After Met You - Bab 460 Kamu Adalah Prinsipku

Yuni Lim sudah hidup terlalu lama di bawah sayap Candra Gail. Secara keseluruhan, pria itu telah menggantikannya membereskan semua hal untuknya, baik hal kecil maupun hal besar.

Ia juga tidak bisa selamanya bergantung padanya.

Sebelum ia datang, perkataan yang diucapkan Candra Gail semua itu jelas-jelas membiarkan Yuni Lim untuk memutuskan hal-hal ini sendiri.

Walaupun sikap ini tidak terlalu mirip dengan karakter Candra Gail, namun Yuni Lim merasa sepertinya pria itu seperti ini demi kebaikannya juga.

Dengan perkataan Yuni Lim ini, selanjutnya rapat berlangsung dengan lancar.

Walaupun beberapa tetua itu menanyakan beberapa hal yang dengan sengaja mempersulit Yuni Lim, namun untungnya sebelumnya ia sudah berada disamping ‘Niko Feng’ selama setahun. Banyak hal yang ia mengerti mengenai perusahaan Marigold.

Ditambah lagi, pasangan hidupnya adalah seorang pebisnis handal. Sudah berada selama ini disamping Candra Gail , Yuni Lim juga sudah mendengar dan melihat banyak hal untuk dipelajari.

Rapat itu berlangsung selama tiga jam dan akhirnya selesai.

Walaupun selama rapat Yuni Lim selalu dipersulit, namun baiknya mereka tidak terlalu keterlaluan menindas Yuni Lim.

Hanya sebuah rapat, namun membuat Yuni Lim lelah begitu dahsyatnya.

Ditambah dengan kondisinya yang sedang datang bulan, pinggang Yuni Lim terasa pegal dan perut bawahnya terasa sakit. Aura sekujur tubuhnya tidak terlalu baik.

Namun, permasalahan belum selesai.

Setelah rapat bubar, semuanya ternyata tidak beranjak pergi.

Orang yang duduk di kursi pertama dibawah Yuni Lim tiba-tiba berujar: “Nona Lim, dimana Direktur Feng? Kenapa tiba-tiba melimpahkan saham kepadamu, sedangkan Direktur Feng sendiri tidak muncul?”

Pertanyaan ini menurut Yuni Lim sama sekali tidak sulit.

“Dari dulu kondisi tubuhnya sudah tidak baik. Ia memiliki penyakit akut, beberapa tahun yang lalu ia pergi berobat di luar negeri. Saat di Malaysia, penyakit lamanya kumat lagi dan kondisinya sekarang kritis. Ia khawatir kalau sampai terjadi suatu hal di luar dugaaan dan ia tidak memiliki waktu lagi untuk mengurus masalah kantor, sehingga ia melimpahkan sahamnya kepadaku.”

Bicara sampai sini, Yuni Lim menolehkan kepala dan melihat raut wajah hadirin lainnya yang duduk. Melihat raut mereka yang seperti tidak peduli, sudut bibirnya pun menyunggingkan seulas senyum dan ia meneruskan: “Tidak peduli bagaimanapun juga, aku juga adalah hasil pengajarannya. Aku adalah keponakan kandungnya dan juga anggota keluarga Feng. Pamanku, ia telah melalui pemikiran yang panjang dan dalam dan merasa bahwa aku bisa menerima tugas ini, itu sebabnya ia melimpahkan perusahaan kepadaku. Kalau para hadirin masih merasa keberatan, kita bicara lagi di rapat berikutnya. Rapat hari ini selesai disini.”

Selesai bicara, Yuni Lim langsung bangkit berdiri dan beranjak pergi.

Begitu keluar dari ruang rapat, ia tidak meninggalkan perasaan apapun dan segera berjalan keluar. Para pengawal yang terus menunggunya di luar pintu mengikutinya dari belakang.

Candra Gail memberikan Yuni Lim pengawal dengan jumlah yang tidak sedikit. Mendengar langkah kaki mereka yang seragam, pastilah mereka telah dilatih dengan baik.

Yuni Lim sendiri masih mengenakan sepatu hak tinggi. Langkahnya terdengar stabil dan tegas, ia merasa dirinya sekarang memiliki aura tersendiri.

Tapi pinggangnya masih terasa pegal, bagian bawah perutnya terasa sakit…

Sepulangnya ia ke hotel, Yuni Lim masuk ke kamar, melepas sepatu hak tingginya, dan berbaring diatas kasur sambil mengerang.

Mata Candra Lim sepertinya mampu menerawang ribuan kilometer jauhnya dan mengetahui bahwa Yuni Lim sudah selesai rapat dan kembali ke hotel. Tepat pada saat itu juga, pria itu meneleponnya.

“Rapatnya sudah selesai? Apakah orang-orang tua itu ada yang menyusahkanmu?” Suara Candra Gail sedikit rendah, nada suaranya luar biasa lembut.

Begitu Yuni Lim mendengar suara pria itu, ia merasa perut bagian bawahnya semakin sakit dan pinggangnya semakin pegal. Candra Gail sepertinya membuatnya manja.

Sebenarnya ia ingin menyombongkan diri kepada Candra Gail, tapi begitu ia membuka mulutnya, nada suaranya sama seperti biasanya: “Ya, para tetua itu memang ingin menyulitkanku, tapi mereka tidak terlalu berlebihan. Secara keseluruhan, semuanya berjalan dengan lancar.”

Selesai bicara, Yuni Lim menunggu selama beberapa detik dan tetap tidak mendapatkan balasan dari Candra Gail. Ia sedang bersiap untuk kembali bicara saat mendengar Candra Gail bertanya padanya: “Kamu marah?”

“Apa?” Yuni Lim tidak langsung mengerti. Mereka sedang mengobrol baik-baik, kenapa Candra Gail tiba-tiba bertanya padanya apakah ia marah atau tidak?

Candra Gail dengan datar menjelaskan: “Aku tahu kamu tidak ingin pergi ke Kota J. Kalau kamu tidak ingin membereskannya, serahkan saja padaku.”

Ternyata pria itu tahu bahwa dirinya tidak ingin datang ke kota J untuk menghadapi masalah Perusahaan Marigold.

“Aku juga tidak tahu siapa yang tadi pagi menasehatiku begitu banyak. Menyuruhku menangani baik-baik masalah Perusahaan Marigold, tapi sekarang malah mengatakan kalau aku tidak ingin menangani, maka serahkan saja padamu. Tuan Gail, sebenarnya bagaimana prinsipmu?”

Walaupun Yuni Lim berkata demikian, namun ia merasa manis di dalam hatinya.

Candra Gail membalasnya datar: “Kamu adalah prinsipku.”

Yuni Lim merasa pembuluh darahnya kosong seketika, jantungnya disaat ini sepertinya juga langsung berhenti berdetak.

Lama ia tidak bicara, Candra Gail kembali bertanya padanya: “Kalau tidak marah, lalu kenapa?”

Harus dikatakan, kepekaan Candra Gail benar-benar menakutkan. Yuni Lim yakin nada suaranya sangat biasa, namun ternyata ketidaklazimannya masih tertangkap oleh Candra Gail.

“Aku hanya merasa lelah, sisanya tidak ada masalah. Kamu? Apakah tubuhmu bermasalah?” Dibandingkan dengan virus k1lu73 yang ada di dalam tubuh Candra Gail, lelah dan rasa sakit yang dirasakannya ini sama sekali bukan apa-apa.

“Obat... Benar-benar ada gunanya. Untuk sementara ini aku tidak merasakan apa-apa.”

Tidak ada yang tidak tepat dalam jawaban Candra Gail. Walaupun Yuni Lim khawatir, tapi ia juga tidak berdaya. Ia hanya bisa menasehati pria itu untuk menjaga kesehatannya. Yuni Lim sangat ingin sekarang juga terbang pulang.

Tidak lama berselang setelah menutup telepon, Yuni Lim mendengar ada orang yang mengetuk pintu.

Yuni Lim hanya bisa merambat di kasur dan bangkit berdiri untuk membuka pintu.

Yang mengetuk pintu adalah pelayan hotel.

“Nona Lim, tuanmu menyuruh kami untuk mengantarkan ini untukmu.” Sambil pelayan itu bicara, ia sambil menyerahkan seteko air gula merah dan air hangat yang ada di kereta dorong kepada Yuni Lim.

Yuni Lim menerima barang-barang yang diberi pelayan itu lalu termangu: “Tuanku?”

“Iya, tuanmu sangat romantis.” Pelayan itu berkata sambil tersenyum, raut di wajahnya adalah raut iri.

Pelayan itu memiliki kesan terhadap tamu di kamar 7023 ini. Dua kali sebelumnya, mereka seperti sepasang suami istri tinggal disini dan memberikan orang lain perasaan mereka saling mencintai. Walaupun mereka tidak menampilkannya terang-terangan, mereka yang hanya saling bergandengan tangan keluar pintu saja sudah membuat orang lain merasa mereka penuh cinta.

Terlebih lagi tuan itu, ia terlihat sangat mencintai istrinya.

Telepon Candra Gail sebelumnya di resepsionis,sekarang sudah menyebar luas diantara pegawai wanita hotel. Benar-benar iri. Terpisah begitu jauh namun masih sangat menempel. Pria itu juga masih ingat masa menstruasi istrinya. Pria seperti ini sudah jarang sekali ditemui.

Yuni Lim tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pelayan itu, namun ia memikirkannya di dalam benaknya dan akhirnya mengerti apa yang terjadi.

Candra Gail sebelumnya dapat mendengar nada bicara Yuni Lim yang janggal dan wanita itu pun tidak bicara banyak. Yuni Lim juga tidak mengatakan bahwa tubuhnya tidak terlalu nyaman kepada Candra Gail. Karena pada dasarnya mereka terpisah begitu jauh, walaupun ia mengatakannya, apa yang bisa diperbuat pria itu?

Tapi melihat keadaannya sekarang, sepertinya apa yang dipikirkannya salah.

Ia tidak tahu bagaimana dengan pria lain, tapi Candra Gail, tidak ada hal yang tidak mungkin dilakukan yang tidak terpikirkan pria itu.

“Terima kasih.”

“Sama-sama. Kalau masih ada keperluan lain, silakan menghubungi kami kembali.”

Yuni Lim hanya merasa hatinya masam. Setelah mengucapkan terima kasih, ia membalikkan tubuhnya dan kembali ke kamar.

Ia meletakkan barang-barang di dalam tangannya dan mengambil ponselnya. Saat itulah Yuni Lim melihat ada pesan masuk di layarnya.

Ternyata pesan itu Candra Gail yang mengirimnya: Istirahatlah baik-baik setelah minum air gula merah, tidak perlu telepon balik.

Pandangan Yuni Lim perlahan-lahan menjadi kabur, ia mengusap matanya sebelum akhirnya membalas pesan Candra Gail: Baiklah, aku tahu. Terima kasih sayang.

Setelah pesan itu terkirim, tidak lama berselang ada pesan baru yang datang: Istirahat.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu