After Met You - Bab 653 Kamu Suruh Mereka Berhenti

Andrea menghela napas dalam hati, tidak ada perubahan sedikitpun pada raut wajahnya. Seolah-olah ia hanya menerima perintah yang sangat mudah untuk dikerjakan: “Aku tahu.”

Setelah itu, panggilan pun diputus.

Andrea belum sempat memasukkan kembali ponselnya ketika ia sudah mendengar celotehan Yuni Lim yang menyerang seperti bombardir senjata: “Telepon dari Candra? Ia bilang apa? Apa ia sudah selesai dengan urusannya disana?”

Andrea menjawab dengan raut serius: “Bos hanya bertanya apakah kita sudah sampai di bandara atau belum karena identitas tamu kali ini sangat khusus. Jadi, ia memberikan perhatian yang lebih.”

Yuni Lim mengangguk-angguk, kemudian melepaskan sabuk pengaman: “Tamu itu sudah sampai? Kita turun sekarang?”

“Ya, tamunya sudah sampai.”

Sambil bicara, Andrea juga ikut melangkah turun dari mobil.

Mereka berdua berjalan di depan, beberapa pengawal mengikuti dari belakang.

Dalam kurun waktu belakangan ini, asalkan Yuni Lim bukan keluar dengan Candra Gail, pasti akan ada beberapa pengawal yang mengikutinya. Ia sudah terbiasa, ini bukan sesuatu yang spesial.

Sebelumnya di dalam mobil, Yuni Lim hanya melihat asal sekilas saja. Ia tidak terlalu memperhatikan bahwa yang ia tuju bukanlah bandara internasional. Sekarang, barulah ia menyadarinya.

Wajah Yuni Lim menyiratkan raut yang tidak mengerti. Ia baru saja mau bertanya saat Andrea sudah lebih dulu menjelaskan: “Tamu itu naik pesawat pribadi.”

Semakin lama, Yuni Lim semakin penasaran dengan identitas tamu ini.

Awalnya, Yuni Lim masih ingin memastikan pada Andrea apakah ia benar-benar tidak tahu informasi mengenai tamu itu. Tapi melihat wajah Andrea yang serius, Yuni Lim pun tidak jadi bertanya.

Yuni Lim mengikuti Andrea masuk ke dalam bandara dan melihat sebuah pesawat pribadi yang terparkir disana.

Sebaris pengawal berdiri berbaris di kedua sisi gerbang keberangkatan, dan atmosfir di sekitar semakin lama terasa semakin berat.

Yuni Lim pun akhirnya menghentikan langkahnya.

Andrea sangat waspada, ia dapat merasakan Yuni Lim yang berhenti melangkah di belakangnya. Ia kemudian menoleh dan menatapnya: “Nyonya, ada apa?”

Yuni Lim langsung mengutarakan pemikiran yang ada di dalam hatinya: “Ada apa ini? Sebenarnya kita datang menjemput siapa? Gilbert?”

Tebakan ini sedikit lancang, namun bukan tidak beralasan.

Andrea dan Candra Gail tidak membocorkan informasi apapun tentang ‘tamu’ ini. Akhir-akhir ini, Candra Gail juga tidak henti-hentinya berkata bahwa Yuni Lim akan secepatnya bertemu dengan Gilbert Lin.

Dengan detail ini, mau tak mau pikiran Yuni Lim pun mengarah kesana.

Tapi, ada sesuatu yang terlalu tidak mungkin.

Pada dasarnya, sekarang adalah waktu yang sensitif. Menjemput Gilbert dan membawanya kesini merupakan sebuah tindakan yang sangat berbahaya dan tidak menguntungkan sama sekali. Candra Gail bukanlah orang yang tidak berotak seperti itu.

“Nyonya, kita juga sudah sampai disini. Ikutlah denganku untuk pergi melihat. Bukankah kalau sudah melihat, nyonya akan tahu siapa yang datang?” Entah apakah karena alasan mereka sudah sampai di bandara, namun raut wajah Andrea yang semula serius sudah lebih tenang dan hangat.

Yuni Lim tahu Andrea juga hanya melakukan sesuai perintah yang diterimanya. Kemarin saat Candra Gail memintanya untuk membantunya menjemput tamu, suara pria itu juga begitu tulus. Sekarang karena Yuni Lim sudah sampai di bandara, ia hanya bisa naik pesawat.

Akan tetapi, tamu ini sepertinya benar-benar sombong. Sudah sampai bandara saja tetap tidak bersedia turun dari pesawat.

Andrea bergeser ke samping: “Nyonya, silakan berjalan di depan.”

Yuni Lim tidak menolak, ia langsung melangkah ke depan.

Saat Yuni Lim melangkah naik ke pesawat, perasaan janggal menyerang hatinya.

Perasaan ini semakin lama semakin mengental, membuat langkah Yuni Lim sendiri melambat.

Raut wajah Andrea yang berjalan di belakang Yuni Lim menyiratkan kepanikan. Tapi ia sebisa mungkin menundukkan kepalanya, menyembunyikan dan menutup ekspresi yang terpampang di wajahnya.

Yuni Lim percaya akan firasatnya sendiri, pasti ada sesuatu yang salah!

Ia menghentikan langkahnya dan saat baru saja akan menoleh, muncul seseorang yang terlihat seperti pengawal berjalan keluar dari pintu pesawat.

Sorot matanya jatuh pada Yuni Lim: “Maaf, apakah ini dari grup LK?”

“Ya.” Yuni Lim mengangguk.

“Tuan kami sudah lama menunggu kalian, silakan masuk ke dalam.” Pengawal itu mundur ke samping dan membuat gestur mempersilakan dengan tangannya.

Yuni Lim hanya berjarak beberapa langkah dari pintu pesawat. Meskipun hatinya ragu, namun ia masih tetap melangkah naik.

Walaupun ia merasa ada yang aneh, namun ia tetap mempercayai Candra Gail.

Apalagi, kemarin pria itu sangat bahagia.

“Silakan ikut denganku.”

Begitu Yuni Lim masuk, pengawal itu menuntunnya untuk berjalan masuk ke dalam. Andrea membuntuti dengan lekat dari belakang.

Pesawat pribadi tidak sebesar pesawat komersial, namun dekorasi di dalamnya adalah yang terbaik.

Yuni Lim menoleh untuk melihat Andrea yang berjalan di belakangnya. Ia tidak ragu karena ada pria itu yang ikut berjalan masuk dengannya.

Ia belum sempat berjalan jauh ketika ia mendengar bunyi ‘KLAK!’ dari belakangnya.

Bunyi itu sangat kencang dan bukan merupakan bunyi yang aneh. Itu adalah bunyi pintu pesawat yang ditutup.

Yuni Lim sontak menghentikan langkahnya, menyadari apa yang ia rasa aneh.

Kalau bagi Candra Gail tamu ini benar-benar sangat penting, demi menunjukkan ketulusannya, Candra Gail pasti akan datang menjemputnya sendiri. Atau ia akan datang bersama dengan Yuni Lim, bukan menyuruhnya datang dengan Andrea.

Hari ini adalah hari pertama pemilihan presiden. Candra Gail pasti akan sangat sibuk, jadi kemungkinan besar ia tidak dapat meluangkan waktu. Tidak ada yang perlu dicurigai dari hal ini.

Akan tetapi, dari dulu Candra Gail adalah orang yang penuh pertimbangan dan merencanakan semuanya dengan baik. Kalau ia tahu hari ini tidak bisa meluangkan waktu, ia pasti akan lebih dulu mengatur pertemuannya dengan ‘tamu’nya itu di lain waktu.

Tentu saja, yang perlu diingat dari semua ini adalah jika ‘tamu’ siapapun itu memang nyata.

Perjalanan LK sampai hari ini, benar-benar membuat tamu yang pantas dijemput sendiri oleh Candra Gail bukannya tidak ada, melainkan benar-benar sedikit.

Dalam kurun waktu belakangan ini, Candra Gail sangat sibuk. Walaupun Yuni Lim sebagai sekretarisnya biasanya membantu Candra Gail mengurus beberapa hal, namun ia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang pria itu kerjakan.

Yuni Lim sontak menoleh dan sorot matanya yang tajam menatap Andrea: “Sama sekali tidak ada tamu apapun, bukan?”

Andrea sudah menyuruh orang untuk menutup pintu pesawat. Pesawat sudah meluncur ke depan, bersiap untuk lepas landas.

Sepanjang perjalanan ini, Andrea terus merasa khawatir tujuan Candra Gail yang sebenarnya akan ketahuan oleh Yuni Lim, membuatnya terus gemetar ketakutan. Tapi sekarang, karena Yuni Lim juga sudah mengetahuinya, ia merasa jauh lebih tenang.

Yuni Lim mengontrol dirinya sendiri untuk tetap tenang, tapi ia tidak bsia tenang.

Tanpa menunggu jawaban dari Andrea, Yuni Lim kembali berujar: “Candra mau memulangkan aku dan ia membohongiku. Sama sekali tidak ada tamu apapun. Acara perkumpulan semalam, ekspresinya yang begitu senang juga palsu. Semua hanya untuk membuatku semakin mempercayainya saja!”

Kata-kata pertama Yuni Lim ucapkan seperti sedang bertnaya pada Andrea. Tapi kata-kata setelahnya seperti ia katakan pada dirinya sendiri.

Tidak salah, memang benar seperti itu.

Candra Gail ingin membohonginya, sedangkan ia sendiri sama sekali bukan tandingannya.

Tidak ada hal yang tidak dapat Candra Gail lakukan saat ia menginginkan sebuah hal terjadi.

Saat Yuni Lim sedang menimbang-nimbang, laju pesawat pun semakin lama semakin cepat. Ia menjulurkan tangan ke dinding di sampingnya untuk menopang dan menyeimbangkan tubuhnya: “Suruh mereka berhenti, aku mau turun!”

Andrea tanpa ragu menjawab: “Tidak boleh.”

Tepat pada saat itu, Yuni Lim baru menyadari ada segerombol pengawal yang entah sejak kapan berdiri di belakang Andrea. Sangat jelas mereka ingin menahannya.

Pesawat mulai berguncang, menandakan mereka mulai lepas landas.

Raut wajah Yuni Lim berubah. Ia langsung menghampiri Andrea dan mendorong pria itu, lalu berlari menuju arah pintu pesawat.

Para pengawal itu segera menahannya.

“Andrea, suruh mereka berhenti! Aku mau turun! Aku tidak bisa pulang di saat seperti ini. Kalau aku pulang, bagaimana dengan Candra?” Suara Yuni Lim sedikit gemetar.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu