After Met You - Bab 71 Beri Aku Ukuran Yang Paling Besar

Yuni Lim sibuk mencari kantung es untuk mengompres kepala laki – laki itu, bersiap berhenti mencari dan pergi menelpon, tetapi tangannya ditahan oleh Candra Gail.

Suaranya terdengar kecil dan lemah: “Jangan mengantar aku ke rumah sakit, jika tidak aku akan membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaan Lim….”

Setelah Yuni mendengar kalimatnya, memelototinya: “Ini sangat tidak masuk akal!”

Jika bukan karena lelaki itu sakit di rumahnya, dia juga malas untuk mengurusinya, masih mengancamnya untuk tidak boleh mengantar dia ke rumah sakit!

“Jika aku berbicara akan menepatinya…” matanya hampir tidak terlihat, suaranya kecil hampir tidak terdengar.

Sudah sakit seperti ini, masih saja mengancamnya.

Dia berlari keluar untuk menelpon Andrea: “Bisakah kamu menjemput bos mu pulang?”

“Maaf, nona Yuni, aku tidak bisa meninggalkan adikku sendiri….”

Suara Asisten Andrea terdengar sedikit kesulitan, juga terdengar bersalah.

Jika adik dibandingkan dengan bos, tentu saja adik lebih penting, Andrea masih bisa berkata apa?

“Semoga adikmu lekas sembuh.” Yuni Lim mematikan teleponnya.

Andrea juga mematikan teleponnya, di depan dadanya, ia menyilangkan tanda salib.

Jika ingin menyalahkan maka salahkan saja bosnya, yang kemarin sudah memperingatkannya, jika menerima telepon dari nona Yuni, apa pun yang dikatakannya jangan dipedulikan.

………

Yuni menutup teleponnya, kembali ke ranjang untuk menemani Candra.

Ia menyentuh mukanya: “Candra.”

Candra langsung memegang tangan perempuan itu: “Iya.”

“Apakah kamu bisa di rumah? Aku memanggil doktermu kemari, setelah itu aku akan membelikan beberapa pakaian untukmu.” Yuni melihat mukanya yang terlihat lemah, mengerutkan dahinya sedikit.

Biasanya lelaki yang sangat bersemangat itu, tiba – tiba jatuh sakit, membuat orang merasa kasihan.

Juga tidak tahu apakah lelaki itu mendengar jelas kalimatnya, hanya dengan suara kecil menjawab: “Iya.”

Yuni merasa khawatir lalu memegang dahinya lagi, berkat kantong es tadi, sekarang dahinya sudah tidak terlalu panas, tetapi dia tahu dia harus tetap mencari dokter.

Dia menyelimuti lelaki itu, memutar badan bersiap untuk pergi, terdengar kalimat yang diucapkan laki – laki itu secara jelas: “Jangan lupa membelikan yang dipakai di dalam…..”

“……..” Yuni berhenti sejenak, memutar badan mengambil tas lalu pergi keluar.

Mendengar suara pintu tertutup, Candra yang terbaring di ranjang pelan – pelan membuka matanya, kepalanya sangat pusing, tetapi karena pengalamannya berkelana bertahun – tahun, membuat dia walaupun demam, juga dapat tetap tersadar.

Setelah memastikan Yuni sudah keluar, dia bangkit dari ranjang, sambil memegang dinding berjalan ke arah kamar mandi, dia ingin mandi.

……..

Yuni khawatir Candra berada di rumah sendiri, jadi bergerak lebih cepat.

Setelah masuk ke supermarket langsung membeli dua set pakaian tidur, dua set pakaian biasa.

Saat membawa belanjaannya, tiba – tiba teringat kata – kata yang diucapkan Candra sebelum ia pergi.

Ia terpaksa kembali lagi.

“Nona, apa lagi yang kamu butuh kan?”

“celana…. Celana… dalam.”

Muka Yuni terlihat aneh, berbicara dengan terbata – bata.

Untungnya pelayan itu dapat mengerti, sambil tersenyum: “apakah kamu membelikannya untuk suamimu? Ukuran apa yang dia pakai?”

Ukuran apa?

Candra pakai ukuran apa?

Muka Yuni memerah, mana dia tahu Candra memakai ukuran apa?

Pelayan itu melihat muka Yuni, senyum di wajahnya menghilang: “tingginya berapa? Biasanya ukuran pinggang yang dipakainya.”

“Sepertinya mendekati 190cm.” ucapnya tidak yakin, tetapi setiap kali ia berdiri di hadapannya selalu merasa dirinya sangat pendek, setelah dipikir – piker, terpaksa mengatakan: “Ambilkan ukuran yang paling besar saja.”

Setelah pelayan mendengar kata – katanya, tersenyum dengan makna, mengambil dua ukuran celana dalam laki - laki yang paling besar.

Yuni membayar, seperti dikejar hantu, berlari keluar dari supermarket.

Setelah kembali ke mobil, dia mengetok kepalanya ke setiran mobil.

Dia tidak pernah merasa semalu ini!

Ini semua karena Candra brengsek!

Tetapi brengsek itu masih sakit di rumahnya, dia meminta dokter di klinik untuk pergi ke rumahnya mengobati Candra.

……

Saat dia dan dokter kembali ke rumah, Yuni teringat Candra masih belum memakai pakaiannya, maka dia meminta dokter untuk duduk di ruang tamu terlebih dahulu, dia membawa kantong belanjaannya masuk terlebih dahulu.

Seperti saat dia pergi tadi, Candra masih terbaring di atas ranjang.

Dia menggerak – gerakkan Candra, laki – laki itu membuka matanya sedikit.

Yuni melemparkan bajunya kepada dia: “pakailah, dokter sudah datang.”

“Iya.” Candra menjawabnya, tetapi tidak bergerak sedikit pun.

Yuni melihatnya sekilas, tiba – tiba menyadari rambutnya basah semua, mengerutkan dahi dan bertanya: “Kamu sudah mandi?”

Candra tidak menjawab, berarti sudah mengiyakan.

“Apakah kamu masih merasa sakitmu tidak terlalu parah?” dia keluar mencarikan dokter untuknya, dia malah enak, sudah demam masih pergi mandi.

Karena sakit, matanya menjadi berair, yang sangat aneh terlihat lembut: “ Aku tidak apa –apa.”

Yuni Lim langsung berteriak kepadanya: “Diam!”

Candra mendengar katanya, langsung terdiam.

Yuni dengan kasarnya membantu dia mengganti baju, celananya langsung dilemparkan kepadanya: “terserah kamu mau pakai atau tidak.”

Setelah itu dokter berjalan masuk,

Dokter memasang air infus untuknya, meninggalkan obat, lalu memberi tahu Yuni makanan apa yang harus diperhatikan.

Sebenarnya meskipun tidak diberitahu juga Yuni sudah paham, karena saat dia di luar negeri, demam juga tidak dapat dihindari.

Dia menelpon ke kantor untuk meminta ijin, tinggal di rumah untuk menjaga Candra.

Setelah 2 jam berlalu dia mengukur suhu badan Candra.

Lalu memesan makanan untuk makan sore, setelah makan, dia mengukur lagi suhu badannya, setelah mendekati suhu normal, dia merasa sedikit tenang, lalu naik ke sisi ranjang dan tidur.

……

Saat bangun, dia mendengar orang berbicara dengan suara kecil dari kamar.

Dia membalikkan badannya…. Tunggu, membalikkan badan?

Yuni Lim langsung terduduk, menyadari hanya ada dirinya sendiri, tidak ada seorang pun di sebelahnya.

Candra yang sedang menelpon berdiri di depan jendela, setelah mendengar ada pergerakan dari arah belakang, memberi tahu kalimat terakhir kepada orang yang di telepon dengan suara lembut, lalu memutar badannya berjalan ke arah perempuan itu.

Sedangkan Yuni memperhatikan suara Candra saat menjawab telepon, terdengar lembut.

Dia pernah memperhatikan saat lelaki itu menjawab telepon dari Alex dan Andrea, juga Secara tidak disadari terdengar lembut?

Hati Yuni tiba – tiba kaget.

“Sudah bangun? Apakah kamu lapar?”

Candra memakai baju tidur yang dibelikannya, rambutnya yang hitam, mukanya yang putih, putih dan hitam yang jelas, seperti laki – laki yang berjalan keluar dari komik.

Dia mengulurkan tangannya membantu merapikan rambutnya yang acak – acak kan: “Kamu ingin makan apa biar aku bantu buatkan.”

Yuni tercengang mendengar suaranya yang bagus itu, baru menjawab: “Kamu masih sakit.”

“Tidak apa – apa, aku sudah sembuh.”Candra tersenyum, menatapnya dengan tatapan lembut.

Yuni terpikirkan saat dia mengangkat telepon tadi, mengontrol raut mukanya, turun dari ranjang dan tidak lagi melihat dia: “Kalau sudah sembuh maka pulanglah.”

Yuni berbicara, sambil ia berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah dia selesai mandi, membuka pintu kamar mandi dan menyadari kamarnya kosong, hatinya sedikit kecewa.

Maju dua langkah ke depan, terdengar suara “duang duang” dari arah dapur.

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu