After Met You - Bab 459 Wewenang Pengambilan Keputusan Tertinggi Di Perusahaan Marigold

Sesampainya di pintu gerbang, Yuni Lim baru melihat koper yang diletakkan di depan pintu. Pelayan yang sedang membawa Gilbert Gail pun berdiri disitu.

Yuni Lim sebenarnya sudah memesan tiket pesawat untuk malam ini, jadi ia sama sekali tidak mempersiapkan koper.

Ia agak sedikit terkejut, menoleh dan menatap Candra Gail: “Kapan kamu mempersiapkan bagasiku?”

“Pagi tadi, aku bangun lebih pagi darimu.”

Selesai Candra Gail bicara, terlihat pengawal yang datang untuk membawa koper Yuni Lim. Candra Gail menggoyangkan tangannya sebagai pertanda tidak perlu, pengawal itu pun langsung undur diri. Sebelah tangannya menggandeng Yuni Lim, sebelah tangan lainnya mengangkat koper dan berjalan keluar vila.

Sambil berjalan, Yuni Lim sambil memiringkan kepala dan memandangi Candra Gail.

Raut Candra Gail sudah kembali dingin dan datar tanpa perasaan. Ujung bibirnya sedikit dikatup tegas dan dagunya terlihat tegang, membuat Yuni Lim merasa saat ini perasaan Candra Gail sedang rumit.

Apakah ia yang sedang sensitif dan curiga terlalu banyak?

Beberapa hari yang lalu juga seperti itu. Jelas-jelas Candra Gail tidak ada masalah apapun. Pria itu hanya lupa membawa ponselnya namun membuat Yuni Lim merasa pria itu akan segera pergi dan tidak akan kembali lagi.

Akhirnya, sampailah mereka di depan gerbang.

Candra Gail sendiri yang membawa koper Yuni Lim dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Yuni Lim mengikutinya disamping dan berkata: “Aku sudah memesan tiket pesawat untuk malam ini…”

“Bawa saja, kalau sampai malam ini tidak bisa pulang bagaimana?” Saat Candra Gail bicara seperti ini, tidak tahu apakah pria itu sadar atau tidak, pria itu menengadahkan kepala dan melihat sekilas langit yang biru.

Yuni Lim juga menengadah dan melihat kearah langit, sejauh mata memandang tidak ada awan sedikitpun. Pagi ini benar-benar sangat cerah dan indah.

“BAK!”

Candra Gail tiba-tiba menutup pintu bagasi belakang mobil dan membuat Yuni Lim yang tidak siap terkejut.

Candra Gail menuntunnya berjalan ke hadapan Gilbert Gail: “Gilbert, bilang sampai jumpa ke ibu.”

Gilbert Gail melambaikan tangan kecilnya kearah Yuni Lim dan menggerakkan tangannya sebagai tanda perpisahan: “Bye bye…”

Yuni Lim berjongkok, memeluk Gilbert dan menciuminya: “Ibu pergi dulu ya, nanti akan cepat pulang. Di rumah harus nurut ya.”

Selesai bicara, Yuni Lim memeluk Candra Gail lagi sejenak sebelum akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan naik mobil.

Sedangkan tepat disaat ini, Gilbert Gail yang belum mengerti akhirnya mulai menangis. Mulutnya menggumam: “Ibu…”

Yuni Lim selalu merasa seorang anak yang belum genap berusia dua tahun tidak akan mengingat hal apapun, anggap saja tidak mengerti apapun. Tapi melihat Gilbert Gail yang menangis sampai seperti ini, ia baru menyadari bahwa sepertinya ia salah berpikir. Anak kecil juga sebenarnya sangat sensitif.

Ia ingin turun dari mobil, namun Candra Gail sudah memeluk Gilbert Gail.

Dengan raut yang lembut, ia mengatakan beberapa patah kepada Gilbert Gail dan anak itu pun perlahan-lahan menghentikan tangisannya.

Tidak terlihat bahwa ternyata Candra Gail bisa juga menghibur anak kecil.

Walaupun tahu malam ini ia akan langsung pulang, namun saat ini di dalam hatinya Yuni Lim masih merasa sedikit tidak rela pergi.

Candra Gail memeluk Gilbert Gail dan membiarkan anaknya menaiki pundaknya sampai Yuni Lim tidak terlihat lagi. Setelahnya, barulah ia berjalan maju dua langkah dan memberikan isyarat kepada supir untuk segera pergi dengan gestur tangannya.

Mobil pun langsung bergegas pergi.

Yuni Lim memanjat di jendela dan mengarahkan kepalanya untuk melihat ke belakang. Ia hanya melihat bayangan Candra Gail yang sedang memeluk anaknya yang semakin lama semakin kecil, sampai akhirnya hanya terlihat sebuah titik hitam dan tertutup oleh pepohonan sehingga tidak terlihat lagi. Barulah setelah itu Yuni Lim membalikkan kepalanya dan menyenderkan tubuhnya.

Tidak tahu mengapa, ia merasa hatinya tersumbat oleh kegelisahan.

Saat Yuni Lim turun dari mobil, barulah ia menyadari bahwa ia diantar ke bandara pribadi.

Segerombol pengawal bertubuh besar dan mengenakan jas berwarna hitam sudah menunggu disana. Begitu melihat Yuni Lim turun, mereka semua secara seragam membungkukkan badan: “Nyonya!”

Yuni Lim termangu sejenak sebelum akhirnya bisa merespon dan bertanya kepada mereka: “Kalian… Candra Gail yang menyuruh kalian datang?”

Selesai bicara, ia baru menyadari dirinya telah mengatakan hal yang tidak berguna.

Sudah ada pengawal yang mengambil kopernya di bagasi belakang mobil. Sambil berjalan, Yuni Lim sambil menelepon Candra Gail.

Candra Gail seperti sudah memprediksi dari awal bahwa wanita itu akan meneleponnya. Begitu membuka mulut, ia langsung berkata: “Sudah sampai bandara?”

“Ya, sudah sampai. Kamu… Kenapa tidak memberitahuku kalau aku pergi dengan naik pesawat pribadi? Dari sini ke Kota J juga tidak terlalu jauh, aku sendiri juga sudah memesan tiket pesawat, bukan…”

Dalam hati ia juga tahu Candra Gail seperti ini demi kebaikannya. Walaupun hatinya terasa hangat, tapi pria itu begitu sibuk dan masih harus mengurus hal-hal kecil untuknya seperti ini, membuat hatinya merasa dia tidak berdaya.

Candra Gail terdiam sejenak sebelum akhirnya mengatakan: “Tidak leluasa.”

Tiba-tiba saja Yuni Lim tidak ingin pergi ke Kota J, terang-terangan saja menyuruh Candra Gail untuk langsung membeli perusahaan Marigold. Ia baru saja bersiap membuka mulut, ketika ia mendengar Candra Gail berkata: “Sudah harus naik pesawat, bukan? Cepat pergi dan cepat pulang, aku masih ada urusan.”

Selesai bicara, ia hanya menunggu Yuni Lim untuk menutup teleponnya.

Kata-kata yang belum diucapkannya akhirnya Yuni Lim telan kembali, ia hanya bisa berkata: “Kalau begitu aku tutup dulu.”

Saat berada di pesawat menuju Kota J, perasaan Yuni Lim tidak terlalu baik. Entah mengapa ia merasa murung.

Sampai akhirnya ia turun pesawat, ia baru tahu kenapa ia bisa seperti ini. Ini karena ia sedang datang bulan.

Hal ini menjelaskan kenapa emosinya menjadi berantakan dan tidak wajar.

Yuni Lim tetap tinggal di hotel yang sebelumnya menjadi tempatnya dan Candra Gail menginap. Ia merapikan dirinya sendiri dengan singkat, lalu pergi ke pusat Perusahaan Marigold.

Karena Yuni Lim sampai di ruang rapat direktur lebih dulu, orang-orang yang seharusnya hadir belum semuanya hadir.

Beberapa orang ini masih belum tahu kalau Yuni Lim adalah orang yang telah menjadi direktur baru Perusahaan Marigold, tapi ia pernah berada disamping Yudi Lin sehingga sebagian besar orang mengenalnya.

Ada orang yang bertanya padanya: “Nona Lim, kenapa kamu yang datang? Dimana Direktur Feng?”

Mereka semua mengira rapat darurat direktur ini adalah “Niko Feng” yang mengatur. Alhasil sampai disini, barulah mereka menyadari bahwa Yuni Lim yang memanggil mereka datang. Tentu saja ada rasa tidak senang di dalam hati mereka.

Diantara mereka, ada beberapa orang yang bersama dengan ayah mertua ‘Niko Feng’ membangun usaha ini. Setelah sekian lama, mereka pasti memiliki harapan tinggi untuk terpilih. Awalnya, mereka memang agak tidak puas dengan ‘Niko Feng’, namun mereka tidak bisa melawan karena keahlian yang dimiliki ‘Niko Feng’.

“Selanjutnya, tidak ada Direktur Feng di Perusahaan Marigold dan hanya ada aku, Yuni Lim, sebagai direktur! Walaupun masing-masing dari kalian yang sedang duduk mengenalku, tapi menurutku hari ini kita harus mengulang kembali perkenalannya.”

Yuni Lim berujar sambil tersenyum, lalu ia pun duduk.

Jajaran direktur yang sedang duduk itu semuanya saling bertatap-tatapan tidak mengerti. Ada yang bingung, ada pula yang dengan suara kecil berbincang sesuatu.

Yuni Lim tiba-tiba menghempaskan berkas yang ada digenggamannya ke atas meja rapat, akhirnya ruang rapat itu pun hening.

Yuni Lim menarik kembali raut senyumnya, sedikit mengangkat dagunya, dan dengan wajah dingin tanpa ekspresi berujar: “Saham Direktur Feng sudah dilimpahkan kepadaku. Sekarang aku adalah pemegang saham tertinggi di Perusahaan Marigold. Jadi secara sah sesuai dengan ketentuan, aku menjadi direktur umum perusahaan. Aku memiliki wewenang pengambilan keputusan tertinggi di Perusahaan Marigold. Aku adalah penerus muda, sebelumnya aku sudah pernah belajar di perusahaan selama setahun. Terima kasih atas perhatian semua orang, mohon terus kerjasamanya di masa depan. Aku berharap dapat bekerja sama dengan kalian semua untuk mengembangkan Perusahaan Marigold kearah yang lebih baik dan lebih cemerlang. "

Walaupun Yuni Lim sudah memutuskan untuk menyuruh Candra Gail membeli perusahaan Marigold, namun di hadapan semua orang, ia tetap harus mengatakan apa yang seharusnya ia katakan.

Candra Gail sekarang sudah mengurus cukup banyak hal. Walaupun Yuni Lim ingin menyuruh Candra Gail membeli Perusahaan Marigold, ia juga berharap bisa membuat pria itu membeli Perusahaan Marigold yang beroperasi dengan baik.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu