After Met You - Bab 641 Ikuti Dia

Lina meliriknya sekilas: “Melakukan apa? Membuat pernyataan resmi?”

“Aku bukan hanya asal bicara santai, aku hanya berkata jujur.” Yuni Lim menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi dan mengerjapkan matanya, tampangnya terlihat polos dan tidak bersalah.

Lina hanya bisa memutar bola matanya, sedangkan Yuni Lim tetap tertawa.

Lina merasa sia-sia saja untuk membahasnya dengan Yuni Lim sehingga ia tidak berbicara apapun lagi.

Ia mengemudikan mobil ke bagian tersembunyi di pinggir jalan dan berhenti disitu. Tidak lama kemudian, pria yang pernah menyatakan perasaannya pada Hanna Gu pun muncul di area parkir.

” Raut wajah Yuni Lim menjadi serius: “Ikuti ia.”

“Kamu yakin Santo akan pergi menemui Hanna sekarang?” Lina menarik kembali pandangannya dan mengalihkannya pada Yuni Lim.

Santo adalah nama pria itu.

“Sebelumnya di meja makan, begitu duduk ia langsung menyuruh pelayan menuangkan anggur untuknya, artinya ia adalah tipe orang yang suka minum-minum walaupun pada saat-saat biasa. Kesuksesan yang dimilikinya diusianya saat ini adalah bukti dari usaha dan kerja kerasnya yang tidak bisa ditandingi orang lain. Dilihat dari sisi lain, dengan kelebihannya yang melebihi orang lain seusianya ia pasti harus bertahan dibawah tekanan yang lebih besar dibandingkan orang lain yang seumuran dengannya. Mereka yang berada dibawah tekanan seperti itu cenderung memiliki sifat mudah tersinggung, apalagi tadi ia minum cukup banyak, secara tidak sadar ia pasti akan pergi mencari menemui Hanna.”

Yuni Lim agak memicingkan matanya dan benaknya sibuk menganalisis.

Lina yang duduk di samping pun tertegun: “Begitu?”

Setelah Yuni Lim datang ke negara J, ia dan Lina sering menghabiskan waktu bersama.

Tapi, ini pertama kalinya Lina melihat sisi Yuni Lim yang seperti ini.

Rasa percaya diri dan tekad kuat terlihat jelas dari antara alis Yuni Lim, tatapan matanya pun dalam, membuat rupanya yang sekarang ini terlihat mirip dengan Candra Gail.

Terlepas dari penampilan yang memukau dan status yang istimewa, Yuni Lim yang biasanya Lina lihat tidak ada bedanya dengan wanita pada umumnya.

“Jangan tertegun begitu, ayo kita ikuti.” Yuni Lim memandang mobil Santo dengan lekat dan mendesak Lina untuk segera menyetir.

“Baiklah!”

Lina mengangguk, lalu menyalakan mobil dan mengikuti mobil Santo.

Santo tidak membawa supir saat datang, sehingga ia dalam kondisi mabuk sekarang. Untung saja ia tidak terlalu mabuk dan masih dapat menyetir dengan baik.

Yuni Lim dan Lina mengikutinya untuk beberapa saat dan akhirnya melihat ia berhenti di depan pintu sebuah hotel terbaik di kota.

Santo duduk di dalam mobil untuk beberapa saat baru kemudian melangkah turun.

Setelah turun dari mobil, Santo melihat ke sekeliling karena itu merupakan kebiasaannya, dan saat itulah Yuni Lim menangkap raut wajahnya yang kelam.

“Hanna ada di dalam hotel ini?” Lina yang ada di sebelah Yuni Lim bertanya.

” Yuni Lim menggeleng: “Entahlah.”

Lina terdiam.

Yuni Lim menolehkan kepalanya untuk menatap Lina yang terlihat skeptis lalu menjelaskan: “Sekarang aku tidak yakin, tapi ia pasti akan datang. Hari ini ada acara yang harus ia hadiri disini, tapi itu masih malam nanti. Jadi aku tidak tahu apakah sekarang ia sudah ada disini sekarang atau belum.”

Lina mengangguk-angguk: “Kamu sudah menyelidikinya? Kamu bisa memintaku untuk membantumu menyelidiki masalah seperti ini, kenapa kamu malah turun tangan sendiri?”

“Ini hanyalah masalah kecil.” Sambil bicara, Yuni Lim sambil membuka pintu mobil dan melangkah turun: “Ayo kita masuk dulu.”

Ia bukanlah Candra Gail yang disibukkan dengan berbagai macam urusan sepanjang hari dan jadwal Hanna Gu bukanlah sesuatu yang sulit untuk diselidiki. Ia bisa menyelidikinya sendiri dan tidak perlu menyita waktu Lina.

Lagipula, kali ini memang Yuni Lim ingin turun tangan sendiri.

Sepanjang sore, kedua orang itu duduk di sebuah ruang privat di dalam kedai kopi yang terletak di seberang hotel.

Malam pukul enam, Hanna Gu beserta rombongannya melangkah masuk ke dalam bar.

Yuni Lim baru hendak berjalan menghampiri ketika ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Ternyata yang meneleponnya adalah Candra Gail.

Suara yang jernih dan dingin pun terdengar dari ujung sana: “Ada dimana?”

” Yuni Lim mengerutkan bibirnya dan berujar: “Sedang jalan-jalan di luar bersama Lina.”

Candra Gail sendiri yang bilang ia boleh pergi berjalan-jalan dengan Lina.

Akhirnya, sebelum Yuni Lim menjadi congkak, suara Candra Gail yang tenang kembali terdengar: “Aku lapar.”

Hanya dua kata sederhana, namun Yuni Lim termangu untuk sepersekian detik begitu mendengarnya.

Belum sempat Yuni Lim mengucapkan apapun, suara Candra Gail terdengar lagi: “Aku belum makan dari siang.”

Suara itu terdengar tenang dan dingin, tapi di telinga Yuni Lim terdengar seperti dibalut kesedihan.

Fakta ini membuat telinganya menjadi kebas.

Yuni Lim terdiam. Memangnya apa yang bisa ia katakan?

Melihat Yuni Lim yang tidak mengucapkan apapun untuk waktu yang lama membuat Lina berpikir bahwa ada suatu masalah yang terjadi. Ia pun bertanya pada Yuni Lim dengan gugup: “Ada masalah apa?”

Yuni Lim merapatkan bibirnya. Tidak mungkin juga ia memberitahu apa yang Candra Gail katakan kepada Lina bukan...

Ia mengucapkan beberapa patah kata pada Candra Gail, lalu menolehkan kepalanya ke arah Lina: “Candra mencariku karena ada sedikit masalah penting, jadi kita harus kembali dulu.”

“Oh, kalau begitu kita harus kembali secepatnya.” Begitu mendengar ada masalah penting, Lina pun tidak bisa duduk tenang lagi.

……

Ketika Yuni Lim kembali ke kastil Morgen Wen, ternyata Candra Gail juga sudah kembali.

Hanya saja, ia sudah berada di dalam ruang baca dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Begitu Yuni Lim masuk, ia langsung berjalan menghampiri meja kerja Candra Gail dan berdiri di depannya. Ia menjulurkan tangannya dan menutup dokumen yang sedang dibaca Candra Gail.

Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap Yuni Lim: “Masih ingat untuk pulang?”

“……” Yuni Lim terdiam.

Yuni Lim ingat betul bahwa pria di hadapannya ini memang sudah memberikannya izin untuk keluar. Tapi sekarang Candra Gail malah balik menyalahkannya karena ia tidak ingat untuk pulang begitu keluar.

“Apakah kamu tidak tahu kalau wanita sudah jalan-jalan itu bisa tidak ingat capek dan juga tidak ingat untuk pulang ke rumah?”

Yuni Lim mencodongkan tubuhnya mendekat pada Candra Gail, alisnya bertaut.

Candra Gail menatap balik Yuni Lim dan begitu wanita itu selesai bicara, ia langsung bangkit berdiri dan merengkuh wajah Yuni Lim lalu menciumnya.

Yuni Lim sontak tertegun, gerakan macam apa ini?

Ketika Candra Gail melepaskannya, napas mereka berdua sedikit terengah-engah. Bahkan wajah Yuni Lim sedikit memerah.

“Aku tidak menyalahkanmu kembali begitu larut, hanya saja aku benar-benar lapar.” Suara Candra Gail terdengar sangat serius. Tentu saja para pelayan yang jumlahnya begitu banyak di kastil itu dianggap sebagai pajangan.

Yuni Lim merasa terlalu malas untuk membantahnya.

Sifat tidak tahu malu Candra Gail benar-benar sudah mengakar dalam, Yuni Lim curiga bahkan pria itu sendiri tidak menyadarinya.

Ia berbisik dengan suara rendah: “Kalau kamu memang merindukanku, langsung katakan saja. Tidak perlu mencari-cari alasan tidak masuk akal...”

Tapi, memang ada kalanya Candra Gail sering bertingkah seperti anak kecil. Padahal baru sehari tidak bertemu, kangen apanya!

Walaupun Yuni Lim berpikiran begitu dalam hati, namun Yuni Lim tetap pergi ke dapur.

Sedangkan untuk Hanna Gu, lebih baik tunggu berita tentangnya saja besok.

Untuk sementara waktu, masih belum tiba waktu untuknya mengompori api masalah. Pasti tidaklah sulit bagi Santo yang dayanya begitu kuat dalam melakukan pekerjaannya untuk mengatasi seorang wanita.

Jadi, Santo pasti berhasil. Ia hanya perlu menunggu hasil dari kerja kerasnya besok, sehingga Hanna Gu tidak mungkin kembali masuk dalam lingkaran dunia hiburan.

Begitu reputasi Hanna Gu hancur, Grisi pasti akan meragukan kemampuannya untuk melakukan titah dari mereka. Begitu saatnya itu tiba, entah tempat seperti apa yang mau menampungnya.

Begitu terpikirkan akan hal ini, Yuni Lim merasa merinding di sekujur punggungnya.

Ia tiba-tiba merasa bahwa apa yang ia lakukan kali ini benar-benar sedikit kejam.

Akan tetapi, kalau ia tidak melakukannya, hatinya tidak akan tenang. Yuni Lim benar-benar membenci Hanna Gu.

“Kalau kamu mencucinya seperti itu, semua sayur itu akan hancur.” Tiba-tiba suara Candra Gail terdengar dari belakang Yuni Lim.

Yuni Lim menoleh ke belakang dan melihat Candra Gail yang berdiri di belakangnya sambil melipat kedua tangannya. Entah kapan pria itu melangkah masuk.

Yuni Lim menundukkan kepalanya lagi ke arah sayuran hijau yang direndam di dalam air, daun-daunnya rusak karena ia mencuci dengan kasar.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu