After Met You - Bab 591 Aku Mempedulikan Semua Hal Tentangnya

Keesokan harinya adalah hari Sabtu.

Pagi harinya, Yuni Lim terbangun pagi-pagi benar dan merasakan pria di sebelahnya sudah bangun dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengarahkan tubuhnya untuk mengintai ke dalam kamar mandi, lalu kemballi membenamkan tubuhnya ke dalam selimut dan melanjutkan tidurnya.

Ia baru ingin bangun setelah Candra Gail pergi.

Karena sekarang Yuni Lim tidak tahu harus bagaimana berhadapan dengan Candra Gail.

Begitu banyak hal yang harus pria itu lakukan. Pasti Candra Gail harus pergi keluar untuk mengurusnya.

Tebakan Yuni Lim tidak salah. Candra Gail memang mau pergi hari ini.

Pemilihan presiden akan segera dilaksanakan. Lukman juga ternyata tidak meninggal. Candra Gail memang memiliki banyak sekali hal yang harus dibereskan.

Tapi, yang tidak Yuni Lim sangka adalah ternyata Candra Gail juga berniat untuk membawanya.

Yuni Lim sampai bosan bersembunyi di balik selimut demi menunggu Candra Gail keluar dari kamar mandi.

Pria itu juga dengan cepat keluar.

Ia berdiri di depan cermin, mengancingkan bajunya dengan santai sambil berujar: “Jangan pura-pura lagi, cepat bangun.”

Yuni Lim yang sedang bersembunyi di balik selimut pun merasa tidak enak dengan ucapannya itu.

Ia hanya dapat bertahan selama tiga detik lebih lama, sebelum akhirnya dengan enggan menyembulkan kepalanya keluar dari balik selimut.

Dengan malas Yuni Lim menyender pada kepala kasur, pandangannya jatuh pada punggung Candra Gail yang tinggi gagah.

Pria itu sudah selesai mengancingkan bajunya dan sedang merapikan kancing manset. Walaupun hanya punggungnya yang tampak, tapi aura yang ia keluarkan tetap tidak biasa.

Yuni Lim tetap bergeming di kasur, tidak bergerak sedikitpun. Candra Gail membalikkan tubuhnya setelah selesai mengancingkan mansetnya, lalu berujar tanpa ekspresi: “Kuberi waktu sepuluh menit.”

Setelah bicara, ia pun melangkah lebar keluar.

Yuni Lim menatap pintu yang baru ditutup, dengan sedikit kesal ia mencengkeram rambutnya. Baru setelah itu ia beranjak turun.

10 menit. Bagaimana mungkin ia bisa mandi, merias diri, berganti pakaian, dan turun ke bawah hanya dalam waktu 10 menit?

Dasar pria brengsek yang tidak manusiawi!

Walaupun Yuni Lim mengeluh dalam hati karena perilaku pria itu, tapi ia tetap bersiap diri secepat mungkin dan turun ke bawah.

Saat ia turun, Candra Gail sedang berdiri di tengah aula menunggunya.

Alih-alih menoleh dan menatap Yuni Lim, Candra Gail justru hanya berujar saat mendengar suaranya yang melangkah turun di anak tangga: “Kamu terlambat lima menit.”

Yuni Lim melemparkan tasnya secara asal ke atas sofa di sebelah Candra Gail dan menyahut dengan nada tidak senang: “Ya, aku terlambat lima menit. Lalu kamu mau bagaimana?”

Begitu mendengarnya, raut wajah Candra Gail pun agak berubah. Mata hitam legamnya memicing, raut tidak puas perlahan timbul.

“Aku sudah pernah berkata padamu apa yang akan terjadi kalau kamu tidak patuh.”

Yuni Lim balas mendengus dingin: “Candra, kamu anggap aku ini apa? Kamu benar-benar menganggapku hanya sebagai barang yang bisa kamu bawa dan perlakukan semaumu? Kamu bawa saat kamu bawa dan kamu tinggal begitu saja saat ingin kamu tinggalkan?”

Sambil bicara, Yuni Lim sambil berjalan mendekati Candra Gail. Ia menjulurkan tangannya, ujung jarinya menunjuk tajam dada pria itu dengan kesal. Matanya yang cantik terpicing tajam, emosinya terlampiaskan: “Aku adalah seorang manusia yang hidup. Aku adalah diriku sendiri, bukan barangmu! Kamu tidak memiliki hak untuk mengatur hidupku! Dengar tidak?!”

Beberapa waktu ini, memang Yuni Lim terlalu patuh pada Candra Gail. Hal ini membuat Yuni Lim sadar bagaimana seorang anak yang dimanjakan akan menjadi seseorang yang melakukan semuanya seenak hatinya. Apapun yang ingin ia lakukan, maka ia akan melakukannya demikian.

Candra Gail yang dulu bahkan tidak mungkin berujar seperti itu meskipun ia sedang marah sekalipun.

Selesai bicara, Yuni Lim menatapnya sekilas lalu berjalan ke sofa yang ada di samping. Ia lalu duduk sambil menyilangkan kakinya.

Setelah duduk, ia bersender ke belakang dan menatap ke depan, seolah-olah ia sedang duduk santai.

Sesaat kemudian, Yuni Lim kembali mengubah posisinya untuk meregangkan kakinya.

Jangan tanya kenapa ia bertingkah seperti ini, ini karena ia gemetaran.

Bukannya ia tidak pernah berkata hal seperti ini di hadapan Candra Gail. Hanya saja, semenjak peringai Candra Gail mengalami perubahan yang besar, biasanya ia selalu patuh dan mengikuti kemauan pria itu. Kali ini adalah kali pertama ia berkata seperti ini kepada pria itu.

Tidak mungkin jika dikatakan ia tidak merasa bersalah.

Tapi setelah merasa bersalah, Yuni Lim merasa perilakunya masuk akal juga. Kenapa ia harus merasa bersalah?

Jelas-jelas Candra Gail yang salah!

Candra Gail menoleh dan menatap tubuh wanita itu sekilas. Setelah itu, ia pun berujar santai: “Bicara lagi padaku setelah kakimu tidak lagi gemetaran saat menegurku seperti itu.”

Yuni Lim tercenung. Tanpa menunggu respon apapun dari wanita itu, Candra Gail langsung berjalan keluar pintu dengan langkah lebar. Ketika ia sudah melangkah beberapa langkah, Candra Gail berhenti sejenak lalu membalikkan kepalanya: “Ayo ikut.”

Yuni Lim bangkit berdiri dan berjalan mengikuti pria itu keluar seperti tanpa disadari.

Sesampainya di depan mobil, Yuni Lim kembali menepuk kepalanya tanpa henti dengan kesal. Kenapa pula ia malah kembali mengikuti apa yang dikatakan pria itu?!

“Aduh...”

Yuni Lim merintih kesakitan sejenak, lalu langsung menjulurkan tangan dan mengusap-usap kepalanya. Ternyata, bagian yang terluka pun ikut terusap.

Pengawal lalu membukakan pintu untuk Yuni Lim: “Nyonya, silakan naik ke mobil.”

Yuni Lim menutupi kepalanya dan dengan enggan masuk ke dalam mobil. Ia duduk di posisi dan sudut terjauh dari Candra Gail.

Candra Gail yang sedang mengangkat telepon pun hanya melihat Yuni Lim yang naik ke mobil sekilas lalu kembali melanjutkan pembicarannya di telepon.

Yuni Lim bersender di pintu mobil dan terus menutupi kepalanya.

“Ada apa?”

Entah kapan Candra Gail selesai menelepon. Ia bertanya karena ia menoleh dan melihat gerakan Yuni Lim yang menutupi kepalanya.

Yuni Lim bergumam menjawab: “Tidak ada apa-apa.”

Ia kemudian bersandar di kursi untuk beristirahat sejenak dan sama sekali tidak melihat ke arah Candra Gail.

Hanya saja, bukan berarti Candra Gail akan setuju dengan ucapannya karena ia tidak mempedulikan pria itu.

Candra Gail merangkul Yuni Lim mendekat, mengernyitkan dahinya dan berujar: “Aku tanya ada apa denganmu!”

Suara pria itu terdengar kesal.

Yuni Lim mengatupkan bibirnya. Karena sekarang ia tidak bisa menghindar dari pria itu, ia pun hanya berujar: “Bangun terlalu pagi jadi kepalaku sakit. Puas?”

Yuni Lim kembali mencoba beberapa kali, tapi tetap tidak bisa melepaskan diri dari Candra Gail.

Entah kenapa, pria itu sangat suka mencengkram orang dan tidak melepaskannya. Apakah ia memiliki tenaga berlebihan yang tidak terpakai?

Melihat raut wajah Candra Gail yang berubah menjadi suram, Yuni Lim pun menjadi panik. Ia menelan ludahnya dan berujar: “Lukaku terasa sedikit sakit. Tadi tidak sengaja terbentur saat masuk ke mobil.”

Begitu mendengarnya, barulah Candra Gail melepaskan tangannya. Ia memapah kepala Yuni Lim untuk melihat lukanya.

Sebenarnya, luka di kepala Yuni Lim pulih dengan cepat sehingga tidak akan sakit meskipun terbentur. Biasanya juga tidak akan terasa apa-apa karena memang dari awal lukanya adalah luka ringan.

Candra Gail juga tidak dapat melihat apapun karena lukanya masih terbalut kain kasa.

“Pergi ke tempat Daniel.” perintah Candra Gail singkat setelah melepaskan Yuni Lim.

Yuni Lim menatap Candra Gail sekilas, hatinya merasa tersentuh. Ia pun mencoba memanggilnya: “Candra.”

Candra Gail menoleh dan balas menatap Yuni Lim, menyuruh wanita itu untuk melanjutkan ucapannya melalui tatapan matanya.

Yuni Lim bertanya dengan hati-hati: “Sepertinya... Kamu... Sedikit mempedulikanku...”

Yuni Lim merasa ini bukanlah firasatnya semata.

Sebenci-bencinya Candra Gail pada Yuni Lim, pria itu tidak pernah menyakitinya. Sebaliknya, bisa dikatakan bahwa Candra Gail melakukan sesuatu karena rasa pedulinya pada Yuni Lim.

“Oh? Kamu beranggapan begitu?” Seperti mendengar sesuatu yang membuatnya senang, Candra Gail sedikit menolehkan kepala dan menatap Yuni Lim dengan raut senang.

Melihat ekspresi Candra Gail yang seperti itu, hati kecil Yuni Lim sontak merinding.

Ia bergerak pelan ke belakang dan tidak berani bicara.

Candra Gail menaikkan alisnya, nada suaranya terdengar sedikit menggodanya: “Aku juga sangat baik pada Sapi, aku mempedulikan semua hal tentangnya. Tapi kalau ia tidak mendengarkan perkataanku, aku juga bisa memberikannya pada orang lain.”

“Be... Begitu?” Yuni Lim mengernyitkan keningnya, tidak percaya Candra Gail bisa berkata seperti itu.

Candra Gail menatap wanita itu sekilas, namun tidak mengucapkan apapun lagi.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu