After Met You - Bab 635 Justru Karena Kamu!

Yuni Lim menoleh dan menatap Hanna Gu sekilas.

Bahkan walaupun telah menggunakan polesan riasan yang sangat tebal pada wajahnya, namun Yuni Lim masih dapat melihat kerutan halus di sudut mata Hanna Gu. Kulit wajahnya juga terlihat sangat kering. Riasan yang apik tidak semerta-merta dapat menutup pandangan Yuni Lim yang berjarak begitu dekat dengannya saat ini.

Tadi di dalam studio, karena ada efek dari lampu penerangan dan karena terpisah dengan jarak yang begitu jauh, Yuni Lim tidak dapat terlalu memperhatikan sedetail ini.

Sekarang dengan jarak sedekat ini, Yuni Lim langsung dapat melihat dengan jelas hanya dalam sekali lihat.

Yuni Lim menarik kembali pandangannya, jawabannya sangat menjurus: “Kalau dibandingkan denganmu, aku memang melewati hari-hariku dengan baik.”

Begitu mendengarnya, jemari Hanna Gu meremas tas tangan yang ia cengkeram. Ia menoleh dan dengan sorot mata yang sinis menatap Yuni Lim.

Sorot matanya itu terlalu kelam, sampai-sampai Yuni Lim tidak bisa berpura-pura tidak merasakannya.

Akan tetapi, ia sama sekali tidak peduli.

Karena sekarang Hanna Gu juga tidak mungkin berbuat apa-apa padanya.

Grisi sudah melempar Hanna Gu untuk muncul dan secara terang-terangan kembali ke hadapan publik, tentu saja mereka tidak menyuruhnya untuk menarik perhatian orang-orang tentang kehidupannya.

Melihat wajah Yuni Lim yang tetap tenang, Hanna Gu menekuk mukanya dan mengeluarkan sekotak rokok dari dalam tasnya. Ia lalu menyalakan sepuntung rokok.

Yang ia hisap bukanlah rokok untuk wanita, aromanya sangat kuat.

Yuni Lim tidak tahan dengan aroma rokok yang seperti itu sehingga ia pun mengernyitkan alis: “Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu.”

Hanna Gu hanya fokus merokok dan tidak berkata apa-apa lagi.

Yuni Lim menatapnya sekilas, lalu bangkit berdiri dan bersiap untuk pergi.

Ia baru saja melangkah ke depan dua langkah saat ia mendengar suara Hanna Gu di belakangnya.

“Aku nasihati, nikmatilah dengan baik selagi kamu bisa melalui hari-harimu dengan baik.”

Kata-kata itu diutarakan Hanna Gu dengan sangat perlahan, seperti sangat santai. Namun di telinga Yuni Lim, kata-kata itu terdengar seperti rasa mual saat racun ular berbisa perlahan merambat dalam tubuhnya.

Yuni Lim pun kembali menoleh dan menatap Hanna Gu.

Riasan tebal dan mewah membuat wajahnya memancarkan aura yang sangat menawan. Hanna Gu mengebulkan asap rokok, sorot matanya sangat dingin.

Ini adalah rupa seorang penjahat cantik.

Lubuk hati Yuni Lim menarik kesimpulan seperti itu.

“Apakah kamu bicara dari pengalamanmu?”

Yuni Lim sedikit tertawa: “Akan tetapi, kita sama sekali bukan orang yang berjalan di jalan yang sama. Masing-masing dari kita berjalan di jalan masing-masing. Karena kita bukan orang yang sejalan, maka kata-kata dari pengalamanmu sama sekali tidak ada artinya untukku.”

Begitu ucapan Yuni Lim itu selesai terlontar, raut wajah Hanna Gu langsung berubah menjadi sangat dingin.

Detik berikutnya, ia berujar dengan dingin: “Justru karena kamu, kamu dan Candra tidak mungkin berakhir dengan baik!”

Hanna Gu mematikan rokok di tangannya dengan kasar, sorot matanya semakin beringas. Seolah-olah ia sangat ingin menyerang dan mencabik-cabik Yuni Lim pada detik berikutnya.

“Karena terlalu gagal dalam hidup, jadi kamu hanya bisa menggunakan fantasi dan kata-kata kejam untuk memuaskan diri sendiri. Kurasa aku juga bisa mengerti.” Yuni Lim tidak peduli sedikitpun dengan kata-kata kejam Hanna Gu.

Hanna Gu tertegun sesaat, lalu tiba-tiba ia tertawa seperti orang gila: “Kamu bahkan tidak tahu tentang kematianmu sendiri yang sudah hampir sampai, dasar wanita bodoh.”

Suara Hanna Gu sedikit lantang, menarik perhatian orang-orang yang berlalu-lalang disitu.

Walaupun Yuni Lim dapat merasakan makna yang dalam di ucapan Hanna Gu, namun ia tidak ingin bicara lebih banyak dengan wanita itu. Ia langsung membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi dari situ.

Tapi Yuni Lim masih dapat merasakan tatapan Hanna Gu di belakangnya.

Tatapan mata yang kejam dan sinis.

...

Baik Yuni Lim maupun Hanna Gu bisa dibilang tidak banyak bicara dalam pertemuan kali ini.

Namun Yuni Lim dapat merasakan kondisi hati Hanna Gu yang sepertinya tidak stabil sehingga membuatnya terasa lebih kejam.

Ia tidak tahu bagaimana Hanna Gu melewati hari-harinya selama beberapa tahun ini, tapi dari penglihatannya terhadap wanita itu sebelumnya, Yuni Lim dapat melihat bahwa Hanna Gu tidak melewati harinya dengan baik.

Dua tahun lalu, Hanna Gu membuat Yuni Lim merasa wanita itu adalah orang yang sangat agresif. Setiap hal yang dilakukannya telah diperhitungkan dengan hati-hati, semuanya ia lakukan dengan sembunyi-sembunyi dan tertutup rapi.

Tapi sekarang, perangainya telah berubah. Hal ini sangat jelas terjadi karena kemalangan dan pengalamannya beberapa tahun ini yang membuat seorang Hanna Gu yang dulu terlihat hebat dan anggun menjadi hancur berkeping-keping dan menanggalkan sifat aslinya.

Ia berubah menjadi sangat gegabah dan tidak sestabil dulu.

Dengan sifatnya yang seperti ini sekarang, walaupun Hanna Gu berubah menjadi lebih jahat, namun ia lebih mudah ditangani daripada dirinya yang dulu.

Sebenarnya, kali ini Yuni Lim menemui Hanna Gu sama sekali bukan demi melakukan sesuatu terhadapnya atau menginginkan sesuatu darinya. Ia hanya diam-diam memancing.

Grisi itu seperti tentakel ilis yang tidak berbentuk, sewaktu-waktu ia bisa menjulurkan tangannya kepada mereka. Sedangkan satu-satunya yang bisa mereka gali informasinya diam-diam hanyalah Hanna Gu.

Di saat seperti ini, sebenarnya kedua belah pihak tidak ada yang berani bertindak sembarangan.

Pemilihan presiden semakin dekat, baik Candra Gail maupun Grisi bisa campur tangan. Jadi, saat ini mereka tidak bisa langsung melakukan sesuatu terhadap Candra Gail dan grup LK. Semuanya bertarung dalam diam.

Yuni Lim berpikir dalam-dalam dan sungguh-sungguh, ia baru tersadar dari lamunannya saat ponsel di dalam tasnya tiba-tiba berbunyi.

Ternyata Candra Gail yang meneleponnya.

Yuni Lim mengangkat panggilan itu lalu menempelkan ponsel di telinganya: “Urusanmu disana sudah selesai?”

“Kamu dimana?” Suara Candra Gail terdengar datar dan tidak senang.

Yuni Lim langsung tersadar akan sesuatu: “Kamu di kantor?”

Di ujung telepon, Candra Gail hanya terdiam. Yuni Lim langsung memahami maksudnya, membuat pria itu juga memakluminya.

Yuni Lim yang dapat merasakan amarah pria itu langsung melihat ke sekelilingnya, kebetulan ada sebuah taksi yang lewat. Ia menghentikan laju taksi itu dan duduk di dalamnya, lalu baru menjelaskan pada Candra Gai: “Aku akan segera tiba, kita bicara saat bertemu.”

Dengan cepat, taksi itu berhenti di daun pintu grup LK.

Belum juga Yuni Lim turun mobil, ia dapat melihat ekspresi Candra Gail yang berdiri di depan pintu perusahaan.

Pria itu masih tetap mengenakan pakaian serba hitam di sekujur tubuhnya.

Lengan kemejanya sedikit tergulung, kedua tangannya dijejalkan ke dalam kantong celana jasnya. Candra Gail berdiri disana tanpa ekspresi seperti roh penjaga pintu.

Tapi kalau ia memang roh penjaga pintu, ia termasuk ke dalam kategori roh penjaga yang tampan.

Setelah membayar, Yuni Lim turun dari taksi dan kemudian berlari menghampiri pria itu. Ia lalu menggandeng lengan Candra Gail dan berkata: “Maaf, aku tidak tahu kamu akan menjemputku.”

Mata Yuni Lim menangkap gerakan alis Candra Gail yang sedikit terangkat, amarahnya semakin terlihat jelas. Yuni Lim langsung segera mengulurkan tangannya untuk mengelus-elus dada pria itu: “Sudahlah, kita pulang ke rumah dulu saja. Ini sudah larut, dan ada hal yang harus kubicarakan denganmu.”

Candra Gail melirik Yuni Lim sekilas dengan sinis. Walaupun ekspresinya masih terlihat tidak terlalu puas, namun ia tidak menolak. Ia patuh mengikuti Yuni Lim naik ke mobil.

Begitu naik mobil, Yuni Lim langsung sadar diri dan memberitahukan keberadaannya pada Candra Gail: “Aku pergi menemui Hanna.”

Begitu Candra Gail mendengar bahwa Yuni Lim pergi menemui Hanna Gu, hawa marah dalam dirinya langsung mendingin.

Suaranya benar-benar seperti es: “Untuk apa kamu pergi menemuinya! Biar aku saja yang mengurusnya.”

Yuni Lim sedikit menghela napas. Ia tahu Candra Gail pasti akan bersikap seperti ini.

“Kamu jangan bersikap seperti ini setiap kali mendengar aku melakukan hal yang kamu tidak ingin aku lakukan. Aku benar-benar sudah berpikir sangat matang baru memutuskan untuk pergi menemuinya.”

Candra Gail bisa dibujuk namun tidak bisa dipaksa, sehingga Yuni Lim hanya bisa menjelaskan dengan suara tenang.

Setelah mendengar ucapan Yuni Lim, raut Candra Gail tentu saja menghangat.

“Grisi pasti akan ikut campur tangan dalam urusan pemilihan presiden. Dalam kurun waktu ini kamu juga sedang sibuk mengurus ini-itu. Akhir-akhir ini mereka tidak ada waktu untuk menghadapi kita sehingga barulah mereka memunculkan Hanna untuk menarik perhatian kita. Untuk membuat kita tahu bahwa orang mereka terus-menerus mengawasi kita...”

Begitu bicara sampai sini, raut wajah Yuni Lim pun berubah.

Candra Gail juga menyadari perubahan raut wajah Yuni Lim. Ia mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan wanita itu. Gestur yang dilakukan Candra Gail itu membawa rasa tenang.

“Lanjutkan.”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu