After Met You - Bab 249 Jangan Mendengarnya, Juga Jangan Mempercayainya

“Lepaskan.”

Raut wajah Yuni ketakutan melihat Ferry, dia juga tidak tahu bagaimana mungkin orang yang sedang terluka bisa mempunyai kekuatan sebesar ini.

Yuni diam-diam bersikap seperti biasa, dia juga sepenuhnya tidak bisa melepaskan genggamannya.

Orang-orang didalam lobby berjalan kesana-kemari, sudah banyak orang yang sudah mengenali Ferry dan Yuni.

“Kamu masih belum menjawab pertanyaanku.”

Wajah Ferry memperlihatkan ekspresinya yang keras kepala, menggenggam tangan Yuni sangat erat dengan sekuat tenaga.

“Kamu lepaskan aku dulu.” Wajah Yuni terlihat marah.

Dia sudah lama tidak memiliki perasaan apapun lagi terhadap Ferry, saat itu juga, dia justru merasa sedikit benci.

“Apanya yang bagus dari Candra? hingga membuatmu begitu terpesona padanya? lebih baik kamu bersamaku? aku pulang lalu menggugat cerai Yessica bagaimana? apalagi pernikahan aku dan dia juga karena terpaksa.”

Ferry tiba-tiba tertawa.

Masih mending suaranya tidak begitu besar, hanya mereka berdua yang bisa mendengar obrolannya.

Raut wajah Yuni terkejut melihat Ferry, apakah dia sudah gila?

Cerai dan lalu bersama dia?

Kebetulan saat itu, Ferry yang terus menggenggam tangan Yuni tanpa melepaskannya sedikit pun, tiba-tiba dia melepaskan tangan Yuni, tubuhnya sempoyongan lalu tergeletak di atas sofa sebelahnya.

Yuni mengembalikan pandangan dari rasa herannya, sekalinya menengadah ke atas dia langsung berhadapan dengan wajah Candra yang murung.

Dia membuka mulut, tetapi saat itu juga tidak tahu ingin berkata apa.

Candra juga tidak memberikan kesempatan untuk menjelaskan kepadanya.

Dia menghempaskan tangan Yuni dan langsung berjalan melangkah ke luar.

Langkah kakinya sangat terburu-buru, Yuni berlari hingga bisa mengejarnya.

Berjalan beberapa langkah, Yuni memikirkan sesuatu lalu dengan segera menengok ke belakang, kebetulan dia berhadapan dengan wajah Kakek Marco yang murung, bahkan di belakangnya ada Darwin, tatapan matanya juga sedikit aneh.

……………………

Saat kembali ke mobil, Candra hanya terdiam sambil menyetir mobil.

Yuni bisa merasakan amarah yang keluar dari dalam diri Candra.

Berada didalam mobil itu membuat penumpangnya sangat tertekan, selang beberapa menit kemudian, entah darimana asalnya asap rokok itu, terhisaplah satu hembusan.

Bau rokok mulai tersebar ke seluruh bagian mobil yang ruangannya sempit.

Bau tersebut tercium sampai ke hidung Yuni dan membuatnya sangat tersiksa, dia tidak bisa mengendalikannya hingga tiba-tiba dia batuk.

“Uhuk uhuk……….”

Dia buru-buru membuka pintu mobil, lalu berjalan keluar, berpegangan pada pintu mobil sambil muntah.

Candra yang sedang duduk didalam mobil itu tiba-tiba raut wajahnya berubah, dengan cepat dia mematikan asap rokoknya, lalu membuka pintu berjalan ke luar.

Raut wajahnya tegang sambil mengulurkan tangan memapah Yuni.

Yuni juga tidak tahu kenapa hidungnya bisa begitu sensitif, lagipula hanya mencium bau rokok, tetapi dia langsung sangat ingin muntah.

Candra berjalan mendekat, Yuni mencium bau rokok di tubuh Candra, dia tidak berpikir-pikir lagi, langsung mendorong Candra.

Muntahnya semakin lama semakin menyiksa, dia tidak ingin mencium bau rokok sedikitpun.

Candra melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau dia didorong oleh tangan Yuni, dia mengulurkan tangan menarik Yuni kedalam pelukannya dengan raut wajah yang muram.

“Bau sekali………..” Yuni muntah hingga meneteskan air mata, suaranya sedikit sengau, dia terlihat sangat kasian.

Candra mengerutkan alis, hatinya sedikit tertekan.

Dia melangkah mundur dengan raut wajahnya yang tanpa ekspresi, lalu dia kembali kedalam villa untuk menuangkan segelas air hangat yang akan diberikan kepada Yuni.

Yuni langsung meminumnya, barulah tubuhnya sedikit membaik.

Dia membawa gelas itu sambil masuk kedalam villa, Candra mengikutinya dari belakang dengan diam-diam dan tidak bersuara.

Yuni langsung naik ke lantai atas, saat dia selesai mandi, dia melihat Candra sedang duduk di atas kasur.

Dia sudah berganti baju tidur, rambutnya sedikit basah, menunjukkan kalau dia baru saja selesai mandi.

Yuni naik ke atas kasur dari sisi satunya, menarik selimut dan berbaring di atas kasur, tidak berbicara dengan Candra sepatah kata pun.

“Apa masih merasa tidak enak badan? besok pergi ke rumah sakit.” Suara Candra yang lembut itu berhembus didalam ruangan, menyatu dengan udara yang dingin dan suasana hati yang sedikit depresi yang sulit untuk dijelaskan.

Yuni menutup kedua matanya dan tidak membukanya, memalingkan badan membelakangi dia: “Masa haid tidak boleh minum obat.”

Ternyata masa haidnya kali ini sedikit aneh, selain pagi hari yang lalu dia terbangun dengan sedikit berlumuran darah, setelah itu tidak terjadi hal aneh lainnya.

Candra mendengar perkataannya, raut wajahnya berubah menjadi lebih masam.

Lampu didalam kamar belum dimatikan, dua orang itu tidak saling bicara.

……………………..

Yuni tidak ingat jam berapa dia tertidur, saat dia terbangun, waktu sudah menjelang pagi.

Candra yang tertidur di sebelahnya sudah tidak ada jejaknya.

Yuni beranjak dari kasurnya, duduk di atas kasur sambil melamun, barulah dia turun dari kasur.

Setelah keluar dari kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka, kebetulan dia melihat Candra keluar dari ruang buku.

“Ayo sarapan.” Candra dengan simpel hanya mengucapkan kalimat itu di hadapan Yuni, lalu dia langsung turun dari tangga.

Yuni mengikutinya pergi ke ruang makan, dia baru menyadari kalau sarapan hari ini semuanya hambar.

Dia menghabiskan makan sambil diam dan tidak bersuara, tiba-tiba dia merasa sedikit ngantuk, lalu dia berencana untuk langsung naik ke lantai atas dan melanjutkan tidurnya.

Dia baru saja naik 2 anak tangga, terdengar suara Candra dari belakangnya menghalangi dia memanggil namanya dengan intonasi yang sedikit kesal: “Yuni!”

Yuni terdiam menghentikan langkahnya, lalu dia menengok ke arah Candra, raut wajahnya sedikit sinis: “Ada apa?”

Tatapan mata Candra seketika berubah menjadi tajam, tetapi dengan cepat tatapan tajamnya langsung menghilang, seperti sengaja dia sembunyikan.

“Kamu sedang marah.”

Kalimat yang dia gunakan adalah kalimat tanya.

Yuni bergumam, lalu dia berkata: “Kenapa aku marah kepadamu? apa kamu melakukan kesalahan?”

Candra sangat benci dengan sikap Yuni yang sangat tidak ramah seperti itu.

“Kakek Marco adalah orang yang keras kepala, dia mempunyai standar bobotnya sendiri terhadap calon istriku nanti, jadi untuk memulainya aku tidak bisa buru-buru membawamu ke hadapannya, aku tahu dia diam-diam mencari informasi tentang kamu, dan tahu kalau dia bisa berinisiatif mencari kamu, semua hal itu adalah cara dia, tetapi aku tidak peduli dia berkata apa, kamu jangan mendengarnya, juga jangan mempercayainya.”

Setelah Candra selesai mengucapkan kalimat tersebut, dia berdiri di tempat semula sambil melihat Yuni.

Mengenai sifat Kakek Marco, tidak ada orang lain yang lebih memahaminya selain Candra.

Sifat Kakek Marco sangat keras kepala, dia terhadap Yuni pasti masih belum merasa puas, sehingga Candra tidak mungkin langsung membawa Yuni menemuinya.

Tetapi semua hal yang dia lakukan membuktikan kalau dia peduli dengan Yuni, dia bisa menentang keputusan Kakek Marco.

Kakek Marco menjabat seorang bangsawan seumur hidupnya, dia tidak akan melakukan hal yang licik sekalipun dia ingin menyulitkan Yuni, sehingga Candra pun tidak mencegah dia untuk mencari Yuni.

Candra tidak banyak berkomentar tentang Yuni.

“Iya, kamu tahu segalanya, kamu memahami kakekmu, kamu juga tahu bagaimana membagi berat ringannya masalah, semua keputusan, kamu tidak pernah melakukan kesalahan.” Hanya saja memilih menyembunyikan hal itu darinya adalah hal yang salah.

Dia punya salah apa?

Kakek Marco adalah kakeknya, dia juga punya hubungan darah dengannya, tentu saja dia harus peduli dengan apa yang dirasakan oleh Kakek Marco.

Tetapi Yuni? memang seharusnya disembunyikan, memang seharusnya tidak mengetahui masalahnya, memang seharusnya pergi mencari tahu semuanya sendiri, pada akhirnya malah merasa dirinya sendiri seperti membuat keributan dengan hal yang konyol.

Sedangkan Candra memberikan penjelasan seperti orang yang tidak ingin memberikan penjelasan, kedengarannya juga aneh dan membuat telinga tidak enak mendengarnya.

Yuni merasa dirinya semakin mengantuk.

“Aku istirahat ke kamar duluan ya.”

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu