After Met You - Bab 523 Siapa Pemenangnya

Yuni Lim tiba-tiba menyadari sesuatu dan buru-buru mengatakan: “Aku sangat merindukanmu dan Gilbert.”

Begitu Candra Gail mendengarnya, ia pun mendengus dingin dan mengigit pelan daun telinga wanita itu lalu berkata: “Berani sekali kamu. Apa yang tidak kuperbolehkan kamu lakukan malah kamu lakukan. Gilbert jauh lebih penurut darimu.”

Yuni Lim menelan ludah, suaranya sedikit bergetar: “Ti… Tidak kok…”

“Masih bilang tidak? Kalau kamu mendengarkan perkataanku, bagaimana sekarang kamu bisa ada disini?” Sambil bicara seperti ini, Candra Gail akhirnya melepaskannya.

Yuni Lim yang mendapat kebebasan pun melangkah maju dua langkah. Ia baru saja akan menoleh dan melihat pria itu ketika dirinya tidak sempat mengelak dibopong oleh pria itu dan dilempar ke atas ranjang.

Walaupun kasur itu sangat empuk, namun Yuni Lim masih termenung selama beberapa detik setelah akhirnya ia terjatuh karena tenaga yang besar itu. Barulah ia akan kembali memanjat naik dan berkata: “Masih ada yang ingin kukatakan…”

Candra Gail mengulurkan jarinya dan menekan bibir wanita itu, suaranya terdengar serak: “Apapun yang masih ingin kamu katakan sudah terlambat. Hari ini aku harus menghukummu karena kamu tidak mendengarkanku.”

Selesai bicara, pria itu mulai menggerayapi pakaian Yuni Lim.

“Hei, kamu… Hmph…” Kata-kata selanjutnya yang Yuni Lim tidak sempat katakan seluruhnya ditelan oleh Candra Gail.

Padahal ia benar-benar memiliki banyak hal yang ingin dibicarakan.

Misalnya, bagaimana pria itu bisa sangat cepat sampai, di kota Malaysia harusnya masih banyak hal yang harus diurus. Begitu juga Gilbert Gail kenapa tidak datang bersamanya…

Akan tetapi, ia hanya bisa menunggu sampai semuanya selesai baru pertanyaan-pertanyaan itu bias ditanyakan kembali pada Candra Gail.

Alhasil, saat dirinya terbangun, senja sudah menyongsong.

Kamar yang ditempatinya ini memiliki pencahayaan yang sangat baik. Sinar matahari terbenam masuk melalui luar jendela dan menyinari dengan hangat. Seluruh benda di dalam kamar menjadi warna keemasan.

Bisikan yang terdengar di telinga adalah hembusan napas Candra Gail yang tenang dan panjang.

Yuni Lim bergerak dengan sangat perlahan untuk membalikkan tubuhnya. Namun tidak disangka, tangan besar yang merangkul pinggangnya mengetatkan eratannya berlipat ganda.

Ia memutar kepalanya dan melihat wajah Candra Gail yang sangat amat dekat dengannya. Yuni Lim pun tidak tahan untuk tidak mengulurkan tangannya dan menyentuh alis Candra Gail yang sedikit bertaut.

Sudah selama setengah bulan tidak berjumpa, pria itu terlihat lesu dan lelah. Wajahnya juga terlihat kurus.

Tangan Yuni Lim yang berada di alis meluncur ke bawah dan saat menyentuh pucuk hidung Candra Gail, tangannya ditangkap oleh seseorang.

Candra Gail setengah memicingkan mata menatap Yuni Lim, suaranya terdengar serak karena baru bangun tidur. Ia meletakkan tangan wanita itu di pinggir bibirnya sendiri dan mengecupnya, baru bertanya: “Jam berapa?”

Yuni Lim mengulurkan tangan dan meraba di ruang kosong di sebelahnya. Ternyata ia meraba sebuah jam tangan.

Karena sebelumnya Candra Gail terlalu tergesa-gesa, jadi semua barang yang melekat di tubuh baik pakaian dan aksesoris lainya semua ditarik kemana-mana.

Teringat tentang hal ini, wajah Yuni Lim pun tak terelakkan memerah. Barulah setelah itu ia dengan sungguh-sungguh melihat jam.

“Sebentar lagi jam enam.” Musim panas memiliki waktu siang hari yang lebih panjang dibanding malam. Sekarang ini barulah sinar matahari perlahan-lahan terbenam.

“Makan malam dengan Jeremy jam 8 malam, kita masih bisa tidur satu jam lagi sebelum harus bangun.” Candra Gail terlihat sangat lelah, ia masih sedikit menutup kedua matanya. Ia mengulurkan tangan dan membawa wanita itu masuk dalam pelukannya.

“Aku tidak ingin tidur lagi.” Yuni Lim meronta-ronta kecil dalam pelukannya.

Beberapa hari ini ia tidur cepat dan bangun pagi. Siang hari pun hanya tidur sejenak sehingga sekarang ini ia sama sekali tidak mengantuk.

Yang jelas karena sebentar lagi akan pergi, lebih baik sekarang ia bangun dan pergi jalan-jalan keluar.

“Temani aku tidur sebentar. Setelah keluar aku tidak pernah tidur… Selalu khawatir…” Semakin kebelakang, suara Candra Gail yang mengucapkan kata-kata itu semakin kecil sampai akhirnya menghilang.

Sudah tiga-empat hari berlalu sejak ia keluar. Apa itu berarti pria itu tidak tidur selama ini?

Apakah Candra Gail terburu-buru bergegas dating ke Negara J karena mengkhawatirkannya? Apalagi perjalanan pun memakan waktu belasan jam…

Tapi Candra Gail kan tidak bodoh, ia pasti juga dapat menebak tujuan Marco Gail membawanya datang ke Negara J. Yuni Lim tidak tahu apa yang dikhawatirkan pria itu.

Karena perkataan Candra Gail, hati Yuni Lim pun tentu saja melunak. Ia tidak tega untuk mengganggunya, sehingga akhirnya ia hanya bisa menemaninya berbaring.

Sampai pada akhirnya jam menunjukkan pukul tujuh. Yuni Lim bersiap untuk bangun dan pergi mandi terlebih dahulu, lalu menyiapkan air untuk pria itu. Namun alhasil, seperti ada alarm dalam dirinya, Candra Gail sudah terbangun.

“Sudah jam tujuh?” ujar Candra Gail linglung, lalu duduk diatas ranjang.

Rambutnya sangat pendek dan tertata sangat rapi walaupun baru bangun tidur. Berkat tidur selama beberapa jam, warna wajahnya terlihat jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Yuni Lim memeluk selimut dan duduk disisinya: “Ya.”

Candra Gail memutar kepalanya dan melihat Yuni Lim sekilas. Ia lalu mengulurkan tangan dan meraba pucuk kepala wanita itu kemudian menggunakan nada suara untuk merayu anak kecil dan berkata: “Pergilah mandi.”

Wajah Yuni Lim pun memerah entah mengapa: “Kamu duluan saja yang mandi.”

Candra Gail menatapnya lurus selama beberapa detik, kemudian berkata: “Kalau begitu mandi bersama saja.”

Ia tidak memberikan Yuni Lim kesempatan untuk menolak. Candra Gail membalikkan tubuh dan turun dari kasur sambil menggendong Yuni Lim masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah kedua orang itu keluar dari kamar mandi, seisi kamar terlihat seperti baru.

Keporakporandaan yang sebelumnya diperbuat olehnya dan Candra Gail sudah dirapikan dan dibersihkan.

Setelah kedua orang itu selesai berganti baju dan keluar kamar, Yuni Lim baru memiliki kesempatan untuk bertanya pada Candra Gail mengenai Gilbert Gail.

Begitu Yuni Lim masuk dan duduk dimobil ia langsung bertanya padanya: “Kamu datang seorang diri? Mana Gilbert?”

Candra Gail mencondongkan tubuhnya ke arah Yuni Lim untuk memasangkan sabuk pengaman untuknya, raut wajahnya tenang dan dingin: “Kuserahkan pada Alex untuk dijaga.”

Begitu Yuni Lim mendengarnya, hati kecilnya pun merasa sedikit tenang.

Berdasarkan firasatnya, ia merasa Gilbert Gail akan jauh lebih baik ditinggal di dalam negeri dibandingkan datang ke Negara J.

Yuni Lim kemudian teringat bahwa memang benar ia tidak mendengarkan perkataan Candra Gail dan dengan suara rendah berkata: “Maaf.”

“Walaupun kamu tidak berbuat seperti ini, aku juga masih akan kembali ke istana Morgen Wen. Tidak perlu banyak berpikir.” Candra Gail mengusap-usap kepala Yuni Lim, bergulir emosi yang tidak biasa disudut matanya.

“Hanya saja ada satu hal yang harus dihukum. Kamu tidak seharusnya begitu mudah percaya kepada Marco Gail.” Ia mengulurkan tangan dan mencubit hidung Yuni Lim dengan sedikit tenaga.

Yuni Lim pun mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan tangan pria itu: “Sakit…”

“Kalau tahu sakit, maka kamu harus mengingatnya untuk jangka waktu yang panjang.” Candra Gail mendengus dingin lalu melepaskan tangannya. Mobilnya disetir menuju tempat janjian dengan Jeremy Gail.

Sebenarnya sedari Candra Gail keluar dari tempat tahanan hari itu, setelah ia tahu bahwa Yuni Lim ikut dengan Marco Gail ke Negara J, waktu itu ia sangat teramat marah.

Tapi, dengan cepat ia pun tenang kembali.

Masalah ini sudah berjalan sampai tahap seperti ini, maka harus ada salah satu pihak yang berinisiatif bergerak ataupun mengalah.

Kalau masalah diantara dirinya dan Marco Gail tidak sepenuhnya dituntaskan, selamanya hidupnya tidak akan pernah damai. Kesabaran Marco Gail ternyata lebih baik dibanding yang ia bayangkan.

Awalnya Candra Gail berpikir bahwa dengan masalah yang sudah berlalu dua tahun lalu, secara implisit ia dan Marco Gail sudah mencapai kesepakatan untuk saling tidak mencampuri urusan satu dengan yang lainnya. Tapi kenyataannya membuktikan bahwa ini hanyalah pikirannya saja.

Lagipula kakek buyutnya yang baik sepertinya juga terlalu percaya diri.

Ada kalanya dimana jika pihak lawan tidak mengambil inisiatif terlebih dahulu, maka mereka akan kehilangan kesempatan.

Masalah semacam ini tidak akan bisa dipastikan siapa pemenangnya jika tidak sampai akhir.

“Tempat biasa” yang dibicarakan Jeremy Gail ternyata tidak jauh, tempatnya berada di sebuah restoran yang biasa. Luas areanya sangat kecil, dekorasinya juga tidak terlalu apik.

Setidaknya dari sepenglihatan Yuni Lim, tempat seperti ini dalam arti tertentu tidak terlalu cocok untuk status Candra Gail dan Jeremy Gail.

Ia benar-benar sangat penasaran dengan hubungan kedua orang ini.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu