayan itu langsung menghentikan segala aktivitas yang sedang mereka kerjakan dan dengan hormat menyapanya.

Yuni Lim tiba-tiba teringat saat ia dan Candra Gail baru saja berkenalan dalam waktu yang singkat di kota Malaysia. Teringat akan hari-hari dimana mereka berdua tinggal bersama.

Hanya ada mereka berdua.

Saat itu, mereka berdua saling menebak-nebak dan diam-diam juga salling berusaha menyesuaikan diri...

Sekarang jika dipikir-pikir lagi, saat itu adalah hari-hari bahagia yang paling sederhana.

Yuni Lim menurunkan pandangannya, tidak ingin orang lain melihat kepahitan di sudut matanya.

“Kalian keluarah, aku mau membuatkan makan siang untuk diantar ke tuan kalian.”

Daniel Mo sudah bilang agar ia lebih patuh sedikit pada Candra Gail dalam segala hal, membuatnya senang agar suasana hatinya tetap baik. Ini adalah bantuan yang berarti untuk kondisi pria itu saat ini.

Ini adalah salah satu alasannya.

Dan alasan yang lain adalah karena Yuni Lim tidak bisa menemukan alasan lain yang lebih tepat agar Candra Gail memperbolehkannya pergi ke luar namun tidak memprovokasi pria itu.

Yuni Lim juga masih ingin mencari tahu apakah Lukman masih hidup atau tidak.

Setidaknya, kalau pria itu ternyata masih hidup, Yuni Lim akan merasa sedikit lebih tenang.

Setelah Yuni Lim merebus sup di dalam panci sebagai menu terakhirnya, ia kemudian pergi ke ruang tamu dan menelepon Candra Gail.

Yang tidak ia sangka adalah betapa cepat Candra Gail mengangkat telepon darinya.

“Ada apa?” Dari ujung telepon terdengar suara dokumen yang sedang dibolak-balikkan. Tidak ada suara apapun lagi dari ujung telepon, terdengar sunyi dan sama sekali tidak berisik.

Suara pria itu terdengar sama persis seperti suaranya yang dulu, sama sekali tidak ad ayang berbeda.

Yuni Lim menggenggam gagang telepon erat-erat lalu berujar: “Siang ini, bolehkah aku pergi mengantarkan makan siang untukmu?”

“Tidak usah, siang ini aku...”

Mendengar Candra Gail yang akan menolak, Yuni Lim langsung buru-buru menambahkan: “Aku membuatnya sendiri, sudah lama aku tidak memasak untukmu...”

Pria di seberang telepon sana terdiam sejenak, seperti sedang menilai mana yang jujur dan mana yang bohong dari ucapan Yuni Lim.

Setelah lama terdiam, Candra Gail baru bersuara: “Kenapa tiba-tiba mau memasak untukku?”

“Semalam kamu sudah memberiku obat... Aku... Aku mau berterimakasih padamu...” Kata-kata itu baru saja terlontar dari mulutnya, tapi Yuni Lim sudah menyesal dan menggigit lidahnya sendiri.

Memberinya obat? Alasan tak karuan macam apa ini!

Alasan ini benar-benar membuat Yuni Lim terlihat konyol dan juga membuatnya sedikit malu karena panik.

Tapi, Yuni Lim juga tidak menyangka ternyata Candra Gail akan memakan umpannya ini.

Setelah terdiam beberapa saat, pria itu lalu berujar: “Aku akan menyuruh supir untuk menjemputmu.”

Setelah menutup telepon, hati Yuni Lim pun melompat-lompat dan terbang kegirangan.

Tadi ia sangat gugup.

Seperti dulu saat ia memohon sesuatu pada Candra Gail, Yuni Lim juga sempat takut pria itu tidak setuju.

Perasaan semacam ini sulit untuk dikatakan.

...

Yuni Lim mengemas dengan baik semua makan siang yang telah dimasaknya lalu berangkat.

Setelah Candra Gail menerima telepon darinya, ia langsung memerintahkan supir untuk menjemput dan mengantarkan Yuni Lim ke kantor.

Saat Yuni Lim keluar, supir sudah menunggu di depan pintu. Hanya saja, masih ada dua orang pengawal yang mengikutinya.

Bahkan Yuni Lim sampai-sampai malas memikirkan apakah kedua orang pengawal ini mengikutinya demi melindunginya atau demi menjaganya agar ia tidak kabur.

Ia tidak perlu memikirkan alasannya, bukan?

Masalah sudah berkembang sampai tahap seperti ini, Yuni Lim hanya merasa tidak perlu dan melelahkan kalau ia masih saja memikirkan hal-hal seperti itu.

Mobil dengan cepat berhenti di depan pintu Ik grup.

Nona resepsionis adalah gadis dari negara J yang terlihat cerdas, senyumnya luar biasa ramah: “Nyonya.”

Yuni Lim membalas dengan mengangguk samar, lalu langsung masuk ke dalam lift.

“Nyonya, direktur sedang menemui tamu di ruang tamu. Silakan nyonya menunggu sebentar.”

Candra Gail sedang tidak berada dalam kantornya, yang menyambut Yuni Lim adalah sekretaris pria itu.

“Aku mengerti, terima kasih.” Yuni Lim mengangguk sedikit, menandakan sekretaris itu boleh keluar.

Sekretaris itu berujar: “Kalau nyonya membutuhkanu, silakan memanggilku.”

Begitu sekretaris itu keluar, Yuni Lim pun berdiri dan berjalan ke depan jendela.

Ia berdiri disitu cukup lama, tapi Candra Gail tidak kunjung kembali sehingga ia memutuskan untuk keluar dan pergi berkeliling.

Kali ini, ia berkeliling dan sampai ke dekat ruang tamu.

Pintu ruang tamu tepat pada saat itu terbuka, segerombol orang banyak seperti ikan melangkah keluar.

Yang berjalan di paling depan adalah sepasang pria dan wanita.

Yang pria sudah jelas adalah Candra Gail, lagipula tidak ada orang yang berani berjalan di depannya.

Sedangkan wanita itu...

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu